E M P A T

Samar-samar cahaya matahari masuk melalui jendela kaca yang hanya dilapisi korden warna putih. Sisa tetesan hujan nampak mengembun tipis. Sunyi. Hanya suara detak jarum jam yang terdengar membosankan. Dua sejoli itu nampak berpelukan dibalik tebalnya selimut mereka. Nyaman.

Hingga tiba-tiba ponsel Roman berdering dengan keras. Roman terbangun, lalu mencoba meraih benda itu tanpa membuat tubuhnya bergerak. Sally sedang tertidur nyenyak didalam rengkuhannya. Roman tidak ingin membangunkan Sally yang nampak sangat kelelahan.

"Ya?" Jawan Roman sangat pelan.

“Hey Bro, Apa kau sudah bangun? Aku ada informasi bagus tentang buruanmu” terdengar suara keras dari ponsel Roman. Ia melirik Sally, memastikan wanita itu masih benar-benar terlelap, lalu mengecilkan volume speaker ponselnya.

“Apa itu?” Tanya Roman dengan sangat lirih. Roman mendengarkan dengan serius. Matanya menatap lurus kedepan, mendengarkan suara laki-laki yang sedang bercerita diujung telepon. Sally menggeliat pelan. Menyadari itu Roman mematikan ponselnya dengan segera.

“Siapa yang menelponmu, Rom?”

“Teman kerjaku. Bukan hal yang penting kok. Tidurlah kembali!” jawab Roman dengan santai sambil mengelus lembut rambut Sally.

Sally melihat wajah Roman dengan penuh rasa penasaran. Sekilas kemudian matanya tertuju pada jam beker yang terletak di atas meja kecil sebelah Roman.

“Ya ampun, kau harus pergi bekerja Roman. Maafkan aku! Aku akan membuatkan sarapan dan kita bisa pergi bersama setelah ini”

Sally bangkit dari posisinya mencoba mencari sweaternya yang tergeletak di lantai. Tapi Roman meraih tangannya, lalu menariknya kembali ke pelukan Roman.

“Sudah kubilang, bukan hal yang penting. Dan kenapa kau mau pergi?”

“Aku harus pulang…”

“Sal.. Kumohon tinggallah bersamaku.” Roman memotong ucapan Sally. Ia terdengar sangat serius mengatakannya. Sally tersenyum.

“Rom…”

“Ya?”

“Bagaimana kau bisa masih hidup setelah tertembak oleh kakakku?”

Roman melihat wajah Sally yang masih mengantuk. Wanita itu menyerngitkan dahi menunggu jawaban dari Roman. Pria itu masih belum menjawabnya. Sally mencubit perut Roman dengan geram.

Roman tertawa puas melihat gelagat Sally. Ia masih belum percaya saat ini sedang bersama Sally di atas ranjang tidurnya. Rasanya ia tak ingin beranjak pergi. Ia ingin menghabiskan hari ini bermalasan dengan wanita itu. Berpelukan, berciuman, bercinta. Ah, otak Roman tak terkontrol setelah apa yang mereka lakukan semalaman.

“Sally, aku seorang polisi. Ketika aku bekerja di lapangan, aku pasti mengenakan rompi anti peluru. Kakakmu itu menembakku tepat di bagian dada, sama persis seperti yang kau lihat. Di waktu yang bersamaan ada orang yang menembak kedua kaki dan lenganku. Sehingga aku jatuh tersungkur dan pistolku terlempar. Aku pingsan setelah kepalaku terbentur paving jalan dengan keras.”

Sally terdiam.

“Kalian benar-benar penjahat yang terlatih. Apakah setiap anggotamu adalah sniper? Aku bergidik ngeri mengingat betapa tepatnya kalian menembakkan peluru”

Sally masih terdiam, dia nampak memikirkan sesuatu.

“Hey, apa yang kau pikirkan?”

“Aku rasa kakak memang tidak berniat membunuhmu. Aku memikirkan hal ini sejak kita bertemu di Kedai. Kakakku memang tidak benar-benar ingin melakukannya”

Roman berpikir sejenak.

“Kak Ken pasti tahu kau memakai rompi pelindung, dan dia masih sengaja menembak dadamu. Dua anggota kami yang lain lah yang pasti menembak lengan dan kakimu itu.”

“Lalu?”

“Kalau Kakakku ingin membunuhmu, dia pasti akan dengan mudah menembak kepalamu, Rom. Hanya dengan satu tembakan dan kau akan mati. Dia sangat lihai menembak. Yakinlah, ia tak pernah meleset”

“Jadi menurutmu, dia hanya membuatku terlihat mati di depanmu tapi tidak benar-benar membunuhku?”

“Ya.”

“Lalu kenapa dia melakukan itu? Apa karena kita bersahabat sehingga dia tidak ingin menyakitiku?”

“Entahlah. Aku sangat paham dengan kakakku, aku yakin dia sedang menyembunyikan sesuatu”

Sally memeluk tubuh Roman semakin erat. Mencoba untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan Roman. Pikirannya melayang merangkai memori ketika penembakan itu terjadi.

“Rom, apa kau menyimpan peluru yang bersarang di tubuhmu?” Tanya Sally sambil membelai lembut dada Roman. Roman menggeleng. Sally menarik nafas panjang.

“Dalam keluarga Wilder, segala peluru yang diguna….” Sally berhenti bicara. Pandangan Sally tiba-tiba tertuju pada sesuatu yang menempel di dada kiri Roman. Sebuah Tatto.

“Ada apa? Kenapa kau berhenti?” Roman melirik Sally yang terlihat aneh.

“Eem.. segala peluru yang digunakan pasti memiliki simbol yang melambangkan bahwa itu adalah milik kami” lanjut Sally dengan masih memperhatikan tattoo Roman.

Telepon Roman berdering kembali.

"****!" umpatnya sembari memencet tombol terima.

Sally memandangi wajah Roman yang sepertinya tengah ditelepon atasannya. Tangannya mulai meraba bagian bertatto itu. Terasa timbul. Ini bukan tattoo, ini seperti bekas cap besi panas.

Darimana Roman mendapatkan ini? Sally bergumam dalam hati.

...***...

Roman meninggalkan apartemen sekitar tiga jam yang lalu. Sally terlihat sibuk membersihkan seluruh ruangan. Hingga kedua matanya tertuju pada sebuah laptop yang tergeletak diatas meja kerja Roman. Rasa penasaran membuatnya ingin menyalakan laptop itu.

Sial! Laptop ini di password! umpat Sally. Ia lalu mencoba mengetik kata sandi random. Gagal tidak ada yang cocok. Hingga akhirnya ia iseng mengetikkan nama lengkapnya dan ternyata terbuka. Ia tersenyum. Roman ternyata begitu menyukainya selama ini.

Sally mulai membuka beberapa folder . Ada salah satu folder berjudul WILDER. Ia langsung membukanya dan betapa terkejutnya ia ketika melihat banyak foto Tommy di dalam folder itu. Ada beberapa informasi yang begitu lengkap tentang Tommy dan juga seluruh anggota keluarga Wilder.

Beberapa rekam kejahatan masing-masing juga tercatat dengan begitu terperinci. Tepat dugaan Sally, Roman juga ikut menyelidiki kasus hilangnya Tommy.

Di salah satu file disebutkan Tommy terakhir terlihat di stasiun pusat kota tepat ketika hari perampokan, lengkap dari gambar pengamatan dari cctv. Tommy terlihat menaiki kereta subway yang menuju sebuah daerah di wilayah Timur.

Sally berpikir sejenak. Dia harus menghubungi Ken untuk memberitahu tentang informasi ini. Ia juga harus mengirimkan semua file dan gambar-gambar ini kepada Ken. Sally mengirim email kepada kakaknya.

From : sallywilder@mail.com

To : kennethwilder@mail.com

Subject : Tom

Aku tidak tahu dimana kakak sekarang, dan kuharap kakak baik baik saja. Aku mempunyai informasi tentang Tommy. Ini adalah file dan gambar-gambar yang memberi petunjuk kapan terakhir Tommy berada. Aku tahu, ini sangat membingungkan. Aku juga bertanya-tanya apa yang dia lakukan disana. Bukankah ayah melarang kita kesana?

Oh ya, jangan mencariku! Aku baik-baik saja.

Sekali lagi, jangan mencariku! Aku akan pulang ketika aku selesai.

-Sal-

Sally menunggu balasan dari Ken sambil berpikir tentang isi pembicaraan Roman di telepon tadi pagi. Apakah buruan yang di maksud adalah Tommy? Apakah polisi mulai menyelidikinya? Untuk apa? Tommy tidak pernah terlibat tindak kejahatan sekalipun.

Lama tak ada balasan membuat Sally melanjutkan aksinya menjelajahi isi laptop milik Roman. Ada beberapa foto Roman bersama dengan nenek Shia. Sally tersenyum sendiri mengingat masa lalu, dimana ia dan Roman sering kali bermain bersama. Sally juga sering tidur di rumah Roman dan sangat suka makan masakan nenek Shia.

Seingat Sally, Roman hanya tinggal berdua dengan neneknya. Roman tidak pernah menceritakan kedua orang tuanya. Nenek Shia pernah bercerita bahwa kedua orang tua Roman meninggal karena menjadi korban perampokan ketika ia masih berusia 6 tahun. Kata nenek Shia, pada waktu itu Roman sedang dititipkan di rumahnya. Sehingga hanya ia yang selamat dari perampokan.

Sally melihat foto Roman dengan seksama. Senyumnya mengembang tipis. Pria ini sangat tampan, kata Sally dalam hati. Sangat berbeda dengan Roman yang dulu. Badannya tinggi dengan postur tubuh yang proporsional. Wajahnya bertulang tegas dengan alis yang membingkai indah matanya yang tajam menyejukkan. Sally pernah iri karena Roman memiliki hidung yang nyaris sempurna.

Ketika kecil, ia pernah membuat bengkok hidung Roman dengan pukulan hook yang diajarkan Ken. Sally masih ingat raut wajah amarah Roman kala itu. Wajahnya berlumuran darah dan giginya menggeretak. Sally berlari pulang dan tidak berani pergi ke sekolah selama satu minggu setelahnya. Dan entah kenapa, Roman tak pernah membalas apapun yang dilakukan Sally kepadanya.

Satu hal yang Sally ingat, Roman mempunyai bekas sayatan sepanjang dua sentimeter di pelipis kanannya. Kata Roman, ia mendapatkan luka itu sejak lahir. Dan Sally menyukai bekas luka itu. Dan, wajah baru Roman yang sekarang, yang mulai penuh dengan kumis dan jenggot tipis itu, membuat belahan dagunya tidak terlihat. Padahal itu adalah bagian paling menarik dari wajahnya.

Tiba-tiba saja telepon rumah berdering. Segera gadis Wilder itu meraihnya dengan berhati-hati.

“Hallo…” Sally menahan nafas untuk beberapa waktu.

“Hai Sally, Aku Roman. Apa kau mau makan siang diluar? Atau kubawakan makanan untukmu?”

Sally menghela nafas lega. Ia berpikir kalau saja itu adalah telepon dari Ken. Apapun bisa dilakukan oleh Ken. Melacak, meretas, meneror, segalanya. Ya..segalanya.

“Hey..apa kau baik-baik saja?” Tanya Roman terdengar sangat khawatir.

“Aku baik baik saja. Ehm… aku lebih baik tinggal di dalam rumah. Kebetulan wanita cantik yang tinggal di depan apartemenmu, siapa tadi namanya aku tak ingat..”

“Sarah” jawab Roman dengan cepat.

“Ah iya Sarah, dia membawakan satu mangkuk besar spaghetti untukmu”

Roman tertawa, “Lalu apa dia tidak terkejut ketika melihatmu?”

“Sarah shock ketika aku membuka pintu, dan lebih shock lagi ketika aku bilang bahwa aku adalah istrimu. Apa kalian mempunyai hubungan khusus?”

“Tidak, aku hanya sering tidur di apartemennya”

“Apa?” pekik Sally cemburu. Roman tertawa.

“Hey, aku cuma bercanda. Senang sekali rasanya kalau kau cemburu. Dan apa itu tadi? istri? kau berpura-pura menjadi istriku?”

Sally tertawa sumbang. Merasa bahwa ia baru saja mengelabuhi seorang polisi. Tidak ada spagetty dari Sarah. Ia mengenal Sarah karena semalam wanita itulah yang menunjukkan apartemen Roman.

Ini memang kebetulan yang menguntungkan. Sally harus mengumpulkan segala informasi tentang Tommy. Dan tampaknya Roman mengetahui segala yang ia butuhkan. Aku harus tinggal disini lebih lama lagi, pikirnya.

“Baiklah kalau begitu, aku akan mencoba pulang cepat hari ini.” Roman mengakhiri pembicaraan.

Sally tak pernah bisa tahu apakah dia menyukai Roman atau hanya merasa nyaman karena mereka bersahabat. Ketika berusia 9 tahun, Sally harus pindah ke Vallery Blue. Pertemanan masa kecil mereka memang tak berlangsung lama. Saat itu pula ia tak lagi berkomunikasi dengan Roman. Sally lalu bertemu dengan Roman lagi pada saat pesta pernikahannya dengan Ben beberapa tahun yang lalu.

Roman adalah teman dekat Ben semasa sekolah menengah atas. Dan semenjak itu, Roman tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Tapi Roman adalah sahabat terbaik Sally. Banyak kenangan indah diantara mereka yang tak mungkin dengan mudah dilupakan.

Sally menghentikan lamunannya tentang masa lalu dan berusaha kembali fokus meneliti isi laptop Roman. Hingga tiba-tiba ia menemukan sebuah folder berisi foto-foto Roman selama berada di akademi kepolisian. Sally menyerngitkan dahi ketika matanya tertuju pada sosok lelaki yang berfoto bersama Roman.

Jantungnya seolah berhenti berdetak. Tangannya bergetar hingga mendadak kepala Sally menjadi pusing. Sally tidak salah lihat. Sally mencoba untuk men-zoom gambar agar terlihat lebih jelas. Pria dengan postur tubuh hampir sama dengan Roman itu adalah orang yang sangat Sally kenal.

Rambutnya yang berwarna hitam dan senyumnya yang selalu merekah renyah. Bentuk bibir, hidung yang mirip burung betet, dan tanda lahir di tangan kanan. Tidak salah lagi. Itu adalah Ben. Benjamin Larfant. Suami Sally.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!