Pertemuan yang Tak Diharapkan

           “Selamat datang nona Catla....”seluruh pegawai resort berbaris menyambut kedatangan Catla. Resort mewah itu adalah salah satu milik Ayahnya. Catla tak melirik sedikit pun ke arah mereka. Dia sedang kesal.

            “Kenapa aku harus sembunyi?” Catla melempar tasnya ke tempat tidur dan meraih minuman yang tersedia di mejanya.

            “Ini hanya sementara. Sampai beritanya mereda baru anda bisa bebas lagi.”

            “Tapi itu kan bukan salahku? Suaminya yang mau,ya aku terima. Salah istrinya kenapa tidak bisa melayani suaminya sampai-sampai dia mencari wanita lain.”

Calvin hanya menggelengkan kepala melihat ulah Catla. Karier Catla diambang kehancuran setelah skandal perselingkuhannya bersama pria beristri terbongkar. Karena permohonan dari Ayahnya,Calvin menjadi bodyguard Catla.

            “aku mau mandi.”

Catla dan Kath memang berbeda. Catla memang egois dan tak pernah puas dengan apa yang dia miliki. Kath,keras

kepala tapi perduli pada orang-orang disekitarnya. Kath....dimana dia sekarang? Apakah dia sehat? Apakah hidupnya sulit?

            “Sudah setahun,tapi keberadaanmu tak juga ditemukan. Kath....aku rindu....” Calvin berbisik pelan sambil memandang foto Kath yang selalu dibawanya. Ketukan pintu membuatnya sadar.

            “Siapa?”tanyanya melalui interkom. Saat ini dia harus selalu waspada. Para wartawan terus mengejar Catla. Mereka melakukan segala cara untuk mendapatkan berita.

            “Layanan kamar....” Dari video interkom memang tampak seorang gadis berseragam resort. Calvin membuka pintu. Samar-samar tercium aroma yang dikenalnya. Gadis itu masuk dan menata makanan di meja.

            “Terima kasih....”Calvin membaca nama di bandagenya dan memberi uang tip.

            “Alena....”  Gadis itu mengangguk dan bergegas ke luar.

            “Siapa?”

Catla muncul dari kamar mandi hanya dengan mengenakan handuk. Calvin mengalami deja-vu. Kath bagai berdiri di depannya dan tersenyum.

            “Calvin?”Lambaian tangan Catla membangunkannya dari  khayalannya.

            “Layanan kamar. Kau mau makan?”

            “Ya,tapi aku berpakaian dulu.”

            “Ya sudah. Aku keluar dulu melihat-lihat keadaan.”

            “Kau tak makan?”

            “Aku tak lapar.” Calvin keluar sebelum Catla mencari alasan lain untuk menahannya. Catla merengut kesal. Calvin selalu saja menghindari berdua dengannya.

Calvin mengelilingi resort dan memberi perintah pada semua petugas keamanan untuk mencegah wartawan menemui Catla. Langkahnya terhenti saat mendengar suara yang sangat dikenalnya. Calvin mengintip ke ruang pegawai. Suara itu bukan berasal dari orang yang ingin sekali ditemuinya tapi berasal dari gadis pelayan yang tadi mengantarkan makanan ke kamar Catla.

            “Sepertinya aku terlalu banyak berfikir. Semua cewek kulihat mirip Kath.”Gumamnya sambil berlalu dari tempat itu. Dia tak ingin ada yang salah mengiranya sedang mengintip pegawai wanita. Alena sekilas melihatnya dan berhenti bercanda dengan temannya.

Calvin mencari data-data Alena di ruang pegawai. Dengan kekuasaan sebagai bodyguard Catla dia bisa mendapatkan data-data itu tanpa susah payah.

            “Alena Vitria. Lulusan SMA. Baru setahun bekerja di resort  ini. Dia mendapatkan rekomendasi dari tetangganya yang juga bekerja di resort. Dia yatim piatu.” Calvin menggangguk pada pegawai  yang membantunya. Pegawai itu memasang wajah manis dan tersenyum. Semua pegawai cewek memandang kagum pada Calvin. Mereka selalu mencuri-curi pandana dan bergosip membicarakan Calvin.

            “Kau darimana saja?” Catla kesal karena ditinggalkan cukup lama.

            “Aku keliling resort,dan resort ini tidak kecil.”

            “Kau tidak perlu repot. Disini kan banyak petugas keamanan.”

            “Ya,tapi saat ini aku adalah bodyguardmu jadi aku harus mengawasi semuanya.”

            “Tapi kau lebih dibutuhkan disini!”Suara Catla mulai meninggi. Catla memblasnya dengan tatapan dingin. Catla langsung diam. Tak ada gunanya membuat Calvin marah. Dia hanya akan kehilangan kesempatan dekat dengannya.

            “Akan kulaporkan pada ayah.”walaupun suaranya kecil tapi Calvin mendengarnya.

            “Laporkan saja. Kau lupa ya? Ayahmu memberiku kekuasaan penuh untuk mengawasimu sejak skandalmu itu terungkap. Saat ini Ayahmu masih sangat marah jadi dia takkan mau membuang-buang waktu untuk mendengar keluhanmu!”

            “Kau tak perlu mengungkit hal itu! Aku tahu aku salah jadi berhentilah mengungkitnya...”

            “Jika tak ingin disindir maka berperilaku baiklah dan jangan manja.”

Catla ingin rasanya menangis. Dia benar-benar butuh tempat untuk bersandar dan berkeluh kesah. Begitu banyak

beban yang harus ditanggungnya.

            “Tak bisakah kau memperlakukanku seperti perlakuanmu pada Kath?” Calvin menghembuskan nafas berat dan memeluk Catla.

            “Aku minta maaf. Aku tak bermaksud kasar padamu.” Catla mengangguk. Calvin memandang kekolam renang yang terlihat dari jendela kamar itu. Calvin melepaskan Catla dan bergegas menutup tirai. Diluar sana ada wartawan yang bersembunyi dan berusaha memotret mereka. Calvin keluar dan mencarinya tapi sepertinya wartawan itu sudah kabur.

            “Sial....apa sih kerjanya para petugas keamanan itu? Kau jangan keluar atau membuka tirai. Akan kubereskan masalah ini.”

Calvin keluar dan tak sengaja bertabrakan dengan Alena.

            “Aduh,,,,”

Alena meringis kesakitan. Ditabrak cowok setangguh Calvin sama saja seperti menabrak tembok.

            “Maaf....Aku tak sengaja. Apa kau baik-baik saja?” Alena mengangguk dan bergegas pergi dari  tempat itu. Calvin ingin mengejarnya tapi kakinya menendang sesuatu. Sebuah bungkusan yang berisi memori kamera. Calvin mulai curiga. Jangan-jangan Alena yang memasukkan wartawan itu. Calvin masuk ke kamarnya dan memutar video itu. Isinya penuh dengan foto-foto Catla bahkan saat dia memeluk  Catla.  Calvin menyimpan video itu dan bergegas mencari Alena.Calvin menemukan Alena sedang duduk di taman kecil resort. Alena menjerit tertahan karena kaget. Lengannya digenggam dengan erat oleh Calvin.Lagi-lagi Calvin mencium aroma itu. Aroma oceanic dan ambery yang lembut.

            “Kau kan yang memasukkan wartawan itu?”Alena tak menjawab.

            “Ah,pak Calvin? Apa anda sudah menerima memori itu?” Tegur seorang petugas keamanan.

            “Memori?”

            “Ya.

Tadi Alena melihat seorang wartawan dan melaporkan  pada kami. Wartawan itu berhasil kabur tapi kameranya berhasil diamankan oleh Alena.kami minta maaf,pak. Sepertinya wartawan itu memanjat tembok pembatas”

Calvin mengangguk. Dia salah mencurigai orang.Calvin melepaskan genggamannya. Alena langsung pergi seolah

Calvin akan memangsanya. Calvin kembali ke kamar Catla. Gadis itu sedang minum minuman keras yang entah darimana diperolehnya.

            “Apa-apan kau?” Calvin meraih minuman itu dan membuangnya ke toilet.

            “Apa kau sudah gila? Kenapa kau membuang minumanku?”

            “Kau yang gila. Bukankah kau berjanji pada Ayahmu untuk  lepas dari ketergantungan pada alkohol? Apa

kau ingin kembali ke tempat rehabilitasi?”

            “Aku tak perduli. Aku sudah lelah dengan semua ini. Hanya dengan alkohol semua bebanku tersa ringan. Karirku hancur,aku dikejar bagai penjahat kelas kakap. Tak ada yang perduli padaku!”

            “Jika aku tak perduli,aku takkan berada di sini.”

            “Kau perduli karena aku kakak Kathleen,gadis yang kau cintai. Hanya sebatas itu kedudukanku dimatamu. Aku tak butuh belas kasihanmu. Yang kubutuhkan adalah hatimu....perasaanmu.!”Catla mengatakannya dengan  penuh amarah. Dia tak butuh Jawaban Calvin karena itu dia pergi. Dan tujuannya hanya satu,bar yang tersedia di resort itu. Calvin tak mencegah atau mengejarnya. Padahal Catla berharap seperti itu.

Calvin duduk di tempat tidur dan  menjatuhkan wajahnya ke dalam kedua telapak tangannya yang terangkat. Fikirannya benar-benar kacau.

            “Kath....aku butuh kau. Jika seperti ini terus aku hanya akan menyakiti Catla.” Gumamnya lirih.

Catla  minum sampai mabuk. Dia butuh pelampiasan. Pria-pria yang berusaha merayunya ditolak mentah-mentah. Saat ini dia hanya

ingin sendiri.

            “Kath....kenapa kau selalu mendapatkan apa yang kuinginkan? Walaupun sudah setahun kau pergi dan aku berharap kau pergi selamanya tapi Calvin tetap saja menginginkanmu. Aku selalu memperhatikannya dan kau yang selalu sinis padanya tapi dia justru memilihmu. Apa kekurangannku??? Semua cara kulakukan untuk menarik perhatiannya tapi selalu gagal dan namamu selalu terucap di bibirnya.Aku benar-benar membencimu Kath....”

Catla mabuk berat. Pegawai bar tak ada yang berani mengganggunya. Hingga Bar tutup dia tak juga beranjak. Seseorang mendekat dan membantunya kembali ke kamar. Diantara kesadarannya yang samar Catla melihat yang membantunya seorang gadis.

Alena membawa Catla ke kamarnya. Mereka bertemu dengan Calvin yang juga berencana mencari Catla. Calvin langsung mengambil alih tubuh Catla. Calvin menggendong Catla ke tempat tidur.

            “Terima kasih.” Alena mengangguk. Pandangannya jatuh pada Catla. Dia merasa iba. Calvin merasa ada yang familiar dengan mata itu. Mata yang menatap Catla dengan penuh kasih. Alena bertemu pandang dengan Calvin. Alena yang lebih dulu memutus kontak mata itu. Dia berbalik ingin pergi tapi lengannya direnggut oleh Calvin. Calvin membalikkan tubuhnya. Alena ingin bicara tapi ada sesuatu yang ditakutinya bila dia berbicara. Sesuatu yang akan disesalinya. Alena  berusaha memberontak. Tapi Calvin bukanlah pria lemah,semakin memberontak genggaman tangannya makin kuat. Alena menyerah dan merintih kesakitan. Dengan tangannya yang  satu Calvin membuka kacamata alena. Alena memalingkan wajahnya tapi tangan Calvin telah berpindah ke rahangnya. Calvin memaksa Alena menatapnya. Alena belum mencapai pintu Calvin meraih pinggangnya. Rambut palsu Alena terlepas. Dari baliknya rambut panjang dan lembut terlepas dari ikatannya.

            “Kath...”

            “Lepaskan aku....!” Alena atau Kath akhirnya bicara. Inilah yang ditakutkannya. Dia tak pernah menyangka Catla dan Calvin akan datang ke resort itu. Dia ingin menjauh tapi saat melihat Catla mabuk-mabukan dia tak tega dan membawa Catla kembali ke kamarnya.

            “Kath....”Calvinmemeluknya erat sampai-sampai  nafasnya sesak.

            “Calvin....nafasku sesak...”Kath mengatakannya dengan susah payah. Calvin sadar akan perbuatannya dan melepas pelukannya tapi tanggannya tetap menggenggam kedua lengan Kath.

            “Kenapa kau bisa tahu?”  Calvin tersenyum lembut.  Kath terpesona dibuatnya. Baru kali ini Calvin tersenyum seperti itu dihadapannya.

            “Aku mengenal tubuh dan sifatmu melebihi orang lain.” Perasaan Kath sedikit bahagia mendengarnya tapi dia harus pergi dari tempat itu. Calvin pasti akan memaksanya pulang. Dia sudah senang dengan hidupnya saat ini. Dan dia takkan pernah pulang selama tante Fitri masih berstatus istri ayahnya.

            “kumohon lepaskan aku dan lupakanlah kau pernah melihatku....” Kath menangis putus asa.

            “Tak kan,kau tahu bagaimana kami semua mencemaskanmu? Ayahmu mengerahkan semua upaya untuk mencarimu....”

            “Jika dia perduli padaku dia akan menceraikan tante Fitri!”

Calvin menggendong Kath ke kamar mandi. Kath ingin kabur saat Calvin menurunkannya tapi gerakan Calvin lebih

cepat. Calvin mengunci pintu dan menyiramnya dengan air dari shower yang dinginnya minta ampun.

            “Aarrrghhh.....”Kath berusaha menghindar tapi tak bisa lebih dari 1 langkah. Calvin menahannya tetap di tempat walaupun dia juga ikut basah.

            “Apa yang kau lakukan?”Kath berusaha  bicara diantara derai air yang terus membasahinya.

            “Ini untuk mendinginkan kepalamu. Kau fikir dengan kabur semua masalah akan selesai? Kau hanya menambah masalah!”

            “Calvin....” Kath menyeka air dari wajahnya,berusaha melihat Calvin dengan jelas. Pria itu

sedang marah. Kath menunduk lagi agar air tak masuk ke matanya.

            “Kau fikir dengan kabur semua keinginanmu akan terkabul? Kau harus bertemu ayahmu dan menjelaskan kenapa kau tak menyukai Ny. Fitri!” Calvin mematikan kran shower. Kath gemetar karena kedinginan. Mandi tengah malam bukanlah hal yang biasa untuknya.

           “Aku juga sangat mengkhawatirkanmu.” Kath menatap Calvin. Dari matanya terlihat dia serius dengan kata-katanya.

            “Bukannya dengan kepergianku kau jadi bisa menjadi bodyguard kakakku? Oarang yang kau cintai?”

            “Siapa? Aku mencintai Catla? Siapa yang memberitahumu?” Calvin mengguncang kedua lengan Kath.

            “Calvin,itu menyakitkan.” Calvin segera melepaskannya dan terdiam sesaat sebelum  meraih handuk. Digosokkannya handuk itu diwajah dan kepala Kath.

            “Akan kuambilkan baju. Dan jangan mencoba untuk kabur. Aku akan menemukanmu dan menguncimu dalam kamar dan takkan kemana-mana sampai akhir hidupmu!”

Begitu Calvin keluar, Kath terduduk lemas. Tubuhnya bergetar hebat. Ketakutan dan kedinginan bercampur jadi satu. Dia tak berfikir untuk pergi. Calvin mengunci pintu dari luar. Selain itu kakinya tak bisa digerakkan sedikit pun. Untuk pertama kalinya ada yang mempelakukannya seperti itu. Calvin yang pendiam ternyata bisa sangat menyeramkan kalau marah.

Saat Calvin datang,dia masih duduk di lantai kamar mandi. Calvin membantunya berdiri.

            “Kau mau melakukannya sendiri atau aku?”

            “Hah?!?” Kath menatapnya bingung. Calvin mengacungkan baju kaos dan celana jeans yang

entah darimana didapatkannya. Kath menerimanya tanpa semangat.

Kath mengerinyitkan dahi  pada Calvin yang masih berdiri bersamanya di kamar mandi. Calvin tak mengerti dengan pandangan itu. Tapi saat Kath menunjuk pintu kamar mandi Calvin jadi mengerti dan keluar. Kath mengunci pintu dengan cepat. Tubuhnya masih gemetar walaupun dia sudah mengganti pakaiannya.

Calvin berdiri saat melihat Kath keluar. Pria itu menyampirkan selimut di sekeliling bahunya.

            “terima kasih.” Calvin menggangguk sambil mendorong Kath pelan,menuntunnya ke kamarnya sendiri. Para pelayan melihat mereka penuh tanya. Kath tak punya tenaga untuk lari. Dia menuruti semua apa yang Calvin lakukan padanya.

Calvin membaringkan dan menyelimutinya. “Tidurlah....” Kath benar-benar lelah. Diantara rasa kantuk yang menyerangnya,Kath merasakan Calvin mengecup keningnya.

Calvin menatap wajah tidur Kath. Tindakannya tadi cukup keterlaluan,pantas saja Kath lelah. Tapi perasaannya

campur aduk saat bertemu Kath. Dia begitu merindukannya. Saat Kath berusaha lari amarahnya muncul dan melakukan hal yang tak pernah dia fikirkan sama sekali. Dia tak pernah ingin menyakiti kath.

            “Maafkan aku. Aku benar-benar bahagia bisa melihatmu lagi.” Digenggamnya tangan Kathdengan erat.

Calvin tiba-tiba merasa lelah. Selama setahun dia terus tenggelam dalam pekerjaan dan pencarian Kath,kurang

tidur dan kelelahan tak pernah jadi maslahnya. Setelah menemukan Kath,dia  baru merasakan semua itu. Calvin tertidur dengan memeluk kath. Karena khawatir akan keadaan Kath,dia terus mimpi buruk tapi sekarang dia bisa tenang dan bermimpi indah. Kath kini dipelukannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!