Genta mengikuti Maurine. Maurine memesan beberapa makanan pedas. Melihat Maurine makan begitu lahap membuat genta melebarkan mata.
"Pelan-pelan, tidak akan ada orang yang berani berebut makanan denganmu."
"Ini enak sayang kau mau coba? udang pedas ini sangat lezat. Hmmmmhhh," ucap Maurine sembari menjilati tepi bibirnya sendiri.
"Jangan terlalu banyak makan pedas. Nanti perutmu dan tenggorokanmu bisa sakit," kata Genta menasihati Maurine.
Maurine mengangguk, "Iya," jawabnya dengan tersenyum.
Genta hanya makan pasta, maurine menyodorkan udang yang sudah di kupas ke mulut Genta.
"Kau mau coba? aku sudah hilangkan bumbu pedasnya. Kau tidak alergi makanan laut kan?" tanya Maurine.
Genta menghela napas pendek lalu melahap udang yang di berikan Maurine. Genta melebarkan mata, meski bumbu pedas sudah dihilangkan, bagi Genta itu masih terasa pedas. Genta menahan rasa pedas di mulut dan langsung menimun segelas air putih di hadapannya.
"Mau lagi?" tawar Maurine.
Genta menggeleng, "tidak, udangmu sangat pedas sayang. Bagaimana bisa perutmu begitu tahan," keluh Genta.
Maurine hanya tersenyum dan melanjutkan makannya. Genta memakan pastanya untuk mengurangi rasa pedas di mulutnya. Mereka berdua sama-sama menikmati hidangan yang mereka pesan.
***
Genta dan Maurine sudah selesai makan. Maurine mengajak Genta berjalan berkeliling dari ujung ke ujung lalu kembali kerumah.
Melihat pantai, Maurine pun akhirnya terpikat. Dia menggandeng tangan Genta mendekati tepi pantai. Maurine merangkul tangan Genta dan menyandarkan kepalanya ke lengan Genta. Mereka berjalan perlahan-lahan menyusuri tepi pantai.
"Sayang, ayo kita kembali. Ini sudah malam," ajak Genta.
"Hm, oke...," jawab Maurine.
Genta dan Maurine berjalan bergandengan untuk kembali ke rumah. Genta membuka pintu, mempersilakan Maurine masuk dengan gaya khas pelayan hotel.
"Silakan Nyonya Aiden," ucap Genta tersenyum tampan.
"Terima kasih Tuan Aiden," jawab Maurine menarik hidung mancung Genta.
Maurine berjalan masuk menuju meja makan, mengambil gelas dan menuang air minum. Genta menutup pintu, berjalan ke sofa ruang tengah dan duduk bersandar.
"Ahhh, lelah sekali."
Maurine mendekat, memberikan segelas air putih untuk Genta. Genta menerima gelas pemberian Maurine dan meminum air putih sampai separuh gelas.
"Terima kasih," ucap Genta, meletakan gelas di atas meja.
"Tidak perlu, ini adalah tugasku. Ini adalah hal kecil," jawab Maurine.
Maurine duduk di samping Genta menyendarkan kepalanya di bahu genta. Genta merangkul Maurine, tangan Genta mengapai tangan Maurine lalu mengusap lembut punggung tangan Maurine.
"Kau tidak akan menyesal hidup bersamaku kan Maurine?" tanya Genta.
"Aku rasa tidak. Kau begtiu baik dan perhatian padaku. Kenapa harus menyesal?" Jawab Maurine.
"Dengar kataku ini baik-baik. Jika suatu saat kau mendengar gosip atau berita apapun mengenaiku. Jangan hiraukan, cukup percaya apa kataku saja. Jika ada pertanyaan yang mengganjal dihatimu, maka kau hanya harus bertanya padaku seorang. Dan kau harus percaya jawabanku," jelas Genta.
"Iya, aku mengerti. Aku akan selalu percaya apa yang kau katakan," jawab Maurine.
"Berjanjilah kau tidak akan pergi meninggalkanku. Apapun yang terjadi kita akan tetap bersama," pinta Genta.
Maurine mengangkat kepala menatap Genta, "Apa ada sesuatu? mengapa bicaramu aneh sekali?" tanya Murine.
"Kumohon, berjanjilah. Jangan pernah pergi meninggalkanku," ucap Genta, meraba wajah Maurine dengan kedua tangannya.
Maurine mengangguk, "Aku berjanji. Bagaimana bisa aku pergi, kita sudah mengucapkan janji pernikahan. Suka dukamu, segala keadaanmu aku akan menerimanya. Kita akan selalu bersama," jawab Maurine.
"Sayang...," panggil Genta yang langsung memeluk Maurine.
Genta merasa sedih, ingin rasanya menceritakan semuanya. Namun Genta juga tak ingin kehilangan umpan besarnya yang sudah susah payah dia dapatkan.
"Tunggulah sayang. Jika waktunya tiba nanti, aku aku akan benar-benar membebaskanmu dari sangkar. Kau bisa mengepakkan sayap indahmu untuk terbang. Jika sekarang kau lepas, kau akan di buru oleh anj*ng pemburu. Bersabarlah sebentar lagi," batin Genta.
"Maaf jika aku harus menyembunyikanmu nantinya. Percayalah padaku, didunia ini hanya kau yang paling berharga dalam hidupku. Jangan pernah membenciku hanya karena aku menyembunyikanmu," ucap Genta.
Maurine tersenyum, mengusap-usap kepala Genta. Maurine menepuk pelana punggung Genta.
"Aku percaya padamu, Suamiku. Kau pasti akan mejaga dan melindungiku lebih dari siapapun," bisik Maurine di telinga Genta.
Air mata Genta menetes, "maafkan aku," batin Genta.
Genta mengeratkan pelukan, Murine mengeluh sesak. Maurine melepas pelukan dan menatap genta. Maurine mengeryitkan dahi melihat Genta menangis.
"Kau menangis?" tanya Maurine.
"Ya, aku menangis karena terharu. Ucapanmu membuatku menangis," jawab Genta beralasan.
"Akulah yang bersalah. Aku terlalu awal menilaimu, maafkan aku yang telah melukai hatimu. Aku harusnya mengerti, seorang yang besar sepertimu memang harus bisa menjaga reputasi. Aku juga tidak mau penggemar wanitamu mengamuk padaku," jelas Maurine.
"Terima kasih, sudah mau mengerti sayang."
Maurine mengangguk, "Sama-sama," jawab Maurine.
Genta mendekat dan mencium sangat lembut kening Maurine.
"Ayo bersih-bersih dan lekas tidur. Aku akan mengajakmu berbelanja besok," ajal Genta.
Maurine mengangguk, "Hm," jawab Maurine.
Genta dan Maurine pergi kekamar tidur mereka bersama-sama. Hari itu di lewati begitu saja oleh Genta dan Maurine. Tubuh mereka lelah, mereka memilih untuk cepat tidur dan tidak melakukan kegitan apapun lagi. Mereka melewatkan malam indah yang seharusnya menjadi kenangan manis yang tidak akan terlupakan.
Genta tahu, Maurine tidak akan bisa langsung menerimanya jika mendesak melakukan hal itu. Genta tak ingin menyakiti Murine, karena baginya kini Maurine lebih dari segalanya.
Genta akan menunggu dan menahan, sampai Maurine benar-benar siap dan mau menerimanya. Memaksa bukan jalan yang akan di pakai Genta, seorang Genta akan menjadi seorang penahluk hati.
***
Hallo semua..
Terimakasih sudah mau berkunjung dan membaca novel saya..
Jangan pernah bosan menunggu update selanjutanya ya..
Jangan lupa like,☆☆☆☆☆ dan isi kolom komentar..
Jangan lupa berikan vote juga ya..
Kunjungi juga di novel saya yang lain. Dengan judul,
•Lelaki Bayaran Amelia (Season 1&2 End)
•Pelukan Hangat Paman Tampan (End)
•Pangeran Es Jatuh Cinta (End)
(Season ke 2 dari Pelukan Hangat Paman Tampan)
•Pangeran Vampir (End)
•Pangeran Vampir 2 (SEASON 2) (End)
•Vampir "Sang Abadi" (End)
•Cinta Lama Yang Datang Kembali (End)
•Mommy And Daddy (CLYDK 2) (End)
•Darren & Karren (Perjalanan Cinta) CLYDK SEASON KE 3 (End)
•Suami Pengganti (End)
•Oh My Husband (End)
•The Hit Man In Love
•Jatuh Cinta Pada Tetangga
•Dendam Permaisuri Kepada Kaisar
Jangan lupa like, ☆☆☆☆☆ dan isi kolom komentar.. vote juga dong..
Terimakasih..
Untuk pembaca yang ingin join grup FB/WA silakan..
Untuk yang ingin follow ig saya juga silahkan..
ig: dea_anggie
Line id: dea_anggie
Fb: dea anggie
Grup FB: Lelaki Bayaran Amelia
❤❤❤❤❤
Bye bye..
Salam hangat,
"Dea Anggie"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
ronadi haqqi
good
2023-01-12
0
Lusia Tanti
aku juga mau dipeluk 😘😘😘
2021-08-04
0
Franki Lengkey
maniiis sekali❤❤❤❤❤❤
2021-07-24
0