D E L A P A N B E L A S

Sebuah lagu blues mengalun indah mengiringi laju sebuah mobil menuju tengah hutan. Analog jam menunjukkan pukul 21.15 dan Roman tak melihat satupun mobil melintas. Lampu jalanan yang berwarna oranye, temaram sayup-sayup mengiringi mobilnya yang melaju secepat 80 km/jam.

Roman melihat spion tengah, ia lantas mengusap jenggot dan kumisnya yang telah ia cukur habis. Setelah ini wajah tampanku ini mungkin akan babak belur, pikirnya.

Roman sangat menyadari, pergi kerumah persembunyian Kenneth Wilder tidak akan mudah. Ia bisa membayangkan berapa banyak pengawal yang ada dirumah itu.

Keluarga Wilder terkenal akan senjatanya yang banyak dan canggih. Kira-kira senjata apa yang akan digunakan Ken Wilder untuk membunuhku nanti ya? Apa aku perlu menulis surat wasiat untuk Nenek Shia sekarang? Ah.. Kakak Sally itu pasti akan marah besar kepadaku, pikiran Roman mulai meracau.

Mobil Roman menepi pada sebuah bangunan dengan gerbang yang cukup tinggi. Roman tak bisa melihat rumah yang berada didalamnya. Rumah Ken tertutup oleh pagar tinggi yang memutar mengitari halamannya. Empat penjaga berdiri di depan pintu gerbang. Sesaat setelah Roman berhenti, salah satu diantara mereka mengetuk jendela mobil. Roman segera membuka kaca jendelanya.

“Ada perlu apa?” Tanya penjaga itu.

“Aku perlu bertemu dengan Ken Wilder. Katakan aku adalah Roman Julian”

“Oh, silahkan masuk! Tuan Kenneth telah menunggu anda”

“Menunggu?” gumam Roman dengan penasaran.

Wah.. hari ini benar-benar hari kematianku.

Mobil Roman memasuki gerbang. Roman terpukau dengan luasnya halaman yang dimiliki rumah Ken. Halaman ini seluas dua kali lapangan sepak bola. Terdapat Kolam air mancur tepat di tengah halaman. Dan tentu patung serigala ada ditengahnya. Hampir ada penjaga di setiap sudut halaman. Kenneth Wilder memiliki anak buah yang mungkin lebih banyak dari jumlah polisi di kantor Roman.

Mobil Roman berhenti tepat di depan rumah bereksterior serba kayu dan kaca yang lebar. Kesan pertama yang ia dapatkan adalah kehangatan dan keheningan. Roman memasuki pintu depan dan disambut oleh Sally yang berlari kearahnya.

Sally memeluk Roman dengan erat hingga Roman bisa merasakan detak jantung wanita itu. Kedua tangan roman pun dengan erat memeluk Sally. Untuk beberapa saat, tidak ada satupun kata yang terucap. Mereka telah mengucapkan apa yang mereka rasakan lewat pelukan.

“Maafkan aku…” bisik Roman dengan lembut di telinga Sally. Sally menarik diri lalu meraih wajah Roman dengan kedua tangannya. Matanya berkaca-kaca dan bibirnya bergetar.

“Kau tampan sekali hari ini, aku merindukanmu” ujar Sally, membuat Roman tak sanggup menahan diri untuk tidak mencium wanita itu. Mereka lalu larut dalam ciuman penuh kerinduan.

Dan tiba-tiba,

*DORRRR..

PRAAANGGGG*..

Sebuah guci yang terletak tak jauh dari mereka pacah berkeping-keping setelah bunyi letupan senapan. Roman dan Sally serentak menatap seorang yang menembak guci itu.

“Ah..maafkan aku, aku sedang mencari cicak, kukira tadi dia masuk kedalam guci itu” Ken tersenyum sangat puas.

“Cicak?” Tanya Sally dangan nada menyindir.

“Hem..” Jawab Ken dengan senyum simpul diujung bibirnya.

“Kau merusak guci mahal ini hanya untuk membunuh seekor cicak?” sahut Roman dengan polos. Sally melirik kekasihnya. Apa dia benar-benar sepolos itu?

“Tembakanku meleset. Seharusnya aku menembakmu.”

Ken mengangkat senapannya, membidik tepat kearah Roman. Sally dengan spontan berdiri di depan Roman. Jully tiba-tiba muncul dari belakang dan meraih senapan Ken. Wanita itu lantas mengambilnya.

“Kau mau keponakanmu menjadi anak yatim?” ujar Jully dengan mata melotot kearah Ken.

Pria itu menarik nafas panjang lalu menghampiri Roman. Sally merentangkan kedua tangannya, berusaha untuk melindungi Roman. Namun, Roman malah memegang kedua pundak Sally dan menyuruhnya untuk minggir. Ken melayangkan pukulannya tepat di wajah Roman. Membuat laki-laki itu harus mundur beberapa langkah.

“Kakak!” Pekik Sally.

“Diam Kau! Tetap disana, biarkan ini menjadi urusan antar lelaki” bentak Ken.

Roman mengusap darah yang keluar dari hidungnya. Ia menghampiri Ken kembali, bersiap untuk menerima pukulan selanjutnya. Ia memang tak berniat membalas Ken. Ia merasa pantas untuk mendapatkannya.

Ken kembali memukul Roman, kali ini membuat Roman jatuh bertekuk lutut. Jully menahan Sally yang hendak menyerang kakaknya.

“Kenny, cukup!” pinta Jully dengan lembut.

Namun Ken masih terus menyerang Roman. Ia menarik kerah baju Roman, menatap kedua mata Roman dengan penuh kebencian.

“Pergilah dari hidup adikku”

“Aku tak bisa” jawab Roman dengan tegas.

Ken semakin beringas memukul Roman. Sally berlutut di samping kakaknya, dengan menangis ia memohon “Kakak.. “

Namun Kenneth tak bergeming. Wajah Roman hampir tak bisa lagi dikenali, berlumuran darah. Walau begitu ia sama sekali tidak berniat untuk membalas pukulan Ken, atau bahkan sekedar melindungi diri.

“Aku sangat mencintai adikmu. Aku tak bisa meninggalkannya. Kau boleh menghajarku sampai aku mati, tapi jangan memintaku untuk meninggalkan Sally” tukas Roman dengan suara parau.

Ken menahan pukulannya. Ia menatap wajah Roman. Lalu melepaskan cengkramannya. Roman terjatuh di lantai. Sally dengan segera meraih tubuh kekasihnya. Didekapnya Roman dalam pangkuannya. Jully menenangkan Ken, dielusnya dada bidang Ken dengan lembut.

“Kau mengerti bagaimana rasanya diminta meninggalkan orang yang sangat kau cintai, bukan?” Tanya Jully. Ken hanya terdiam, mengingat masa lalu. Ia menatap wajah Jully dengan sedih. Ada hal yang sangat ingin ia katakan namun tertahan di bibirnya.

...***...

Beberapa tahun yang lalu, ketika ia berada sama persis seperti posisi Roman saat ini. Bertekuk lutut di depan Vladimir Romusca dengan wajah penuh luka dan darah. Tak berkata sepatah katapun, tidak melawan, tidak juga melindungi diri. Kenneth Wilder, monster yang sangat ditakuti di seluruh penjuru Kota, babak belur di tangan Vladimir Romusca. Sedangkan Jully menangis memohon hingga bersujud disamping ayahnya untuk berhenti memukuli Ken.

“Apa kau tak sadar siapa dirimu?”

Vladimir menendang kepala Kenneth, pria itu jatuh tersungkur namun segera kembali berlutut. Berulang kali ia terjatuh karena hal yang sama, berulang kali pula ia kembali ke posisi berlutut. Karena itupun, Vladimir semakin tersulut emosi, semakin membabi buta menghajar putra sulung musuh bebuyutannya itu.

“Apa ini semua rencana ayahmu? Menyuruhmu mendekati anakku lalu kau hancurkan dia?”

“Ayah kumohon, kami memang benar-benar saling mencintai” Jully memegang kaki ayahnya, namun Vladimir masih murka, ia tidak bergeming sedikitpun dengan rengekan anak gadisnya.

“Diam kau! Masih banyak laki-laki yang lebih baik dari si brengsek ini dan kau masih mau bersamanya? Apa kau sudah gila Jullianne? Kau pilih ayahmu atau laki-laki ini?” Bentak Vlad.

“Ayah..kumohon…” Jully tak mampu melanjutkan kata-katanya. Suaranya tercekat, ia tak bisa memilih.

Di sisi lain, Ken merasakan darah mengucur deras dari pelipis dan hidungnya. Telinganya berdenging namun masih dengan jelas mendengar isak tangis Jully.

Hatinya begitu hancur ketika ia melihat Jully bersujud di kaki ayahnya sembari memohon. Ia tak tega. Ia merasa bersalah. Di titik itu ia tak mampu lagi membendung rasa sakitnya. Ia harus mengalah. Ia harus menyadari bahwa cintanya tak mungkin bersatu dengan Jully.

“Pergilah dari hidup anakku!”

Ken terdiam. Menatap wajah Jully, lalu tersenyum.

“Maafkan aku Jully..” kata Kenneth dengan pelan namun masih terdengar jelas. Vladimir tersenyum sinis lalu menyuruh anak buahnya untuk menyeret tubuh Ken keluar dari rumahnya. Jully tak bereaksi. Ia hanya terdiam dengan melihat Ken hingga laki-laki itu benar-benar pergi.

...***...

“Kenny..” panggil Jully menyadarkan lamunan Ken.

“Panggilkan Serge, suruh ia obati luka Roman. Suruh pelayan untuk menyiapkan kamar untuknya, jangan tidur bersama, suruh penjaga untuk mengawasi kamar kalian masing-masing” perintah Ken kepada Sally. Ia lalu melangkah pergi. Meninggalkan tanda Tanya di benak Sally dan Roman.

Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!