Genta dan maurine bersepeda bersama menuju pasar ikan dan toko souvenir. Genta mengayuh sepedanya disisi Maurine.
"Jangan hanya melihat kekiri dan kekanan Nyonya Aiden. Lihat jalanmu, jika jatuh jangan menangis."
Maurine merengut, "Memang kau mengira aku anak-anak yang jatuh lalu menangis. Uh, menyebalkan. Ayo kejar aku," ucap Maurine mengayuh sepedanya cepat mendahului Genta.
Genta tersenyum, "Hanya bisa seperti ini dulu. Genta, ayo nikmati hari-hari indah bersama istrimu. Lupaka sejenak semua beban pikiranmu," batin Genta.
"Sayang tunggu," teriak Genta menyusul Maurine.
Maurine tertawa memalingkan wajah sekilas kearah belakang. Maurine mulai mengerem laju sepedanya dan mengayuh perlahan-lahan. Genta akhirnya bisa menyusul Maurine dan bersepeda di samping Maurine.
"Dijalan depan kau harus berhati-hati. Jika ombak besar makan akan sampai naik ke jalan. Jangan kesal jika pakaianmu basah nanti. Sebelum ombak datang sebaiknya kita lewat. Ayo...," ajak Genta yang mengayuh sepeda agak cepat mendahului Maurine.
Maurine tersenyum memandangi punggung Genta. Genta menghentikan sepedanya dan memalingkan wajah memanggil-manggil Maurine.
"Sayang lihatlah, itu pasarnya."
Genta menunjuk tempat ramai dimana segala macam jenis ikan ada. Tempat yang disebutnya pasar ikan. Maurine mengerem dan menghentikan sepedanya di sisi Genta.
"Wahhh, ramai sekali. Ayo cepat kita kesana."
"Kau yakin mau kesana? tidak khawatir bau amis?" tanya Genta.
"Jangankan bau amis, bau sampah saja aku sudah tahan. Jangan khawatir, akulah yang seharusnya khawatir padamu. Tetapi aku senang kau bisa berbaur dengan kami kelas bawah. Tidak semua orang berkelas seperti kalian mau menerima keadaan sekitar. Mereka terbiasa hidup mewah, tersedia dan tidak kerepotan melakukan segala sesuatu."
"Suamimu orang beebeda sayang. Lupakan siapa aku, anggap saja aku bukan siapa-siapa. Ayo kita pergi kesana," ajak Genta.
Genta dan Maurine mengayuh sepeda mereka masing-masing menuju pasar ikan. Mereka melewati sebuah jalan lebar, di jalan itu mereka bisa melihat jelas laut dan luas.
"Disinikah yang kau katakan tadi?" tanya Maurine.
"Hm, lihat ombak datang. Merapat di sisiku," ucap Genta.
Ombak laut bergulung ketepian, menghempas bebatuan yang ada di bawah jalan. Karena tekanan air yang kuat membuat air meluap sampai ke jalan.
Genta dan Maurine mengayuh cepat agar tidak basah. Maurine tertawa merasa senang, Genta mengubah posisinya yang sebelumny ada di sisi kanan Maurine menjadi di sisi kiri Murine.
"Ini belum seberapa, tetap saja kita sedikit basah. Hahahaha...," ucap Genta.
"Ini seru," sambung Maurine.
"Kau senang sekali bermain air," keluh Genta.
"Haha..., ayolah itu menyenangkan. Saat kau bermain air, waktumu akan terasa cepat berlalu. Yang tersisa jari-jarimu akan keriput dan bibirmu biru karena kedinginan."
Genta dan Maurine semakin dekat, Genta berhenti diikuti Maurine. Mereka memarkis sepesa mereka tidak jauh dari pasar.
"Saat masuk kedalam hanya boleh berjalan kaki. Jadi pengguna kendaraan hanya sampai disini. Mereka akan memarkir semua kendaraan mereka disini," jelas Genta melihat sekeliling.
"Oh, begitu."
Genta teringat akan masa kecilnya dulu. Matanya menyelisik sekitar, Genta tersenyum semuanya tidak banyak berubah. Melihat Genta melamun, Maurine merangkul Genta dan mengejutkan Genta.
"Hallo...," panggil Maurine.
"Ahh hahaha..., maaf aku melamun."
"Apa yang kau pikirkan? Serius sekali," tanya Maurine.
"Memikirkan tentang masa dulu, aku sering ikut Mamaku kesini untuk membeli ikan. Lupakan, ayo...," ajak Genta merangkul Maurine.
Genta dan Maurine berjalan beriringan menuju pasar. Banyak pengunjung yang datang hari itu. Tidak hanya pengunjung dari penduduk sekitar, tetapi juga dari luar kota. Yang memang ingin berburu ikan segar.
Lama berjalan, mereka akhinya sampai di dalam pasar. Penjual menjajalkan ikan dagangannya kepada pengunjung.
"Mari silakan, ikannya masih segar."
"Silakan Tuan, Nyonya.
"Silakan...."
"Mari silakan...."
Maurine melihat seorang pedagang ikan memanggang ikan dan melumuri ikan itu dengan bumbu. Aroma ikan panggang begitu menggiurkan. Maurine menarik lengan kaus Genta sembari menggigit bibir bawahnya.
Genta tersenyum mengelus kepala Maurine. Genta tahu maksud Maurine, Maurine tergoda ingin makan ikan panggang yang dilihatnya.
"Ayo beli," ajak Genta.
Genta mendekat dan memesan 1 porsi ikan panggang. Genta meminta penjual untuk memisah antara tulang dan daging ikan dan membungkusnya. Tidak lupa genta meminta penjual memberi tambahan bumbu rasa pedas.
Penjual memberikan ikan panggang dan diterima oleh Genta. Genta memberikan uang dan meminta penjual menyimpan sisa uang kembalian.
Genta memberikan bungkusan berisi ikan panggang pada Maurine. Maurine menerima dan tersenyum senang.
"Terima kasih sayang," ucap Maurine.
"Hm, sama-sama. Makanlah pelan-pelan," jawab Genta.
Maurine membuka bungkusan dan melihat ikan panggang yang terlihat begitu nikmat dan menggiurkan. Melihat ikan panggang di tangannya air liur Maurine ingin menetes.
Maurine menusuk ikan panggang dan melahapnya, "Hmmm, enak sekali."
Genta menatap Maurine, "Makan pelan-pelan jangan sampai tersedak. Kita cari penjual minuman dulu baru berkeliling lagi," kata Genta melihat sekitar mencari penjual minuman.
Genta melihat penjual minuman, Genta membawa Maurine bersamanya untuk menedekati penjual tersebut.
"Apa yang ingin kau minum?" tanya Genta.
"Air putih saja," jawab Maurine.
Genta meraba saku celananya dan membayar. Genta lalu mengambil sebotol air mineral.
"Kalian pengantin baru?" tanya penjual minuman dengan suara gemetar.
"Ya Nek, kami baru menikah kemarin. Nenek bagaimana bisa tahu?" tanya Maurine.
"Kau sangat cantik sayang. Bertahanlah kelak jika kau dalam keadaan sulit. Suamimu tidak bersalah, dia pria yang luar biasa hebat. Kalian pasti akan bisa melewati semua masalah yang terjadi. Jangan menyesali apa yang terjadi, tetapi harus mensyukuri adanya pertemuan diatara kalian. Selamat menempuh kehiduapn baru, Nenek sangat yakin akan ada akhir yang indah."
Maurine mengernyitkan dahi menatap Genta. Genta kaget saat mendengar ucapan Nenek penjual minuman. Genta berusaha tenang dan mengumbar semyuman.
"Nek, terima kasih untuk doanya. Kami permisi lebih dulu karena masih banyak tempat yang belum kami kunjungi. Semoga Nenek selalu sehat," ucap Genta yang langsung pergi menggandeng Maurine.
"Kenapa buru-buru? aku belum bertanya apa maksudnya," ucap Maurine.
"Maksud apa? Nenek itu hanya mendoakan kita kan," elak Genta.
"Hm, aku menangkap sesutau dari ucapannya. Apakah dia sedang memperingatkanku?" Gumam Maurine.
Genta merangkul Maurine, "Jangan berpikir macam-macam. Ayo jalan dan berkeliling lagi," ucap Genta.
Meski penasaran, Maurine akhirnya melupakan sejenak ucapan Nenek penjual minuman itu. Maurine dan Genta melanjutkan berkeliling pasar.
***
Hallo semua..
Terimakasih sudah mau berkunjung dan membaca novel saya..
Jangan pernah bosan menunggu update selanjutanya ya..
Jangan lupa like,☆☆☆☆☆ dan isi kolom komentar..
Jangan lupa berikan vote juga ya..
Kunjungi juga di novel saya yang lain. Dengan judul,
•Lelaki Bayaran Amelia (Season 1&2 End)
•Pelukan Hangat Paman Tampan (End)
•Pangeran Es Jatuh Cinta (End)
(Season ke 2 dari Pelukan Hangat Paman Tampan)
•Pangeran Vampir (End)
•Pangeran Vampir 2 (SEASON 2) (End)
•Vampir "Sang Abadi" (End)
•Cinta Lama Yang Datang Kembali (End)
•Mommy And Daddy (CLYDK 2) (End)
•Darren & Karren (Perjalanan Cinta) CLYDK SEASON KE 3 (End)
•Suami Pengganti (End)
•Oh My Husband (End)
•The Hit Man In Love
•Jatuh Cinta Pada Tetangga
•Dendam Permaisuri Kepada Kaisar
Jangan lupa like, ☆☆☆☆☆ dan isi kolom komentar.. vote juga dong..
Terimakasih..
Untuk pembaca yang ingin join grup FB/WA silakan..
Untuk yang ingin follow ig saya juga silahkan..
ig: dea_anggie
Line id: dea_anggie
Fb: dea anggie
Grup FB: Lelaki Bayaran Amelia
❤❤❤❤❤
Bye bye..
Salam hangat,
"Dea Anggie"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Lusia Tanti
tolong nek......ramal aku ya....😍😍
2021-08-04
1
Lusia Tanti
seorang nenek yang pintar.....semacam peramal.....😍😍
2021-08-04
0
Franki Lengkey
thor visualnya
2021-07-24
0