Kath bermimpi bertemu ibunya. Ibunya tersenyum dan memeluknya. “ Pulanglah nak. Semua orang mengkhawatirkanmu.Maafkanlah dia.....” Sosok Ibunya perlahan memudar.digantikan sosok yang selama ini berusaha dihindarinya. Sosok itu tersenyum dan mengulurkan tangan. “ Kembalilah,jangan tinggalkan aku.” Kath sedikit ragu tapi perlahan langkahnya mendekati sosok itu.
Kath terbangun dan menatap sekelilingnya,berusaha mengenali tempat itu. Perutnya terasa sakit saat berusaha bangun.
“Kath....syukurlah kau sudah sadar sayang.” Kath menatap Ibu tirinya itu. Wanita itu terlihat tua dibanding usianya. “Akan kupanggilkan dokter.”
Kath pun menyadari dimana dia dan kenapa dia berada disini. Bersama Dokter datang pula ayahnya dan Calvin.
Keduanya hanya diam sampai Dokter selesai memeriksanya.
“Dia tak apa-apa. Tapi dia harus tetap berada dirumah sakit selama seminggu untuk memastikan lukanya sembuh tanpa infeksi.”
Begitu Dokter keluar,Hardy langsung memeluk putrinya. “Kau benar-benar slalu membuat Ayah kena serangan jantung.”
Kath memandang Calvin yang tersenyum dan Tante Fitri yang menangis dalam pelukannya. “Ah...Dad,aku ini
sedang terluka.”
“Owh,maaf sayang.” Hardy melepas pelukannya tanpa mengalihkan pandangan dari putrinya itu.
“Kau begitu kurus. Hidupmu pasti berat.”
“Ya,aku baru tahu susahnya mencari uang untuk bertahan hidup.” Hardy tersenyum penuh kebanggaan. Walaupun sulit tapi Kath tak menyerah dan meminta uang padanya selama setahun ini. Kath benar-benar telah dewasa. Kath yang dulunya manja ternyata bisa membuktikan bisa hidup tanpa bantuan uang Ayahnya.
“hai tante....” Dengan ragu Fitri mendekati Kath.
“Saat tak sadar aku bermimpi bertemu ibu dan dia memintaku memaafkan tante.” Langkah Fitri terhenti. Wanita paruh baya itu jatuh berlutut. “ Maafkan aku...” Katanya diantara derai air mata.
“Ada apa ini?” Hardy memandang keduanya penuh tanya. “Fitri,ada apa sebenarnya? Kenapa kau berlutut? Ayo berdiri.” Fitri bergeming. Perasaan bersalah terus menghantuinya. Dia tak sanggup lagi menahan semuanya. Dia harus bicara. Walaupun hardy akan membencinya,itu tak sebanding dengan penderitaan yang diberikannya pada Ayah dan anak itu. Karena dirinyalah Ibu Kath meninggal. Karena dirinya dengan egois mengatakan perasaannya yang sangat mencintai Ayah Kath pada ibunya. Karena dirinyalah Ibu Kath kecelakaan.
“lupakanlah semua. Ibuku sudah memaafkan anda dan akupun akan memaafkan anda bila anda bisa membahagiakan Ayahku.” Kath tersenyum lembut.
“Adakah
yang bisa menjelaskan padaku apa yang sedang kalian bicarakan?”
“Hanya masalah wanita....” Fitri menatap Kath dan bergegas memeluknya. “Terima kasih....”
“Aww....tante,aku ini masih terluka.” Fitri melepasnya dan berlari ke pelukan suaminya. “Dasar wanita,selalu saja punya rahasia.”
Calvin merasa hatinya begitu bahagia. Kath sudah dewasa. Dia mengerti mengapa Kath begitu membenci Ny. Fitri tapi semua itu sekarang tak berarti. Kath memang terlahir sebagai gadis yang selalu berhati mulia.
“Ngomong- ngomong aku belum berterima kasih pada calvin. Kalau bukan karena dia kita takkan berkumpul lagi.”
“Ingatkan aku untuk tak membuatnya marah.” Gerutu Kath pelan.
“Calvin marah? Yang benar?”
“Hanya menyadarkan seseorang agar tak berusaha lari lagi.” Calvin membela dirinya. Dia tak ingin ada kesalahpahaman yang bisa membuatnya dipecat dan jauh dari Kath.
“Kalau itu tujuannya,aku memaafkan dan mendukungnya.”
“Ayah!!!!aku ini anak Ayah. Apa Ayah tega melihatku disiksa?”
“Dalam hal ini aku lebih percaya pada Calvin. Kalu dia mau menyiksamu pasti kau saat ini sedang terikat di kursi dan babak belur.”
“What???Dia sekejam itu?” Kath memucat. Semuanya tertawa. “Hm,dasar usil.” Gerutu Kath saat
menyadari kalau dia sedang dikerjai.
“Kakak mana?”
“Dia sudah pulang ke Jakarta.”
“Kok gitu? Tapi dia baik-baik saja kan?”
“Dia baik-baik saja tapi takkan lama. Sebaiknya kau istirahat. Ada yang harus Ayah
kerjakan. Kau tak apa hanya ditemani Calvin?”
“Tak masalah. Asal dia tak membunuhku.”
“Tenang saja. Calvin takkan tega menyakitimu. Karena kau begitu berarti untuknya” Bisik Fitri. Wajah Kath merona malu. Hardy mengecup dahi putrinya lalu menggiring istrinya keluar.
“Aku minta maaf.”
“Untuk apa?”
“Karena aku kau menderita.” Calvin yang selalu dingin terlihat begitu rapuh. Calvin membelai pipinya dengan lembut.
“Aku baik-baik saja dan jangan memasang wajah seperti itu. Tak cocok dengan imagemu sebagai bodyguard.”
“Bodyguard juga manusia yang punya perasaan.”
“Bolehkah aku memelukmu?”
Calvin menatap Kath cukup lama. Kath tersenyum. Gadis itu berusaha menggapainya. Lukanya terasa perih tapi tak sebanding dengan rasa rindunya pada Calvin. “Kath....”
Calvin benar-benar tercengang dibuatnya. Tangannya terasa kaku untuk membalas pelukan Kath.
“Aku tak tahu bagaimana bisa terjadi tapi selama setahun ini aku merindukan sifat dinginmu yang selalu membuatku marah. Merindukan perlakuanmu demi melindungiku. Merindukan perhatianmu. Walaupun perhatianmu ini disampaikan dengan ekspresi yang menyeramkan.”
Kath menjauh tapi tak melapaskan lengannya dari leher Calvin. Calvin menatapnya. Senyuman Kath begitu
indah,senyuman yang selalu ingin dijaganya. Fikirannya hampa mendengar semua pengakuan itu. Perlahan diturunkannya kepalanya hingga bibirnya menyentuh bibir lembut Kath. Entah berapa lama itu terjadi. Waktu seolah berhenti di sekitar mereka.
“Ugh...”
Calvin tersadar. Masih dengan bingung ditatapnya Kath yang merintih. “Apa aku menyakitimu? Maafkan aku. Aku tak bermaksud apapun.....” Calvin kalang kabut berusaha memeriksa luka Kath.
“Calvin tenanglah....Kau tak menyakitiku.” Kath merebahkan tubuhnya. Lukanya terasa perih tapi apa yang baru saja terjadi di antara mereka membuatnya bahagia.
“Kath??”
“Lukaku perih....”Calvin semakin panik. Pria itu berlari keluar,memanggil dokter. “Dia tak apa-apa hanya belum bisa terlalu banyak bergerak atau lukanya akan terbuka lagi.”
Begitu dokter keluar,kath tertawa. Calvin yang selalu bersikap tenang dan penuh perhitungan ternyata bisa juga
panik. “Auw....”.
“Sudah,jangan tertawa lagi.”
“Ternyata kau memang manusia bukan robot. Kau bisa juga panik.” Kath berusaha menahan tawanya. Calvin merasa malu. Tapi segala sesuatu yang menyangkut Kath pasti bisa membuatnya lepas kendali.
“Kalau menyangkut dirimu aku pasti lepas kendali.” Akuinya tanpa memandang Kath. Tawa Kath terhenti. Hatinya benar-benar berbunga-bunga. Bagi Calvin bukanlah hal mudah mengakui dirinya bisa lepas kendali bila memikirkannya. Calvin sudah terlatih untuk menahan perasaannya. Seorang bodyguard tak boleh memperlihatkan
kelemahannya atau kliennya akan dalam bahaya. Rasa bahagia itu seketika hilang saat mengingat Catla.
“Apa kau menyukai kakakku?”
Mendengar pertanyaan itu Calvin ingin rasanya menghajar seseorang untuk menyalurkan rasa frustasinya. Sifat
lembut Kath kadang-kadang menyebalkan.
“ Kathleen,bisakah kau tidak melibatkan orang lain? Aku sudah mengakuinya tapi kau tetap saja membawa nama orang lain?”
“Tapisetahun ini kau terus bersamanya.”
“Jika saja kau sedang tidak terluka aku akan membawamu ke kamarku dan menunjukkan bagaimana aku mencintaimu.”Calvin mengacak-acak rambutnya sendiri. Dia benar-benar kesal sekaligus frustasi.
“Membawaku ke kamarmu?” Calvin menatap Kath dan baru menyadari efek dari kata-katanya.
“Ya,aku akan menguncimu dan takkan membiarkanmu bertemu siapapun selain aku.”
Kebahagiaan Kath membuncah. Akhirnya dia menemukan seseorang yang bisa menjadi tempatnya bersandar.
Seseorang yang tak memandang status dan kekayaan Ayahnya.
“Dan ayah mendukung dengan senang hati.” Keduanya menoleh. Hardy dan istrinya senyum-senyum penuh arti.
“Ayah....sejak kapan kalian ada disitu?”
“Baru 5 menit tapi sempat mendengar pengakuan Calvin yang sedikit protectif.” Kath merasa malu. Wajahnya pasti memerah.
“Dasar
anak muda jaman sekarang. Butuh waktu lama untuk saling mengakui perasaan
masing-masing.”
“Apaan sih? Ayah jangan ngeledek dech.” Hardy tertawa. Tak terasa putri-putrinya sudah dewasa. Waktunya habis oleh pekerjaan dan menelantarkan mereka. Begitu banyak yang dilewatkannya.
“Ayah harus kembali ke Jakarta. Ada urusan penting. Ayah minta maaf tak bisa menemanimu.”
“Dasar big bos.”Gerutu Kath. “ yah begitulah. Ayah yakin Calvin akan memastikan kau tak kabur atau berulah jahil lagi. Jadi Ayah bisa bekerja dengan tenang lagi. Bukan begitu Calvin?”
“Dengan senang hati Tuan.”
Kath memandang keduanya dengan kesal. Dia paling benci disudutkan.
“Jangan manyun begitu. Bukankah kau sudah merasakan bagaiman protectifnya Calvin jadi
jangan buat dia marah.”
“Ayah! Ayah tega memasukkanku ke sarang harimau?”
“Yup. Harimau yang gagah dan sangat kau cintai.” Kath mati kata. Calvin berusaha menyembunyikan senyumnya.
“sudah yah. Ayah harus mengejar pesawat. Sampai jumpa di Jakarta.” Fitri memeluk Kath. Kath jadi terharu. Apakah seperti ini rasanya dipeluk oleh ibu?
“Dan Calvin,langsung bawa Kath pulang begitu dia sudah bisa keluar dari tempat ini.” Calvin mengangguk.
“Kau tahu semuanya kan?” tanya Kath beberapa saat setelah yakin Ayahnya telah jauh dan tak akan mendengarkan pembicaraan mereka.
“Tahu apa?”
“kau tahu kenapa aku sempat membenci tante Fitri.” Calvin mempertimbangkan jawaban
apa yang harusnya dia berikan. “Aku tak tahu apapun. Memangnya kenapa?”
Kath mencari kebenaran dibalik kata-kata Calvin. Tapi ekspresi Calvin yang tak terbaca tak bisa memberi Kath
jawaban apakah dia jujur atau tidak.
“tak ada apa-apa. Calvin....”
“Ya?”
“aku lapar.” Calvin menghilang beberapa saat dan muncul dengan semangkuk bubur dan buah-buahan.
“Bubur?”Kath mengerinyitkan dahi.
“Dokter bilang kau tak boleh makan makanan keras untuk sementara. Yang boleh hanya bubur dan buah-buahan.”
“aku tak suka bubur. Aku mau mie goreng yang pedas.”
“Jangan banyak protes. Makan saja lalu istirahat. Kau ini benar-benar pasien yang cerewet.”
“Tidak mau!”
Calvin menyendok bubur itu dan menyuapi Kath. “ Buka mulutmu atau kucium kau.”
Dengan ancaman itu Kath bergegas membuka mulutnya dan memakan apa yang disodorkan Calvin. Calvin sedikit kecewa.
“Aku bisa makan sendiri.” Calvin menyerahkan sendok dan mangkuk bubur itu. Dia perlu menenangkan fikirannya. Calvin beranjak dan duduk di sofa yang tepat menghadap ke ranjang kath. Fasilitas VVIP memang hebat.
Kath merasa sedikit canggung diperhatikan dengan intens oleh Calvin. Bubur itu benar-benar tak enak tapi
dipaksanakan untuk menelannya.
“Berhenti memandangku seperti itu.” Akhirnya Kath tak tahan lagi. Calvin bangkit dan mengambil alih kembali bubur itu. “Ternyata kalau lagi malu wajahmu lucu juga ya?”
“Itu semua kan karena kau. Aku jadi tak selera makan.” Kath membuang muka. Dia tak
ingin Calvin tahu bagaimana kehadirannya bisa membuat Kath bertingkah sepetri remaja puber.
“Kau harus menghabiskannya. Akan kusuapi.”
“Aku bukan anak kecil dan aku benar-benar tak mau memakannya. Itu sangat tidak enak!”
Calvin menghela nafas lalu menyingkirkan bubur itu. Dikupasnya apel dan jeruk yang tadi dibawanya.
“Kalau begitu makanlah buah-buahan ini.” Kath menurut.
“Jika kau sudah sehat akan kutraktir makan di manapun kau mau.”
“Benarkah? Kau yang berjanji jadi harus ditepati.”
“Oke tuan putri. Sekarang habiskan buah ini lalu minum obatmu.” Kath menurut karena
lukanya terasa perih. Dia benar-benar terlalu banyak bergerak. Tapi dia tak mau memberitahu Calvin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments