Masa Depan yang Mendekat

Hari masih pagi ketika Maya sudah sampai di depan aula. Ia memakai seragam sekolah yang sudah disetrika rapi olehnya. Tampak di depannya panitia sedang sibuk menyiapkan keperluan seminar hari ini.

"Kakak sudah datang. Silakan, Kak, isi daftar kehadiran di sini," ujar Tiara yang mendapati Maya sedang duduk di kursi batu. Ia membimbing Maya ke meja pendaftaran. Tiara dan panitia lainnya tampak elegan dengan jas OSIS yang mereka pakai.

"Eh, sudah datang," sapa Herryl yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Maya. Maya menatap tajam ke arah adik kelasnya yang sering membuatnya kesal itu.

"Silakan, Kak, saya tunjukkan. Kakak nanti duduk di kursi peserta undangan," ucap Tiara setelah Maya selesai menulis dan menerima snack box yang ia sodorkan.

"Ini juga, diminum, ya," ucap Herryl sambil meletakkan sekotak susu coklat di atas snack box Maya. Ia pergi meninggalkan meja pendaftaran setelah mengusap kepala Maya. Perlakuan manis tersebut membuat Maya terdiam. Sebentar iseng, sebentar baik. Maunya apa, sih? Maya bertanya dalam hatinya.

"Mari, Kak," ajak Tiara menyadarkan Maya. Mereka berdua memasuki ruangan besar tersebut.

Ruang dengan dinding bercat putih tersebut berukuran 250 meter persegi telah diisi kursi khusus acara resmi. Kursi sejumlah 100 buah berjejer rapi. Maya ditemani Tiara menuju kursi baris kedua dari depan, sesuai dengan nama yang tertera di kursi. Setelah memastikan Maya merasa nyaman, Tiara berpamitan. Maya menikmati kesendiriannya sambil mengisi perutnya dengan susu kotak pemberian Herryl.

Pukul 08.00 acara dimulai tapi kursi di samping Maya tetap kosong. Maya tidak dapat melihat label nama yang ditempel di bagian belakang sandaran kursi hijau tersebut. Acara dibuka dengan berbagai sambutan. Baik dari Ketua panitia, lalu Ketua OSIS. Selesai memberi sambutan, Herryl berjalan ke arah Maya. Tanpa Maya sangka, Herryl mengisi kursi kosong di sampingnya.

"Kamu?" Maya bertanya karena terkejut dengan sosok yang duduk di sampingnya. Seharusnya ia sudah menduga bahwa Herryl akan melakukan ini, memesan kursi di samping Maya.

"Gimana? Keren kan sambutannya tadi?" Herryl malah menanyakan penampilannya barusan pada gadis di sampingnya.

"Ya," jawab Maya berbisik. Herryl mendekatkan telinganya, sedikit membungkuk.

"Apa? Nggak kedengaran," ucap Herryl, iseng. Maya mendengus sebal.

"Iya," jawab Maya agak keras tapi berusaha tidak mengganggu peserta lain. Apalagi, Kepala Sekolah sedang memberi sambutan di depan sana. Mendengar itu, Herryl tersenyum. Diacak sedikit rambut Maya yang membuat pemiliknya kesal dan mendelik padanya. Lagi-lagi Herryl hanya tertawa kecil.

Maya berusaha menyimak isi seminar yang dibawakan oleh Dosen Seni Rupa Universitas Angkasa, D.R. Drajat Utomo. Maya baru mengetahui bahwa menggambar juga ada teori-teorinya. Kali ini dosen tersebut membahas terkait Menggambar Perspektif.

"Menggambar Perspektif adalah suatu teknik memindahkan produk tiga dimensi ke dalam bidang dua dimensi. Contohnya seperti ini," jelas Pak Drajat sebagai pembicara utama. Maya memperhatikan layar besar di samping pembicara, proyeksi dari in focus.

"Jadi, ini dibuat berdasarkan pandangan mata kita. Semakin jauh objek, maka gambarnya semakin kecil," lanjut dosen tersebut. Sejarah Menggambar Perspektif yang dimulai sejak zaman Renaissance juga dijabarkan oleh dosen tersebut sampai tiba waktunya tanya jawab.

"Itu bisa untuk arsitek, ya?" Tanya Herryl yang menatap lurus ke depan. Maya mengangguk.

"Iya, Ryl. Sangat berguna malah dalam membuat desain bangunan dan area yang akan dibangun," jawab Maya bersemangat. Binar matanya menunjukkan antusiasme terhadap materi yang disampaikan, membuat Herryl yang melihatnya tersenyum. Cantik.

Seminar kemudian selesai dan Maya membereskan makalah yang ia terima sesaat sebelum acara inti dimulai tadi.

"Tunggu sebentar, ya," ucap Herryl. Melihat Maya mengerutkan alis, Herryl melanjutkan ucapannya,"kita kencan, oke?"

Maya membelalakkan kedua matanya. Mana mungkin? Ini bercanda, kan? Maya terdiam, bertanya dalam hatinya.

Menurut komik yang dibacanya, kencan itu berarti jalan berdua. Biasanya diisi dengan makan, nonton, belanja. Maya merasa itu hanya buang-buang waktu dan uang sehingga ia tidak menyukai hal itu.

Herryl kini sudah berdiri dengan jas OSIS di tangannya.

"Ayo," ajak Herryl. Maya menggeleng.

"Nggak," elak Maya menolak.

"Eh?"

"Nggak usah, Ryl. May pulang saja," lanjut Maya sambil beranjak pergi.

Bukan Herryl namanya kalau mudah menyerah. Diraihnya tangan Maya kemudian ia menekan nomor telepon yang ia tuju. Setelah terdengar beberapa nada panggil, telepon tersambung.

"Selamat siang, Bu Rini. Mohon maaf mengganggu, saya ingin meminta izin untuk mengajak Kak Maya ke toko buku. Baik, terima kasih, Bu," ujar Herryl. Ya, ia langsung menelepon mama Maya. Maya mendengarnya semakin kesal. Dia tidak membawa uang lebih saat ini dan memang tidak ingin pergi ke manapun.

"May nggak mau," tolak Maya bersikukuh.

...***...

Di sinilah ia, turun dari bus bersama Herryl. Kakinya melangkah, menuju toko buku besar di mall yang kini ia jejaki. Herryl tidak mau melepas genggaman tangannya karena khawatir Maya pulang. Mereka sudah sampai di antara rak buku.

"Ryl, kamu bisa lepasin tangan May? May mau baca buku," perintah Maya. Herryl nyengir mendengarnya kemudian memenuhi keinginan Maya. Ditemaninya Maya memilih buku yang akan ia targetkan untuk dibeli bulan depan. Herryl ikut membaca buku lain yang menurutnya menarik.

"Herryl, ke sini juga?" Sapa seorang gadis di balik rak. Talitha, gadis itu, berjalan memutar untuk mendekati Herryl.

"Eh, iya, tadi..." Herryl menjawab sambil menoleh ke sebelahnya. Tapi Maya tidak ada di sana. Sejak kapan ia kabur? Herryl membatin.

"Mumpung ketemu di sini, kita makan bareng, yuk," ajak Talitha.

"Nggak, Kak, makasih," tolak Herryl sehalus mungkin. "Ini saya mau ke kasir, mau pulang," lanjutnya sambil mengambil sebuah buku. "Permisi," pamitnya kemudian menuju kasir, meninggalkan Talitha yang kecewa karena ajakannya ditolak.

Herryl bersegera mencari Maya setelah selesai membayar buku yang ia ambil. Bagaimanapun, ia khawatir gadis itu akan nyasar. Ia bertanggung jawab terhadap Bu Rini untuk menjaga Maya selama mereka bepergian. Herryl lupa satu hal: Maya adalah gadis cerdik yang mandiri.

"Gagal lagi. Kapan berhasilnya?" Keluh Herryl di pintu utama mall. Ia berjalan lesu ke halte bus yang terletak di samping gerbang utama mall. Di sana ia melihat gadis yang dicarinya sedang duduk. Tanpa banyak berpikir, Herryl menghampiri Maya.

"Pakai ngilang, sih?" keluh Herryl sambil menyodorkan plastik putih berlogo toko buku pada Maya. Maya melirik plastik tersebut.

"Apa?"

"Bukumu," jawab Herryl.

"May belum mau beli," tolak Maya.

"Aku yang beliin," jawab Herryl.

"Kenapa, sih, kamu, Ryl?" Maya bertanya atas sikap Herryl yang seenaknya.

"Ayo makan dulu," ajak Herryl. Maya memutar bola matanya. Baru juga ditanyain...

"Nggak," tolak Maya. Perutnya berbunyi membuat Herryl tertawa kecil mendengarnya.

"Ayo. Kamu mau aku gendong kalau pingsan karena kelaparan?" Goda Herryl. Maya menggeleng cepat dan akhirnya menuruti Herryl untuk pergi ke sebuah resto Jepang.

"Kamu mau bento yang mana?" tanya Herryl ketika dilihatnya Maya membolak balik menu.

"Yang murah," jawab Maya membuat Herryl tertawa lagi.

Herryl memesankan bento lengkap yang kiranya membuat mereka kenyang.

"May, kamu kenapa tadi pergi?" Herryl bertanya lagi sambil menunggu pesanan.

"Ada Talitha, malas ribut. Lagian kan memang dari awalnya May nggak mau pergi sama Herryl," jawab Maya lugas. Mendengar itu, Herryl menghela nafasnya.

"May, aku bertanggung jawab atas kamu sesuai izin dari Bu Rini. Kalau kamu kenapa-kenapa, aku yang salah. Ngerti?" Jelas Herryl. Ada nada ketegasan dalam ucapannya.

"Itu, kan, kamu yang minta. Lagipula, kamu lupa, May bisa naik bus sampai rumah sendiri? May bukan anak kecil, Ryl," elak Maya.

"Keras kepala banget, sih. Heran, kok aku bisa suka sama cewek keras begini?" Gerutu Herryl yang membuat Maya terdiam sejenak.

"Suka?" Maya memastikan pendengarannya tidak salah.

...-bersambung-...

Wah, udah confession, nih, Herryl. Respon Maya gimana ya kira-kira?

Terpopuler

Comments

Aprilia Amanda

Aprilia Amanda

gercep juga ni anak😂

2022-02-03

0

Nona Bucin 18294

Nona Bucin 18294

Hai kak aku mampir, salam dari Menikah muda 😊💜


Sukses selalu kak 😊😊

2021-12-13

0

MaLovA

MaLovA

gas keen herryl.. 🥰🥰

2021-09-16

0

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan
2 Ujian Semester 1
3 Kenalan Baru
4 Ujian Hari Ke-2
5 Masa Lalu?
6 Bertemu Geng Red Hot
7 Buah Bibir?
8 New Ark?
9 New Ark
10 Impian Ada di Tengah Peluh
11 Senyum yang Penting Bagiku
12 Percaya pada Mimpi Terbaik
13 Kegembiraan yang Misterius
14 Bertarunglah! Musuh terhebat adalah diri sendiri
15 Kekuatan Penuh Luka
16 Bangkitlah dan Terus Belajar
17 Never Ending Dream
18 By Your Side
19 Kencan?
20 Masa Depan yang Mendekat
21 I Lay My Love on You
22 Shape of My Heart
23 Drowning
24 Dari Balik Benua
25 Adrian van Coen
26 Kriminologi?
27 The Uneasiness I Feel
28 Karena Aku Ingin Menghapus Ketidaknyamanan Ini
29 Seperti Musim yang Meluap
30 Burung Hantu Kesayangan
31 Born to Make You Happy
32 More Than Words
33 Riana Gemas
34 Ke Oxford?
35 Puzzle of My Heart
36 Tak Membiarkanmu Sendirian
37 Hari Esok: Alasan untuk Berada di Sisinya
38 Hal Penting yang Disebut "Tujuan"
39 Tak Takut Apapun?
40 Feelings in My Heart
41 I Do Miss You
42 Reaching for A Love That Seems So Far
43 Apakah Sesuatu yang Penting itu Hancur?
44 Three Little Words
45 Bersama Keberanian dan Senyuman yang Kupeluk
46 Terus Berjuang dengan Senyumanmu
47 Menjaga Keyakinanmu
48 Masa Depan yang Ingin Kulindungi
49 My Heart is in Your Hand
50 Hati yang Terhubung Langit Dunia
51 Menuju Hiatus?
52 Lady Oscar?
53 Memantaskan Diri
54 Menjaga dengan Caraku
55 Berhenti Meragu
56 Say it Straight from My Heart
57 Ruang Rindu yang Mengalir Lembut
58 Every Little Thing
59 Genki Desuka?
60 Menapaki Mimpi
61 Mimpi yang Terlihat: Masa Depan Dirimu
62 Suatu Saat Kau Pasti Akan Sampai
63 Will Never Stop It
64 Can't Read the Future
65 Tanpamu: Teraniaya Sunyi
66 Metafora Semangat dan Kesuraman
67 Menyesap Rasa Tanpa
68 Melabuhkan Impian
69 Mengangkasa tanpa sayap?
70 Menyapa Rasa
71 Mencinta Penjaga
72 Banyak Jalan Menuju Roma
73 Toga: Batas Dunia Baru
74 Perjalanan ke Balik Benua?
75 Waktu untuk Hidupmu
76 Makan Malam?
77 Menggenggam Cahaya
78 Bergenggaman Menyatukan Langkah
79 Gerbang Timur: The Cold Summer
80 Menyeruakkan Asa
81 My One and Only
82 Menumpuk Rindu, Awal Sebuah Mimpi
83 Meraba Penyemangat
84 Bersama Keberanian yang Mendebarkan
85 Mencemburui Rasa
86 Luahan Rasa: Senyatanya Impian
87 Mencecap Rengkuhan
88 Menapaki Cita Tiga Masa
89 Meragui Ikatan?
90 Reuni Tak Terduga
91 You Change My World
92 Jamuan Spesial
93 Jaga Punggungku, Ya
94 Kegundahan Tuan Muda
95 Gulana dalam Keterjagaan
96 Mencoba Percayai Keajaiban
97 Show Me The Meaning of Being Lonely
98 Shinjiru Unmei
99 Jelang Puncak Asa
100 Senyatanya Satu Rasa
101 Extra Part: Aku Mau
102 Q n A
103 Herryl Universe?
104 Hari Spesial
105 Selamat Hari Ibu
106 Kapsul Waktu
107 Kisah Baru
108 Tentang Renjanasa dan Herryl
109 Kejutan Setahun
110 Perlakuanmu
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Perkenalan
2
Ujian Semester 1
3
Kenalan Baru
4
Ujian Hari Ke-2
5
Masa Lalu?
6
Bertemu Geng Red Hot
7
Buah Bibir?
8
New Ark?
9
New Ark
10
Impian Ada di Tengah Peluh
11
Senyum yang Penting Bagiku
12
Percaya pada Mimpi Terbaik
13
Kegembiraan yang Misterius
14
Bertarunglah! Musuh terhebat adalah diri sendiri
15
Kekuatan Penuh Luka
16
Bangkitlah dan Terus Belajar
17
Never Ending Dream
18
By Your Side
19
Kencan?
20
Masa Depan yang Mendekat
21
I Lay My Love on You
22
Shape of My Heart
23
Drowning
24
Dari Balik Benua
25
Adrian van Coen
26
Kriminologi?
27
The Uneasiness I Feel
28
Karena Aku Ingin Menghapus Ketidaknyamanan Ini
29
Seperti Musim yang Meluap
30
Burung Hantu Kesayangan
31
Born to Make You Happy
32
More Than Words
33
Riana Gemas
34
Ke Oxford?
35
Puzzle of My Heart
36
Tak Membiarkanmu Sendirian
37
Hari Esok: Alasan untuk Berada di Sisinya
38
Hal Penting yang Disebut "Tujuan"
39
Tak Takut Apapun?
40
Feelings in My Heart
41
I Do Miss You
42
Reaching for A Love That Seems So Far
43
Apakah Sesuatu yang Penting itu Hancur?
44
Three Little Words
45
Bersama Keberanian dan Senyuman yang Kupeluk
46
Terus Berjuang dengan Senyumanmu
47
Menjaga Keyakinanmu
48
Masa Depan yang Ingin Kulindungi
49
My Heart is in Your Hand
50
Hati yang Terhubung Langit Dunia
51
Menuju Hiatus?
52
Lady Oscar?
53
Memantaskan Diri
54
Menjaga dengan Caraku
55
Berhenti Meragu
56
Say it Straight from My Heart
57
Ruang Rindu yang Mengalir Lembut
58
Every Little Thing
59
Genki Desuka?
60
Menapaki Mimpi
61
Mimpi yang Terlihat: Masa Depan Dirimu
62
Suatu Saat Kau Pasti Akan Sampai
63
Will Never Stop It
64
Can't Read the Future
65
Tanpamu: Teraniaya Sunyi
66
Metafora Semangat dan Kesuraman
67
Menyesap Rasa Tanpa
68
Melabuhkan Impian
69
Mengangkasa tanpa sayap?
70
Menyapa Rasa
71
Mencinta Penjaga
72
Banyak Jalan Menuju Roma
73
Toga: Batas Dunia Baru
74
Perjalanan ke Balik Benua?
75
Waktu untuk Hidupmu
76
Makan Malam?
77
Menggenggam Cahaya
78
Bergenggaman Menyatukan Langkah
79
Gerbang Timur: The Cold Summer
80
Menyeruakkan Asa
81
My One and Only
82
Menumpuk Rindu, Awal Sebuah Mimpi
83
Meraba Penyemangat
84
Bersama Keberanian yang Mendebarkan
85
Mencemburui Rasa
86
Luahan Rasa: Senyatanya Impian
87
Mencecap Rengkuhan
88
Menapaki Cita Tiga Masa
89
Meragui Ikatan?
90
Reuni Tak Terduga
91
You Change My World
92
Jamuan Spesial
93
Jaga Punggungku, Ya
94
Kegundahan Tuan Muda
95
Gulana dalam Keterjagaan
96
Mencoba Percayai Keajaiban
97
Show Me The Meaning of Being Lonely
98
Shinjiru Unmei
99
Jelang Puncak Asa
100
Senyatanya Satu Rasa
101
Extra Part: Aku Mau
102
Q n A
103
Herryl Universe?
104
Hari Spesial
105
Selamat Hari Ibu
106
Kapsul Waktu
107
Kisah Baru
108
Tentang Renjanasa dan Herryl
109
Kejutan Setahun
110
Perlakuanmu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!