"Ya Allah, Nduuuk. Kamu sudah SMA, kan? kok bisa sekotor ini?" tanya Mama saat melihat jemuran di belakang rumah. Ya, Maya gagal membersihkan noda coklat kopi itu menggunakan citrun.
Mama pasti marah karena memikirkan harga seragamnya. Maya membatin sambil menunduk.
"Mama ada pemutih, kita coba, ya. Jadi, seragam baru ini?" tanya Mama lagi sambil menurunkan jemuran, membawanya ke ember yang sebelumnya sudah diisi air dan pemutih. Belum sempat Maya menjawab, ponsel Mama sudah berdering. Mama segera mengambil ponselnya dan mengangkat telepon tersebut.
"Ya, halo," sapa Mama.
"Assalamu'alaikum, dengan Bu Rini?" tanya penelepon setelah mengucap salam.
"Wa'alaikumussalam. Ya, benar. Dengan siapa?" jawab Mama.
"Kenalkan, saya Herryl ketua OSIS SMA Angkasa. Hari ini seragam Kak Maya kotor karena sebuah insiden. Kami yang bertanggung jawab atas seragam Kak Maya. Jadi, Kak Maya tidak perlu mengurangi tabungannya di koperasi," ujar si penelepon yang ternyata Herryl.
"Ya Allah, ada insiden apa? Terima kasih, Nak Herryl,"
"Iya, Bu. Sama-sama," ucap Herryl yang kemudian beruluk salam dan menutup teleponnya.
"Maya, sini, Nduk," panggil Mama usai menutup telepon. Maya segera mendekat pada Mama yang duduk di ruang tamu. "Gimana hari ini di sekolah?" tanya Mama. Maya terdiam sebentar sebelum akhirnya menjawab.
"Alhamdulillah ujian lancar, Ma," jawab Maya, masih menunduk.
"Alhamdulillah. Lalu, baju itu kotor kenapa?" tanya Mama lagi.
"Hanya masalah sepele, Ma. Maya tidak hati-hati saja," jawab Maya kemudian. Mama berdecak, gemas akan sikap anaknya yang tertutup ini.
"Nduk, tadi Nak Herryl yang nelpon," ujar Mama, membuat Maya mengangkat wajahnya. "Katanya mereka yang tanggung jawab sama seragam kotormu. Coba kamu cerita, kenapa bisa mereka bertanggung jawab? Kamu ada masalah sama OSIS? Nduk, tugasmu hanya belajar. Kita ini nggak kayak orang-orang yang gampang pakai duit. Jangan cari masalah di sekolah," lanjut Mama.
"Iya, Ma. Maya selalu inget pesan Mama. Tadi itu ada geng yang nyiram kopi susu ke baju Maya dan Herryl kena juga, Ma," ucap Maya bercerita.
"Kok bisa kamu disiram? Dan, tumben bisa sama Herryl, kamu?" tanya Mama lagi.
"Geng itu nggak suka Herryl baik sama Maya, Ma. Padahal Maya juga nggak minta siapapun baik sama Maya. Tapi, berbuat baik pada siapapun juga hak setiap orang, kan, Ma?"
Mama terdiam. Mencari tahu kemungkinan anaknya disiram selain karena alasan yang disebutkan Maya.
"Kalian... pacaran?" tanya Mama. Maya menggeleng. "Herryl suka sama kamu? Atau sebaliknya?" tanya Mama lagi. Maya menggeleng lagi.
"Nggak, Ma. Memang Herrylnya baik ke semua orang kata Riana," jawab Maya.
"Nggak disangka, anak Mama bisa dirundung juga. Ya sudah, kamu istirahat dulu, besok masih ujian, kan?" ucap Mama sambil tertawa kecil, jahil. Maya memutar bola matanya, jengah atas sikap mamanya yang kadang absurd.
...***...
Pagi ini Riana sudah duduk di kursi Herryl saat Maya datang.
"Tumben, sudah datang. Sudah sehat?" ucap Maya. Kemarin Riana tidak masuk karena sakit.
"Aku dengar omongan soal kamu, di grup kelas dan angkatan juga pada ngomongin kalau kamu melawan geng Red Hot," sahut Riana. Maya hanya tersenyum sambil meletakkan tasnya. Riana menyodorkan ponselnya. Maya menolak.
"Nggak perlu. Aku yakin Thalita cari pembenaran," ujar Maya lagi. Bukankah sudah biasa seseorang akan membela dirinya dalam sebuah kasus? Maya juga meyakini kejadian kemarin akan ditanggapi dengan pro-kontra.
"Aku yakin kamu nggak segenit itu," sahut Riana.
"Terima kasih, Ri," ucap Maya. Saat itu sosok tinggi menghampiri meja Maya. Lelaki kulit putih dengan lembaran kertas di tangannya dan diletakkan di depan Maya, di meja. Tidak lupa ia berikan pulpen yang ada di saku kemejanya ke meja Maya.
"Isi, May," ucap Hardi, lelaki itu. Maya tertawa usai membaca kertas yang dibawa Hardi.
"Maaf, maaf, lupa," jawab Maya sambil meraih pulpen dan kertas kemudian mengisi form pendaftaran tersebut.
"Kamu baca juga, kan, Di, di grup angkatan?" tanya Riana.
"Apa?" tanya Hardi meski dirinya sudah menebak Riana akan bicara tentang kejadian kemarin.
"Soal Thalita dan Maya," jawab Riana. Hardi mengangguk sambil memperhatikan Maya yang sibuk mengisi form.
"Oke, sudah. Maaf kemarin belum isi. Ujiannya Sabtu depan, ya, Di?" ucap Maya, memastikan jadwal ujian yang dibacanya. Kertas yang ia sodorkan beserta pena diterima oleh Hardi.
"Sip. Terima kasih. Dan soal kemarin, terima kasih, Maya, untuk tidak menggunakan kekerasan dalam menghadapi masalah sekecil itu," ujar Hardi kemudian membungkuk di depan Maya, menyatakan rasa terima kasih yang tulus. Budaya Jepang benar-benar ia terapkan.
"Nee, sama-sama. Eh?" sahut Maya yang diakhiri raut terkejut di wajahnya.
"Apa?" tanya Hardi dan Riana.
"Kok.. tahu?" tanya Maya lagi.
"Apa?"
"Soal nggak pakai kekerasan... Hardi lihat kemarin?" tanya Maya lagi. Dilihatnya Hardi tersenyum dan mengangguk.
"Iya. Sebenarnya kemarin aku ke sini bawa formulir ini. Tapi rupanya kamu lagi 'sibuk' sama Thalita," jawab Hardi sambil membuat tanda kutip dengan jarinya saat mengucap kata 'sibuk'.
Mendengar jawaban Hardi, Maya menunduk malu.
"Hardi lihat langsung? Gimana, Di?" tanya Riana yang kemarin tidak datang karena sakit. Hmm, sakit di tengah pekan ujian sungguh tidak mengenakkan, bukan? Selain harus ujian susulan di ruang guru, juga ketinggalan berita hot begini.
"Maya berani menjawab kata-kata Thalita. Yah, kalau aku di posisi Maya juga akan berbuat sama, sih, kesal kalau orang tua kita dijelekin," jawab Hardi lagi. Mata Maya membulat karena ternyata Hardi benar-benar melihat semuanya.
"Ka...kamu juga tahu Maya disiram?" tanya Maya lagi. Hardi mengangguk.
"Karena sudah ada yang menolong, aku pergi dari situ," ucap Hardi menjawab pertanyaan Maya. Segera Maya menunduk, pipinya memerah, jantungnya berdegup kencang.
Hardi lihat Maya digandeng Herryl? batin Maya.
"Ssst, ada Rima," ucap Riana saat melihat gadis bertubuh sintal mendekati mereka, menuju meja di depan Maya.
"Sudah, Ri. Nggak apa-apa," ujar Maya. Rima sebenarnya anak baik, tapi sayangnya dia salah memilih teman, batin Maya.
"Wah, ramai, ya?" sapa Herryl yang baru datang. Riana berdiri dan pamit untuk ke kelasnya. Begitu juga Hardi, pamit pada Maya dan Herryl.
"Terima kasih, Ryl, soal seragam..." ucap Maya. Herryl meletakkan tasnya di kursi dan mengiyakan ucapan Maya.
"Tenang, Kak. Pihak sekolah sudah memberi putusan kemarin sore. Soal seragam menjadi tanggung jawab Kak Thalita, juga hukuman lainnya," jawab Herryl menjelaskan.
"Thalita dihukum?"
"Iya, Kak, karena sudah melakukan perundungan di lingkungan sekolah. Kakak tahu sendiri, sekolah kita lagi menggalakkan anti-perundungan," jawab Herryl lagi.
"Iya, sih," sahut Maya membenarkan.
"Oh, iya, Kak Rima, jangan takut, ya, kalau dipanggil Bu Yuniar. Kalau Kak Rima mau bekerja sama dengan pihak sekolah, nanti akan meringankan Kakak, kok," ujar Herryl pada gadis yang duduk di depannya.
...***...
Hardi terus berjalan menuju kelasnya di seberang kelas Maya, berjarak 30 meter. Ingatannya melayang pada sehari yang lalu, saat Maya adu mulut dengan Thalita.
...***...
Hardi sedang berjalan menuju kelas Maya saat didengarnya suara lantang Maya dan Thalita.
"Lo diajarin nggak sih sama bokap nyokap lo? Lo tuh dapet beasiswa sekolah di sini jadi harus tau diri!"
BRAKK!!
"Kamu keterlaluan, Thalita. Kamu boleh sebut May apapun tapi jangan orang tua May," ujar Maya menggeram setelah menggebrak mejanya.
"Lo mau pakai kekerasan, May? Sini, nggak apa-apa, biar gue laporin Bu Yuniar. Lo mau catatan sikap lo cacat? Gue ingetin, ya, lo bisa gagal kuliah di tempat yang lo pengen kalo catatan sikap lo cacat," Thalita mengancam.
Mendengar itu, Hardi mempercepat jalannya. Ia khawatir akan terjadi sesuatu terhadap teman karatenya--juga teman TK yang terpisah sejak SD hingga SMP itu.
Tiba-tiba ia mendengar derap langkah orang berlari mendekatinya. Belum sempat ia menoleh, orang tersebut sudah melewatinya dan masuk ke dalam kelas Maya.
Herryl?
Melihat Herryl sudah masuk, Hardi menghentikan langkahnya. Ia mengamati dari luar apa yang akan terjadi.
Thalita menyiramkan gelasnya tapi ia melihat Herryl menangkis gelas tersebut sehingga ia, Maya, dan Thalita terciprat isi gelas tersebut. Hardi tidak begitu paham isi gelasnya, tapi warnanya coklat.
Sudahlah, besok saja aku bahas form ini. Maya akan sibuk sekali nanti, batin Hardi sambil melangkahkan kakinya berbalik arah, menuju kelasnya.
...***...
Hari itu ujian berjalan lancar meski berita tentang Maya, Herryl, dan geng Red Hot masih menjadi trending topic.
...-bersambung-...
Hai, sudah mulai panas, ya, ceritanya? Gemas gimana gitu, kan? Yuk, siapin energi untuk menyimak kelanjutannya, hehehehe.
anyway, terima kasih banyak untuk dukungan teman-teman dalam cerita ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
sry rahayu
lanjut ...
2022-05-31
0
MaLovA
inget masa masa putih abu2
2021-09-14
0
Tutik Sriwahyuni
sukurin thali d hukum 😅😅😅
2021-08-06
2