Haruskah Aku Mengalah?

“Kath,kau sudah siap?” Calvin masuk dan meraih tas Kath. Kath menganguk. Setelah seminggu berda di rumah sakit senang rasanya dia bisa keluar  dan menghirup udara segar dunia luar.

“Kita akan langsung ke bandara. Kau mau singgah di suatu tempat dulu?”

“Tidak,kau kan sudah mengambil semua barangku di rumah kost.”

“Ya. Kalau begitu waktunya kita pergi.”

 Calvin menggandeng tangan Kath. Kath sedikit risih dengan perlakuan itu tapi sepertinya Calvin sangat

menikmatinya.

Sepanjang perjalanan Calvin tak pernah jauh dari sisi Kath. Tapi Calvin bersikap sebagai bodyguard yang

selalu  waspada. Padahal Kath berharap Calvin bisa santai seperti saat di rumah sakit.

“Calvin,santailah. Tak kan ada yang menyakitiku.”

“Aku tak bisa. Semalam aku menerima kabar kalau nona Catla berusaha diculik. Dan pelakunya adalah lawan bisnis ayah anda.”

“Tapi kakakku tak apa-apakan?”

“Ya,beruntung para bodyguardnya cukup tangguh dan pelakunya hanya mengirim preman-preman

payah.’

“Syukurlah.”

Kath mengerti kekhawatiran Calvin. Selama ini dia tak suka ditemani Bodyguard tapi sepertinya bila Calvin orangnya dia takkan protes. Rasanya cukup  menyenangkan dilindungi oleh orang yang dicintai.

Para pembantu menyambutnya dengan meriah. Mereka membuat semua makanan kesukaan Kath. Kath benar-benar terharu dibuatnya.

“Selamat datang kembali nona, Kami merindukan anda.” Satu persatu memeluknya.

“Ah......akhirnya aku bisa menikmati semua makanan enak ini.” Calvin tak mendengarnya. Pria itu

sedang bercengkrama dengan para bodyguard Catla.

“Kakak mana?”

“Nona Catla ada di kamarnya.”

“Owh,tumben dia ada di rumah pagi-pagi begini.”

“Aku sedang tak ada syuting.” Catla menjawab seraya mendekat dan bergabung dengannya di meja makan.

“Bagaimana keadaanmu?”

             “Aku baik-baik saja. Lukanya sudah sembuh walau kadang masih terasa perih.”

“Aku minta maaf.” Semua pembantu bergegas menyingkir memberi ruang pada dua

bersaudara itu.

“Ya. Kudengar karir kakak lagi down. Kakak aktris yang hebat jadi jangan menyerah.”

“Terima kasih. Calvin dimana?’

“Di luar bersama Ardy dan Mike,bodyguard-bodyguard kakak.”

Kath menikmati puding coklat kesukaannya. Rasanya sudah lama sekali dia tak memakan makanan kesukaannya

karena sibuk kerja dan tak ada pembantu. Hidupnya sudah pas-pasan setahun ini. Tak ada waktu untuk bermanja dan tak ada uang lebih untuk membayar pembantu. Uang tabungannya disumbangkan ke sebuah panti asuhan yang begitu memprihatinkan.

“Aku takkan menyerah soal Calvin.”

Nafsu makan Kath langsung hilang. Catla terlihat bersungguh-sungguh saat mengatakannya.

“dan aku juga takkan pernah berpaling dari Kath.” Tak perlu menoleh untuk melihat siapa yang bicara. Catla meneguk segelas air dan pergi dari tempat itu.

“Jangan pernah memintaku untuk  minta maaf atas apa yang baru saja kukatakan. Catla harus tahu jadi dia tak terus mengharap.”

“Aku tak mengatakan apapun.”

“Aku bisa melihatnya dari wajahmu.”

“Emang  di wajahku tertulis apa?”

“Disitu tertulis aku akan mengalah untuk kakakku.” Calvin mencium dahi kath dan bergegas pergi sebelum Kath mencubitnya. “Dasar.....” kath senyum-senyum sendiri. Catla yang menyaksikan semua itu dari jauh begitu terluka. Tapi bukan catla namanya jika dia mudah menyerah. “ Nikmati kebahagian kalian.”

Kath merasa sayang pada makanan dihadapannya tapi seleranya benar-benar hilang. Biasanya dia tak perduli apapun yang terjadi bila sudah menikmati makanan kesukaannya. Tapi masalah antara dia,Catla dan Calvin benar-benar menghilangkan nafsu makannya.

“Bi...bereskan makanannya. Bagikan saja pada yang lain.” Seorang pembantu masuk dan tak

bertanya apapun. Hanya menuruti perintah Kath.

***

“Argh....!”

Kath terkejut saat keluar dari kamar mandi. Calvin sedang tiduran  di tempat tidurnya dengan santai. “ Kau

membuatku kaget.”

“Sorry....aku akan keluar.”

“Ya,dan sebaiknya itu kau lakukan sekarang juga. Atau aku akan teriak.”

Calvin tertawa dan bangkit dari tempat tidur. “ Kita selalu bertemu saat kau hanya mengenakan handuk. Betapa  beruntungnya diriku.”

“Calvin,out!!!!”

Kath masih bisa mendengar tawa Calvin walaupun sudah mengunci pintu.

“Baru kali ini aku melihatmu tertawa.” Calvin menoleh. Catla berjalan sempoyongan ke

arahnya.

“Kau mabuk?”

“Aku tak mabuk. Tapi aku gila. Aku gila karena mencintaimu.  Hahahahha”

Calvin membawa Catla ke kamarnya.” Lepaskan aku. Aku tak butuh belas kasihanmu. Aku butuh cintamu.”

“Catla sadarlah. Kau itu baru lepas dari tempat rehabilitasi. Kau sudah berjanji pada Ayahmu untuk tak minum lagi.”

“Berjanji? Ya,aku berjanji. Tapi dia tak sedikit pun menoleh atau berbicara padaku. Yang dia tahu hanya kerja dan mengurusi putri kesayangannya,Kath. Di matanya aku tak ada.”

Catla meraih botol minuman dari bawah bantalnya. Calvin merebutnya lalu membuang isinya ke toilet.

“apa yang kau lakukan? Berani-beraninya kau melakukan itu. Kau hanya bodyguard,apa hakmu membuang minumanq? Kau itu sama rendahnya dengan pembantu!!!!.”

Calvin menariknya masuk ke kamar mandi dan menyiramnya.

“Tenangkan dirimu. Tak ada masalah yang bisa selesai hanya dengan mabuk.”

“Aku benar-benar mencintaimu. Selama ini aku dipuja-puja para lelaki tapi kenapa aku tak bisa mendapatkan hatimu? Apa kekuranganku?”

Calvin memeluk Catla yang mulai histeris. Kath menyaksikan semua itu. Kath mendengar ribut-ribut dan mencari

tahu. Langkahnya membawanya ke kamar Catla dan menyaksikan bagaimana terpuruknya Catla. Kath menutup mulutnya,berusaha menahan tangis. Catla melihat Kath. Dilepaskannya pelukan Calvin tak bergerak mendekati Kath. Catla berlutut di hadapan Kath.

“Kumohon....berikan Calvin padaku. Kau sudah punya segalanya. Aku benar-benar mencintainya.”

“Kakak,berdirilah. Jangan seperti ini. Sebaiknya kakak ganti baju dulu. Nanti kakak sakit.”

“Aku takkan berdiri sampai kau memberikan Calvin padaku.” Kath merasa kepalanya pusing. Begitu berat keputusan yang harus diambilnya. Pandangannya berkunang-kunang dan diapun jatuh tak sadarkan diri.

“Kath....” Calvin menggendong Kath.

“Apa yang terjadi?” Hardy muncul bersama istrinya.

“Kath? Dia kenapa?”

“Ny. Tolong  urus Catla. Aku akan membawa Kath ke kamarnya.” Fitri mengangguk dan membantu Catla berdiri.

“Ulah apa lagi yang kau lakukan? Kau hampir saja membunuh Kath dan sekarang kau membuatnya pingsan? Samapi kapan kau akan membuat masalah?”

“Sayang,sudahlah. Biarkan Catla berganti pakaian dulu. Kau sebaiknya melihat keadaan Kath.”

“Jika terjadi sesuatu pada kath....”

“Sayang! Cukup! Sekarang keluar!” Hardy  menurut.

“Aku....aku juga putrinya.” Catla tak hentinya menagis. Fitri memeluknya.

“Sudahlah....Ayahmu sedang lepas kendali. Dia sebenarnya sangat menyayangi kalian berdua. Sekarang

ganti bajumu. Nanti kau sakit.”

“Akuhanya ingin Calvin mencintaiku. Apakah itu salah?”

“Itu tak salah sayang. Tapi perasaan cinta tak bisa dipaksakan. Calvin mencintai Kath. Kau harus menerima kenyataan itu. Walaupun berat tapi jika kau memaksakankehendakmu takkan ada yang bahagia. Kau,Calvin dan Kath....semua akan terluka.”

Catla tak berkata apa-apa lagi.Hanya bergerak ke kamar mandi dengan sempoyongan. Fitri bahkan takut melihatnya. Jangan-jangan dia akan jatuh. Tapi Catla berhasil mencapai shower. Di bawah guyuran air Catla menghapus air matanya. Dia tak boleh menyerah. Kath ataupun calvin takkan bahagia diatas sakit hatinya. Terutama Kath. Dia akan merebut semua milik Kath.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!