Keesokan harinya....
Maurine terjaga dari tidurnya. Maurine membuka matanya lebar-lebar melihat sekeliling. Maurine teringat akan kejadian semalam, saat dia dibawa pulang oleh seorang pria muda yang tampan bernama Genta.
Maurine langsung bangun dan memalingkan wajah kekiri dan kekanan mencari Genta.
"Dimana pria itu," gumam Maurine.
Maurine memalingkan wajah melihat nakas, diatas nakas ada sebuah ponsel dan selembar kertas catatan untuk Maurine.
Maurine mengambil kertas dan membaca catatan itu.
"Pakailah ponsel ini, ponselmu aku simpan. Ada nomor telepon ku di dalam nya, jangan hubungi siapapun selain aku. Kau mengerti? jika kau sudah bangun, mandi dan bersiaplah. Ada pelayan yang bernama Bibi Anna. Bibi Anna akan melakukan pekerjaan rumah, kau katakan saja padanya apa yang kau butuhkan. Aku masih harus bekerja, sampai jumpa sore nanti."
Maurine mengambil ponsel dan menyalakan layar ponsel. Maurine memeriksa kontak ponselnya dan benar saja, Genta sudah menyimpan nomor teleponnya dengan nama 'Suamiku'.
"Suamiku? Ini sungguh bukan mimpi kan?" gumam Maurine.
Maurine bangun dan turun dari tempat tidur. Maurine merapikan tempat tidurnya lalu pergi kekamar mandi meninggalkan ponselnya. Saat kakinya baru melangkah, pintu kamar di ketuk dari luar.
Tok....
Tok....
Tok....
"Nyonya, boleh saya masuk?" kata seseorang dari luar yang langsung membuka pintu dan masuk.
Seorang berpakaian pelayan berjalan menghampiri Maurine. Senyumnya mengembang menyapa Maurine.
"Selamat pagi Nyonya. Perkenalkan, saya Anna. Anda bisa memanggil saya Bibi Anna. Saya adalah pelayan yang biasa melayani Tuan di Rumah ini."
"Hallo, Maurine. Senang bertemu denganmu Bibi," sapa balik Maurine memperkenalkan diri.
"Tuan memerintahkan saya mengantar pakaian ganti untuk Anda. Setelah selasai mandi dan merapikan diri, Anda bisa keluar untuk sarapan. Anda ingin sarapan apa? Saya harus tahu apa-apa saja makanan kesukaan Anda."
"Hm, tidak perlu repot Bibi. Aku akan melakukan itu sendiri nanti. Aku akan memasak sarapanku sendiri. Ohh, apakah Tuan...," kata-kata Maurine terhenti.
"Tuan sudah berangkat kekantor kurang dari 1 jam yang lalu. Beliau berangkat lebih awal karena ada kepentingan," jawab Bibi Anna.
"Baiklah Bi, Bibi bisa lanjut bekerja. Aku ingin mandi," ucap Maurine.
"Baik Nyonya. Saya permisi," jawab Bibi Anna yang melangkah mundur meletakan pakaian ganti Maurine diatas tempat tidur. Bibi Anna melangkah pergi meninggalkan Maurine di kamar.
"Bibi Anna begitu sopan padaku," batin Maurine yang merasa canggung. Maurine pergi kekamar mandi untuk mandi.
***
Genta selesai dengan rapatnya. Dia gelisah, ingin tahu sedang apa Maurine di rumah. Genta pergi meninggalkan ruang rapat dan pergi ke ruang kerjanya. Genta menghampiri kursi kerjanya, duduk dan menatap layar komputer dihadapannya. Tidak berselang lama, pikirannya kembali teralihkan. Genta mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Maurine.
Panggilan tersambung namun belum di terima oleh Maurine. Lama Genta menunggu sampai pada akhirnya panggilannya di terima.
(Percakapan di telepon)
"Iya, hallo?"
"Kau sedang apa?" tanya Genta.
"Ah maaf, aku baru dari luar untuk sarapan. Kau tidak marah kan? Kau lama menunggu jawaban panggilanmu?" Tanya Maurine.
"Tidak apa. Apa yang kau makan?" tanaya Genta.
"Hm, aku makan roti isi."
"Apa yang kau sukai, bunga atau cokelat?" tanya Genta.
"Keduanya. Aku suka bunga dan suka makan cokelat," jawab Maurine.
"Oke," jawab Genta.
"Hm?" Gumam Maurine.
"Jika kau ingin sesuatu, minta pada Bibi Anna. Dia orang kepercayaanku, dia baik dan tidak akan mencelakaimu. Jangan takut padanya, sikap dan uacapannya memang sangat formal."
"Ya, terima kasih sudah mengingatkan."
"Kau baik-baik dirumah," ucap Genta.
"Hm. Kau juga, semangatlah bekerja."
"Berikan aku ciuman," pinta Genta.
"Apa?" tanya Maurine kaget.
Maurine terdiam, Genta juga terdiam. Maurine tidak tahu tujuan Genta meminta hal yangvmenurutnya aneh.
"Pria aneh, mengapa meminta ciuman?" batin Maurine.
"Kau tidak mau berikan? Baiklah, biarkan aku yang beri saja. Muaaaach..., aku menyanyangimu."
Maurine merasa malu, wajahnya bersemu merah. Baru kali ini bertemu pria konyol sseprti Genta.
"Sudah, sudah, bekerjalah. Aku tidak akan lari darimu," jawab Maurine.
"Oke, sampai nanti sayang."
Tut....
Tut....
Genta mengakhiri panggilannya. Genta menghubungi Asistennya, untuk membeli bunga dan cokelat.
(Percakapan di telepon)
"Ya Tuan?" jawab Asistennya.
"Al, dimana kau?" tanya Genta.
"Saya masih diruang rapat Tuan. Ada hal penting apa?" Tanya Alvian.
"Pergi beli bunga mawar merah dan cokelat lalu kirim ke rumah pribadiku. Tulis ucapan untuk Istriku di bunga dan cokelatnya. Oke?" perintah Genta.
"Istri? Nyonya Felicia?" jawab Genta.
"Sejak kapan aku anggap Felicia Istriku? Kirim ke Rumah pribadiku, bukan Rumah nenek sihir itu. Kau akan bertemu dengan Nyonyamu di rumah pribadiku," jelas Genta.
"Ba-baik Tuan. Saya akan segera pergi membeli apa yang Anda inginkan."
"Hm, jangan sampai salah Al. Aku akan potong separuh gajimu jika kau lalai dalam tugasmu. Sebaliknya, aku akan tambah separuh dari gaji bulananmu jika kau sukses."
Mendengar bonus Alvian sangat bersemangat, Alvian langsung tersenyum lebar merasa senang.
"Saya tidak akan mengecewakan Anda Tuanku. Cokelat dan Bunga mawar merah unyuk Nyonya kedua. Saya akan pergi sekarang juga untuk memebelinya," jawab Alvian menggebu-gebu.
Genta mengakhiri panggilan. Genta menggelengkan kepala dibuat Alvian. Genta tersenyum, membayangkan wajah cantik Maurine. Senyumnya yang cantik tak bisa di lupakan Genta. Suaranya yang lembut, tatapan mata yang hangat. Membuat Genta memendam rasa pada Maurine. Apa yang dirasakan Genta seperti "Cinta pada pandangan pertama" dimana ada rasa ingin memiliki dan tak ingin kehilangan.
Ponsel Genta tiba-tiba saja berdering. Panggilan dari seseroang yang bernama "Felicia" melihat nama yang membuat hatinya kesal, Genta mengabaikan panggilan itu dan kembali fokus bekerja.
***
Di Rumah lain...
Felicia merasa kesal. Membanting ponselnya keranjang. Felicia memaki Genta dan mengumpati Genta.
"Pria br*ngs*k! Beraninya mengabaikan panggilanku. Aku m tidak akan menyerah sampai disini Genta. Tidak akan," ucap Felicia marah.
Felicia memandang foto pernikahannya dengan Genta. Felicia memandang dengan tatapan mata penuh kekesalan.
"Kenapa kau mengabaikanku? Aku Istrimu," gumam Felicia, "aku tidak yakin kau tidak menaruh rasa padaku, kita sudah menikah selama 2 tahun Genta. 2 tahun bukan waktu yang singkat," imbuh Felicia dalam gumamnya.
***
Hallo semua..
Terimakasih sudah mau berkunjung dan membaca novel saya..
Jangan pernah bosan menunggu update selanjutanya ya..
Jangan lupa like,☆☆☆☆☆ dan isi kolom komentar..
Jangan lupa berikan vote juga ya..
Kunjungi juga di novel saya yang lain. Dengan judul,
•Lelaki Bayaran Amelia (Season 1&2 End)
•Pelukan Hangat Paman Tampan (End)
•Pangeran Es Jatuh Cinta (End)
(Season ke 2 dari Pelukan Hangat Paman Tampan)
•Pangeran Vampir (End)
•Pangeran Vampir 2 (SEASON 2) (End)
•Vampir "Sang Abadi" (End)
•Cinta Lama Yang Datang Kembali (End)
•Mommy And Daddy (CLYDK 2) (End)
•Darren & Karren (Perjalanan Cinta) CLYDK SEASON KE 3 (End)
•Suami Pengganti (End)
•Oh My Husband (End)
•The Hit Man In Love
•Jatuh Cinta Pada Tetangga
•Dendam Permaisuri Kepada Kaisar
Jangan lupa like, ☆☆☆☆☆ dan isi kolom komentar.. vote juga dong..
Terimakasih..
Untuk pembaca yang ingin join grup FB/WA silakan..
Untuk yang ingin follow ig saya juga silahkan..
ig: dea_anggie
Line id: dea_anggie
Fb: dea anggie
Grup FB: Lelaki Bayaran Amelia
❤❤❤❤❤
Bye bye..
Salam hangat,
"Dea Anggie"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Bety Yatmikasari
iya knp ya .. ada masalah apa ya perkawinan Felicia...& Genta... kok Genta segitu bencinya sama Felicia...
2023-06-03
0
Retno Elisabeth
wah Genta sdh beristri
2023-05-01
0
Benazier Jasmine
lanjut thooor
2021-11-16
0