"Nduk, sarapan dulu," kata perempuan usia 35 tahun itu pada Maya, anaknya. Mereka berdua sudah berpakaian rapi, satunya kerja dan yang satu lagi ke sekolah.
"Alhamdulillah, nasi goreng pakai telur ceplok. Bapak?" tanya Maya kemudian.
"Bapak sudah mbawa, Nduk. Bekalmu Mama siapkan di kotak makan ungu, ya," jawab Mama. Tidak lama kemudian, denting sendok beradu menandakan kedua perempuan kesayangan Bapak sedang menyantap sarapan.
Maya segera pamit setelah sarapannya selesai. Udara pagi yang sangat disukainya menjadi penyebab hobinya untuk berjalan kaki dan berangkat sangat pagi. Ya, siang sedikit maka matahari akan terik menyinari sehingga Maya akan mudah kelelahan lalu jalannya melambat, kurang bersemangat. Pada akhirnya, ia bisa saja terlambat sampai di sekolah. Maya tidak mau itu terjadi. Dalam kehidupannya, sejak SD ia tidak pernah sekalipun terlambat.
Hm, apa kucoba terlambat, ya, nanti, setelah ujian? batin Maya.
"Kak Maya," sapa lelaki tinggi di belakangnya saat gadis itu sudah mendekati gerbang sekolah. Maya menoleh dan mendapati Herryl menyejajarinya.
"Ya," jawab Maya singkat kemudian kembali menatap ke depan dengan agak menunduk. Maya malu bila berjalan dengan teman laki-laki.
"Hari ini apa saja?" tanya Herryl lagi. Maya terdiam dan wajahnya teralihkan ke pos sekuriti yang akan dilewatinya. Pak Adit berdiri di depan gerbang, menyapa setiap civitas akademik SMA Angkasa yang lewat. Maya menganggukkan kepalanya, menyapa dengan senyum yang dijawab sapaan oleh Pak Adit.
"Eh, Mas Herryl bareng Mbak Maya?" sapa Pak Adit pada Herryl. Tepatnya, bertanya.
"Iya, kebetulan, Pak," jawab Herryl sambil mencium tangan Pak Adit takzim. Tanpa disadari, Maya berdiri dalam diam, mengamati apa yang dilakukan Herryl.
Selama ini aku tidak berani melakukannya, khawatir dibilang kuno, batin Maya.
"Kak, saya duluan, ya," ucap Herryl yang dijawab anggukan oleh Maya. Bahkan Herryl tidak mempermasalahkan bahwa pertanyaannya belum dijawab oleh Maya. Gadis itu terus saja berjalan menuju kelasnya. Ia tidak mempedulikan teriakan heboh siswi lain saat menyebut nama Herryl.
Maya duduk di kursinya, merogoh tas biru kesayangannya lalu mengambil sebuah buku kesukaannya: Sherlock Holmes. Ia ingin mengisi waktu yang ada dengan menyenangkan hatinya, menyegarkan otaknya. Kegiatannya berhenti saat guru pengawas datang dan melakukan rutinitas sebuah ujian.
Bahasa Indonesia. Kebanyakan essay. Maya tersenyum dan berdoa, kemudian menarikan tangannya di atas lembar jawaban.
Butuh waktu sekitar setengah jam untuk menjawab semua pertanyaan. Lagi, Maya memilih menghabiskan setengah jam sisanya untuk tidur.
"Tidur lagi, hm?" ucap Herryl pelan seraya tersenyum. Ia melanjutkan ujiannya sampai waktu ujian habis. Seperti kemarin, Herryl membantu mengumpulkan lembar jawaban Maya kemudian membangunkannya.
"Eh, Maaf," ucap Maya ketika ia terbangun. Herryl hanya tersenyum dan menggeleng. Setelah mengecek lembar jawabannya yang sudah tidak ada, Maya segera mengerti bahwa Herryl yang mengumpulkan.
"Te..rima kasih," ucap Maya lagi tergagap. Herryl mengangguk dan pergi meninggalkan kelas.
"Tumben Herryl care sama cewek. Lo pake pelet apaan, May?" celetuk Rima setelah Herryl pergi. Maya terkejut dengan pertanyaan Rima.
"Ada-ada aja kamu. Nggak main pelet, lah. Bukannya dia memang baik?" sahut Maya sambil tertawa kecil menanggapi candaan Rima.
"Arkan, ada yang PDKT (pendekatan) ke cewek lo, nih," celetuk Ramdan di belakang mereka. Saat itu Arkan baru saja masuk ke ruang kelas Maya dan Ramdan. Kelas mereka terpisah karena dibagi sesuai nomor ujian.
"Apa, sih, Dan?" elak Maya. Di kelas pasti ada sosok seperti Ramdan, kan, yang selalu melabeli temannya sebagai pasangan untuk bahan candaan? Maya dan Arkan termasuk 'korban'nya.
"Mana ada yang mau sama cewek culun kayak dia, Dan?" sahut Arkan, ikut meledek Maya. Maya tahu Arkan dan Ramdan hanya bercanda jadi tak ada rasa tersinggung terhadap mereka berdua.
"Hei, hei, aku ketinggalan nih, yang seru?" sapa Riana yang baru datang. Jadilah mereka berempat duduk berhadapan, memakan bekal yang dibawa Riana dan Maya.
"Rima nggak ikutan?" tanya Maya. Rima menggeleng.
"Gue janjian sama geng gue, May. Duluan, yaa," elak Rima sambil tersenyum.
"May, besok bawa yang lebih banyak, ya. Laper," ucap Arkan dengan semangat. Yap, semangat gratisan.
"Iya, May bilang ke mama nanti. Eh, di pipi kamu ada sisa mayonaise, tuh, Kan," jawab Maya sambil mengingatkan temannya.
Arkan bersegera membersihkan pipinya. Sementara Riana? Asyik makan.
"Ciee perhatian. Pantesan Arkan tenang aja kalo ada yang PDKT sama Maya," celetuk Ramdan, meledek lagi.
"Mulai, deh." Maya menyahuti sambil tetap makan risol mayo yang dibawanya.
"Hehe, kalian, tuh, kenapa nggak jadian aja, sih? Sama-sama pinter padahal. Eh, gue beli air dulu, ya," ujar Ramdan sambil berdiri menjauh dari ketiga temannya.
"Semangat banget, sih, dia, kalo ngeledekin kita? Eh, May, tadi waktu bikin karangan, kamu nulis apa?" tanya Arkan.
"Sherlock, dong. Kan tentang tokoh yang sedang disukai sekarang ini," jawab Maya bersemangat. Citra pendiamnya sudah hilang bila bersama teman dekatnya. Tidak terlalu dekat, sih, tapi Ramdan dan Arkan adalah sedikit dari teman sekelas Maya yang nyambung kalau ngobrol dengan Maya.
"Sherlock lagi. Segitu sukanya kamu sama tukang analisis itu, ya?" sahut Riana. Maya mengangguk.
"Iya. Setelah baca Sherlock, May jadi tahu lebih banyak tentang beberapa hal. Misalnya, tangan orang yang suka menulis itu penebalannya bisa ketahuan kalau kita mau melihat walau sekilas. Terus, lumut itu menunjukkan arah utara karena selalu lembab," jawab Maya mendetail.
"Kamu jadi sedikit paham Biologi, May," ucap Arkan menyahuti, seolah takjub. Menanggapi itu, Maya hanya tertawa kecil.
Mereka berbincang kembali sampai Ramdan kembali dan membagi teman-temannya minuman isotonik.
"Udah mau bel, sana balik ke kelas kalian," ucap Ramdan dengan gerakan tangan mengusir kucing.
"Hehe, makasih, Dan. May, kita balik dulu, ya," ucap Arkan yang diikuti Riana.
"Makasih, Dan," ucap Maya. Ramdan hanya tertawa senang meningkahi ucapan Maya. Mereka duduk di kursi masing-masing dan menunggu bel serta pengawas datang. Teman sebangku Maya kali ini sepertinya terlambat.
Menggambar apapun yang ada di kelas? Apa? Maya membatin saat menelaah soal ujian seni di hadapannya. Tugas mereka hanya satu, menggambar objek nyata.
"Mungkin jendela dan pemandangannya bisa jadi objek?" Herryl tanpa diminta sudah memberi saran. Maya melihat ke arah jendela yang ditunjuk oleh Herryl, tepat arahnya di samping mereka, agak jauh karena harus melewati baris siswa lain.
"Kompleks, sih, tapi..." ucapan Maya terputus. Ada nada ragu dalam ucapannya.
"Tapi?" tanya Herryl.
Tapi aku nggak mau terus-terusan melihat ke arah kamu. Gumam Maya dalam hati. Gemas akan ide yang diberikan oleh Herryl.
"Tapi, aku cari objek lain saja," jawab Maya akhirnya. Herryl mengangguk dan meneruskan ujiannya sendiri.
"Modus banget, anak kemaren sore," celetuk Ramdan yang terdengar oleh Maya.
Ujian selesai dan Maya juga akhirnya selesai menggambar objek pilihannya: meja tempat ia ujian. Sederhana, tapi detil-detil bayangan yang Maya buat menjadikan tugasnya berbeda.
"Wah, bayanganku juga digambar, Kak?" tanya Herryl yang ikut mengamati gambar buatan Maya. Pertanyaan itu membuat Maya sedikit menunduk.
"Ma-af," ucap Maya akhirnya.
"Nggak apa-apa. Aku senang, kok, ikut menjadi bagian tugas Kak Maya," jawab Herryl sambil tersenyum. Mendengarnya, Maya berterima kasih dan segera mengumpulkan tugasnya karena bel sudah berbunyi.
...-bersambung-...
Hallo, baru update nih. Sikap Maya berubah drastis, ya, kalau sama teman dekatnya? Begitulah seorang yang rendah diri, minder, pendiam. Dia akan nyaman menunjukkan dirinya bersama orang dekatnya saja. Orang yang terbukti menerima dirinya apa adanya. Apakah teman-teman juga memiliki teman yang seperti itu? ditemani, ya, supaya ia tidak sendirian 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
sry rahayu
ada sih orang kayak Maya... walau Uda jarang ... lanjut thor
2022-05-30
0
ucikku
piyuhhhhh
2022-02-12
0
srietya
Waahhh umur 35 thn anak y sdh SMA,, pernikahan dini thor mama y Maya?? 🤭 🤭
Sori sori, seumuran soal y sm saya.. Tp anak sy masih piyikk😁😁
2021-12-06
0