"May, lo bisa, nggak, jadi anak culun kayak sebelumnya? Nggak usah kegatelan sama Herryl," ucap Thalita sambil memegang es kopi kekinian. Kenangan Gebetan, begitu merk kopinya. Sementara anggota Geng Red Hot lainnya duduk di kursi Rima dan Ramdan, mengerumuni Maya yang sedang sendirian. Riana belum datang sehingga kursi di sampingnya leluasa diisi oleh Thalita.
Meski merasa tidak bersalah, Maya merasakan jantungnya berdegup kencang. Wajahnya ikut memucat. Ia tidak berani membayangkan apa yang akan dilakukan anggota geng ini padanya.
Aku hanya tidak ingin ada masalah berarti sampai aku lulus sekolah, batin Maya.
"Maaf, May nggak ..." jawaban Maya yang tergagap itu dipotong oleh Thalita. Si cantik yang berdiri di hadapannya kini.
"Halah, bo'ong, lo. Udah pelit, culun, kegatelan lagi."
Maya masih terdiam, membiarkan Thalita mengeluarkan semua emosinya selama tidak berbahaya.
"Lo diajarin, nggak, sih, sama bokap nyokap lo? Lo, tuh, dapet beasiswa sekolah di sini! Jadi, harus tau diri!"
BRAKK!!
"Kamu keterlaluan, Thalita. Kamu boleh sebut May apapun tapi jangan orang tua May," ujar Maya menggeram setelah menggebrak mejanya, membuat Thalita dan teman-teman lainnya tersentak.
"Lo mau pakai kekerasan, May? Sini, nggak apa-apa, biar gue laporin Bu Yuniar. Lo mau catatan sikap lo cacat? Gue ingetin, ya, lo bisa gagal kuliah di tempat yang lo pengen kalo catatan sikap lo cacat," Thalita mengancam. Ancaman itu membulatkan mata Maya.
Sungguh, materi adalah segalanya bagi gadis di depan Maya ini. Maya hanya bisa mengepalkan tangannya, menahan diri agar tidak melayangkan kepalan itu ke arah gadis bernama Thalita itu. Suasana semakin tegang padahal mereka sudah tegang karena berada dalam suasana ujian.
"Arkan, lihat itu. Lo mau diem aja?" tanya Ramdan.
"Males gue sama cewek geng itu," jawab Arkan. Ramdan pun kemudian berjalan menuju kursinya. Meski tegang, ia mencoba bersikap biasa saja.
"Windy, gue mau duduk," ucap Ramdan menyapa gadis berambut sebahu yang duduk di kursinya. Windy dan Agnia segera berdiri. Merasa ditatap oleh anggota geng, Ramdan menoleh ke arah gadis-gadis itu.
"Kenapa? Udah, lanjutin," ujar Ramdan datar.
"Lo nggak ngerti situasi?" tanya Rima. Setahu Rima, Ramdan bukan tipe orang yang mau ikut campur urusan orang lain.
"Sudah, Thalita? May mau ujian," tanya Maya datar. Kehadiran Ramdan telah meredakan emosinya, menenangkan dirinya yang gugup. Menyadarkan alam pikirnya bahwa Thalita dan ocehannya tidak perlu ditanggapi.
"Lo berani sama gue? Nih!" Thalita sudah sangat kesal dan menyiramkan es kopi di tangannya ke arah Maya yang kemudian gelas itu ditangkis seseorang sehingga sebagian es kopi mengenai Maya, Thalita, Karen, dan dirinya.
"Herryl!" pekik Thalita. Ia panik karena melihat dirinya tampak tidak karuan di depan lelaki pujaannya akibat tersiram sebagian es kopi, juga khawatir Herryl marah karena ia juga terciprat.
"Saya bisa laporkan Kak Thalita ke Bu Yuniar," ujar Herryl dengan tatapan tajam. Ia tarik tangan Maya, keluar dari kerumunan Geng Red Hot, menuju koperasi.
"Ryl," panggil Maya. Saat ini tangannya masih digenggam Herryl dan ia merasa sedikit kesakitan. Mereka berdua sudah menjadi tontonan di sepanjang lorong, sepanjang perjalanan. Apa lagi kalau bukan karena penampilan mereka yang tidak karuan? Seragam putih abu-abu dengan cairan coklat di beberapa bagian tentunya mencolok, bukan?
"Kak, Ada seragam, nggak, untuk kami?" tanya Herryl ketika mereka berdua sudah sampai di koperasi. Kak Andi yang sedang membaca buku segera menoleh. Sigap ia letakkan bukunya lalu berjalan menuju lemari pakaian. Tidak lama kemudian dua setel seragam sudah teronggok di depan mata Herryl dan Maya. Herryl mengangsurkan salah satu setelannya pada Maya.
"Ini?" tanya Maya.
"Cepat ke toilet, ganti dengan ini. Kak Maya nggak mau terlambat untuk ujian kedua, kan?" sahut Herryl sambil mengambil bagiannya. "Kak, pulang sekolah saya bayar," ujarnya pada Kak Andi yang dijawab anggukan oleh lelaki di depannya.
Belum sempat Maya menjawab, terdengar suara Geng Red Hot mendekat. Emosi Herryl naik lagi teringat kejadian barusan. Lengan kemejanya seperti ada yang menarik lembut. Saat lelaki itu menoleh, ia mengetahui bahwa Maya yang melakukannya. Dilihatnya gadis itu menggeleng dengan tatapan memohon.
"Tenang, Kak. Kita di pihak yang benar, kok." Herryl mencoba menenangkan. Lagi, senyuman itu ditampakkannya.
"Ya Allah, cobaan banget buat jomlo kayak saya, disuguhi adegan romantis di depan mata," celetuk Kak Andi yang mengundang tawa Herryl dan Maya.
"Kita bertiga sama-sama jomlo, kok, Kak," sahut Herryl. Kak Andi ikut tertawa. Mereka berdua pamit tepat ketika Geng Red Hot berada di pintu koperasi. Pemuda itu tidak melepaskan genggamannya karena ia tidak mau mengambil resiko bahwa gadis berkacamata yang bersamanya sekarang akan dirundung kembali oleh kelompok tersebut. Akhirnya Maya dan Herryl berpisah di toilet, berganti pakaian masing-masing.
"Terima kasih, Ryl. Nanti potong saja dari tabunganku di koperasi untuk seragam ini," ucap Maya.
Di SMA Angkasa, setiap siswa diwajibkan menabung agar tidak memberatkan bila ada biaya yang harus dikeluarkan, seperti ujian, biaya seragam, atau study tour. Maya meski tidak perlu menabung untuk biaya ujian tapi harus menabung untuk biaya seragam dan study tour. Ia tidak ingin memberatkan kedua orang tuanya.
"Sama-sama, Kak. Ayo, kembali ke kelas," jawab Herryl. Kenapa aku tadi nggak kepikiran soal tabungan koperasi? Herryl membatin. Berpikir cepat, sesuatu yang memang bisa diharapkan dari seorang Maya.
Mereka bergegas ke kelas untuk mengikuti ujian karena bel tadi berbunyi saat mereka berganti baju.
...***...
Selesai sudah ujian hari ini. Maya bergegas ingin segera sampai rumah dan mencuci pakaiannya agar noda kopi tadi bisa hilang.
Sementara itu, Herryl menemui Bu Yuniar di ruang bimbingan konseling.
"Permisi, Bu," ucap Herryl sambil mengetuk salah satu daun pintu ruangan hijau tersebut. Tanpa disuruh, sang Ketua OSIS itu segera masuk dan berdiri di depan meja Bu Yuniar.
"Ya. Oh, Herryl. Duduk. Ada apa, Nak?" tanya Bu Yuniar.
"Maaf, Bu. Saya ingin mendiskusikan sesuatu," ucap Herryl. Setelah duduk di kursi, ia menceritakan kejadian yang dialami oleh Maya dan dirinya.
"Hm, oke. Kamu datang di pertengahan keributan. Apakah kamu tahu siapa yang memulai keributan?" tanya Bu Yuniar lagi.
"Saya sudah menanyai beberapa siswa yang menjadi saksi, Bu. Kata mereka, Kak Thalita yang tiba-tiba datang sambil memarahi Kak Maya," jawab Herryl.
"Bagaimana bisa Thalita tiba-tiba marah pada Maya?"
"Biasa, Bu, masalah perempuan. Karena saya duduk sebangku dengan Kak Maya selama ujian kali ini," ujar Herryl dengan perubahan raut wajah saat mengakui ia sebangku dengan sang juara umum.
Bu Yuniar tertawa dengan penuh wibawa mendengarnya.
"Jadi, apa solusi yang kamu tawarkan?"
"Kalau soal masalah perempuan, saya belum ada solusi, Bu. Saya ada solusi terkait hukumannya saja," jawab Herryl.
"Oke, Ibu mau mendengar," ucap Bu Yuniar sambil menautkan jari jemari kedua tangannya.
"Saya akhirnya meminta dua setel pakaian di koperasi, Bu. Bagaimana kalau biaya seragam kami berdua dibebankan ke pemotongan tabungan Kak Thalita? Bagaimanapun, ini, kan ulahnya."
"Oke, lalu?"
"Hukuman kedua berupa pemberian poin pelanggaran. Tapi menurut saya kurang, Bu. Apakah Ibu ada saran?" tanya Herryl akhirnya.
"Baiklah, selebihnya Ibu dan Divisi Kesiswaan akan menindaklanjuti hal ini. Terima kasih, Herryl, untuk kerja sama kali ini," jawab Bu Yuniar.
"Baik, Bu. Saya yang berterima kasih karena Ibu telah membantu kami. Meski Ayah Kak Thalita penyumbang terbesar di sekolah, Ibu memperlakukan kami sama. Terima kasih, Bu," ucap Herryl lagi. Kemudian ia pamit dari ruangan konseling untuk menyelesaikan urusan di koperasi. Bergegas ia melangkah ke arah koperasi yang letaknya sekitar 30 meter dari ruang konseling.
"Kak Andi," sapa Herryl. Baru saja Kak Andi menutup teleponnya.
"Soal seragam sudah beres, ini mau atur catatannya," sahut Kak Andi seperti mengerti yang ingin Herryl bicarakan.
"Oh, oke. Terima kasih, Kak," ujar Herryl dan dijawab dengan acungan jempol. Ia segera pulang karena kegiatan OSIS sedang ditiadakan selama ujian.
...-bersambung-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
sry rahayu
Maya ternyata dari kecil Uda ada pengagum dan penjaganya ya...
2022-05-31
0
Aprilia Amanda
kasihan talirapia disuruh bayar🤭
2022-02-03
0
Allunk Epengade
masih nyimak. lagi mode buntu jadi gkk nyambung diotak
2021-10-18
0