Gemericik hujan membasahi setiap sudut Kota. Malam ini, mungkin karena udara juga begitu dingin, tidak banyak orang yang berlalu lalang. Hanya ada beberapa orang yang menunggu Bus di halte atau nampak duduk santai di dalam kedai kopi.
Kota ini bernama Metro. Luas Metro sekitar 5000 km2. Cukup luas untuk sebuah kota memang. Karenanya Metro mempunyai beberapa bagian. Bagian tengah kota, atau yang biasa disebut Pusat Kota. Daerah pusat pemerintahan, pusat perbankan, pusat studi, dan pusat kegiatan komersil lainnya. Pusat Kota merupakan daerah netral. Tidak ada satu keluarga mafia pun yang berkuasa disana. Gang Road 6, -yang merupakan tempat tumbuh Sally dan Kakaknya, termasuk dalam wilayah pusat Kota.
Sebelah barat Kota , tempat dimana Vollary Blue berada, adalah wilayah kekuasaan Keluarga Wilder. Barat Kota adalah daerah pegunungan sejuk. Dengan banyaknya perkebunan anggur dan lahan peternakan yang menyuplai kebutuhan logistik seluruh penduduk Kota. Gregory Wilder mempunyai sebagian besar tanah di wilayah Barat Kota. Vollary Blue adalah juga perumahan elit yang dibangun perusahaan real estate milik Gregory. Vollary diambil dari nama istrinya. Dan Blue adalah warna favorit Vollary.
Sedangkan wilayah selatan Kota adalah wilayah yang lebih banyak terdapat hutan hutan pinus dan danau. Wilayah ini juga merupakan kekuasaan Gregory. Wilayah Selatan sering disebut “Gudang Rahasia Gregory” . Karena menurut desas-desus, gudang senjata dan sekumpulan harta keluarga Wilder tersimpan rapat di daerah ini.
Bagian Timur Kota, atau tempat yang menjadi kerajaan Vladimir Romusca adalah kawasan berbukit rendah. Daerah yang dekat dengan laut dan memiliki pelabuhan. Daerah timur Kota termasuk dalam wilayah perindustrian yang cukup padat, karena letaknya strategis dan menjadi tempat transit kapal-kapal angkutan barang.
Vladimir menguasai sebagian besar wilayah timur ini. Ia bahkan memonopoli gudang laut (transito) yaitu tempat untuk menyimpan muatan dari kapal atau yang akan pindah ke kapal. Sedangkan wilayah utara, -yang juga wilayah kekuasaan Vladimir-, adalah kawasan wisata pantai yang lebih banyak ditempati hotel-hotel dan tempat hiburan, seperti Casino dan Bar. Perjudian adalah salah satu sumber harta terbesar Vladimir.
Roman termenung di depan lemari pendingin minuman di sebuah toko waralaba dekat dengan rumah nenek Shia. Ia masih belum kembali pulang ke apartemennya dan memilih untuk tetap tinggal dirumah nenek Shia. Habb masih mengijinkannya cuti dan entah mengapa tidak ada panggilan sama sekali untuk kembali bekerja. Seusai kejadian di terowongan, Habb bahkan tidak menghubunginya. Ah..kalau mengingat itu, dia harus membayar sangat mahal untuk menyogok bagian IT untuk menghapus rekaman CCTV di terowongan.
Roman pun membuka pintu lemari pendingin dengan ragu, ia lantas mengambil dua kaleng bir. Dalam diam ia berpikir, apakah cukup dua kaleng untuk membuatnya mengantuk? Apakah harus mengambil lagi? Ia lalu menggeleng dan bergegas menuju kasir.
Selesai membayar, ia keluar dengan perlahan namun tiba-tiba hujan turun dengan sangat derasnya. Roman menengadah, meyakinkan dirinya untuk lebih baik menunggu di teras toko daripada harus menerobos hujan.
Ia lalu memilih duduk didepan toko. Membuka satu kaleng birnya dan mulai meneguk. Tak sampai tegukan kedua, tiba-tiba seseorang mengambil kaleng birnya. Sontak Roman melihat orang itu.
“Kau tak bisa tidur? Kenapa minum bir dingin di saat hujan seperti ini? Aku punya banyak Wine di rumah” Sally tersenyum ke arah Roman.
“Kau.. kau sendirian?” Tanya Roman sambil menengok sekeliling mereka. Ia tak menjumpai siapapun selain Sally. Wanita bermata coklat itupun mengangguk. Ia lantas meminum bir milik Roman, namun Roman dengan sigap merebut minumannya.
“Kau gila? Kau mau anak kita mabuk didalam?” sergah Roman dengan emosional. Sally tertawa.
“Ya Tuhan, aku kadang lupa kalau aku sedang hamil. Maafkan aku”
“Apakah kau masih minum Wine?”
“Hmm..Iya..beberapa hari lalu”
“Sally…” Roman memandang Sally dengan serius.
“Kumohon, jagalah anakku dengan baik” ujarnya.
“Hei.. dia juga anakku” jawab Sally. Roman tersenyum lalu mencium bibir Sally dengan lembut. Sally membalas kecupan itu dengan hangat. Roman lalu membelai rambut Sally.
“Aku merindukanmu”
“Aku lebih merindukanmu. Aku yang jauh jauh kemari untuk menemuimu. Kau bahkan tidak meneleponku sama sekali. Ah, menyebalkan”
“Maafkan aku. Aku begitu pengecut, bukan?”
Sally tersenyum, lalu mengelus pipi Roman.
“Itulah kenapa kau harus bersama mafia sepertiku, supaya sikap pengecutmu itu bisa hilang”
Roman tertawa terbahak-bahak, namun tiba-tiba menjadi melankolis. Ia menatap perut Sally dan menyadari bahwa ia bahkan belum siap untuk melindungi anaknya.
“Sally..”
“Hmm..”
“Aku merasa sangat payah. Aku tidak bisa melindungimu. Aku tidak berani menghadapi keluargamu. Apakah nanti aku pantas dipanggil ayah?”
Sally menatap Roman yang sedang menerawang melihat langit. Dalam hatinya, ia merasa kasihan dengan lelaki ini. Roman adalah sosok yang sebetulnya sangat kuat dan pemberani, hanya saja entah kenapa ia menjadi tidak percaya diri ketika menghadapi Sally.
“Kau kenapa Rom?” Tanya Sally. Roman menunduk lalu menjawab dengan pelan.
“Entahlah. Aku merasa sangat canggung, aku bukan siapa-siapa. Kau adalah putri keluarga Wilder. Kau sangat cantik, kaya raya dan berkuasa. Aku hanyalah seorang polisi biasa. Aku bahkan tidak bisa melindungimu ketika kau diserang. Aku laki-laki yang sangat payah” Suara Roman terdengar sangat parau, seperti menahan air mata.
“Kau ini sedang sensitif ya? Aku tidak melihat itu darimu. Aku melihat seorang teman yang selalu mencintaiku, bahkan ketika aku masih bersama dengan seseorang. Maafkan aku yang tidak bisa melihat perasaanmu sejak dulu”
Hujan berangsur reda. Kini hanya gemericik air menetes seperti alunan piano Mozart mengalun syahdu menemani dua manusia dewasa yang saling jatuh cinta. Sally berdiri lalu mengulurkan tangannya kepada Roman.
“Ayo, kita pulang ke apartemenmu. Aku akan tinggal bersamamu” ujarnya sambil tersenyum dengan sangat lebar. Roman menggapai tangan Sally dan memeluknya.
Ketika masih mendekap tubuh Sally, Roman mengamati sekeliling. Mobil SUV hitam yang sedari tadi parkir di seberang jalan nampak mencurigakan. Selama hampir setengah jam, mobil itu masih parkir dan tidak mematikan mesin.
Awalnya Roman mengira mobil itu akan menuju ke toserba namun orang didalam mobil tak kunjung keluar. Roman tidak bisa melihat orang yang ada didalam mobil karena kaca mobilnya begitu gelap. Ia hanya melihat sekumpulan asap keluar dari jendela mobil yang dibuka sangat sempit. Sepertinya orang di dalam mobil itu sedang merokok. Roman memiliki firasat buruk tentang ini.
Ia membisik pelan telinga Sally, “Sally, masuklah kedalam toko”
“Ada apa? Kau menyuruhku untuk membeli bir lagi?”
“Ya. Dan jangan keluar sampai aku menemuimu”
Sally melepaskan pelukannya, ia lalu menatap wajah Roman dengan penuh tanda tanya.
“Kenapa?”
“Larilah kedalam, cepat!” Roman mendorong Sally untuk masuk kedalam toko. Sally yang masih bingung menurut saja dengan perintah Roman.
Roman mengeluarkan pistol dari dalam sweaternya. Ia lalu berlari menuju mobil hitam di seberang jalan. Kaca mobil itu tiba-tiba terbuka, dan seorang laki laki bertopi menodongkan pistol kearah Roman.
Tanpa pikir panjang, Roman lalu menembakkan peluru kearah orang itu. Lelaki bertopi itu pun membalas tembakan Roman. Mobil hitam itu pun berlalu sambil terus menembaki Roman. Tak ada satupun peluru yang tepat mengenai sasaran. Roman pun berulang kali menembaki, namun sepertinya mobil itu menggunakan kaca anti peluru.
Tak lama kemudian.
BLARRRR..
Terdengar suara ledakan yang sangat keras. Roman membungkuk sambil menutupi kepalanya. Puing-puing bangunan bersemburat di jalanan. Beberapa mobil yang lewat berhenti dan terdengar pekik jeritan dari orang-orang yang melihat.
Roman melongo tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kakinya seperti mati rasa dan dadanya berhenti bernafas. Api berkobar hingga membuat malam yang gelap ini menjadi sangat terang.
“Sally..” gumamnya.
Terdengar bunyi sirine dari jauh. Ada mobil polisi dan pemadam kebakaran yang datang. Roman masih tak berkutik. Tepat didepannya saat ini, toserba yang baru saja ia datangi, meledak dan hancur berkeping-keping. Yang terlihat sekarang hanyalah nyala api yang berkobar tinggi. Roman berlari menuju toserba, namun beberapa polisi yang berjaga menghadangnya.
“Tolong menjauhlah! Api sangat besar, ini berbahaya Pak”
Roman tak bisa menerobos. Ia jatuh terkulai. Air matanya mulai membasahi matanya. Ia tak sanggup lagi berdiri.
“Sally..”
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments