Sesampainya di bandara Jakarta, aku dan Panca memasuki sebuah mobil lalu melaju dengan kecepatan sedang.
"Hem.... Sibuk kayaknya nih. Lagi chatingan sama siapa sih?" Panca mencondongkan kepalanya mengintip isi pesan yang ku ketik di layar ponselku.
"Kepo aja deh." Aku berbalik mengusilinya.
"Hm...."
~~
(Setibanya di rumah Panca)
"Ma, pa! Panca udah balik nih." Panca meletakkan tas di sofa sambil celingak-celinguk mencari keberadaan orang tuanya.
"Kayak anak kecil deh, Panca." Seorang wanita dewasa keluar dari sebuah ruangan lalu mendekat.
"Ma, ingat gak ini siapa?" tanya Panca usai mencium punggung tangan sang mama.
Sang mama hanya menyipitkan mata. Mencoba menerka-nerka dan mengingat-ingat siapa wanita cantik di hadapannya itu.
"Na-ta-sia Nou-ban, anaknya Kezia?" sorak nya.
"Ya, tante. Ini Nat."
"Oh Tuhan.... Kamu tambah cantik aja sayang. Tante sampai gak mengenali kamu. Apa kabar nak?" wanita itupun memeluk si gadis tomboy itu.
"Saya kabar baik kok, tante."
"Ayok duduk, ayok."
Aku duduk di sofa sambil celingak-celinguk mencari papanya Panca.
"Om mana tante?"
"Iya, ma. Papa mana?" sahut Panca sambil menikmati buah jeruk yang ada di meja.
"Papa masih di kantor, kerja. Katanya sih ada lembur."
***
Tubuhku terasa lelah. Aku pun berbaring di kamar yang sudah di sediakan oleh sepupuku itu.
Dengan ponsel yang asyik kutatap sambil mengetik beberapa pesan dari seorang pria yang membuatku tersenyum-senyum sendiri.
"Aku tinggal di rumah sepupuku yang waktu itu loh, sayang. Ada tante sama om juga. Bla bla...,"
"Yah udah, udah malam nih. Gih tidur, besok aku bertamu deh ke sana."
****
(Esok harinya)
"Pagi tante," sapaku.
Terlihat tante sedang sibuk memasak di dapur. Aku pun menghampirinya lalu membantunya memasak.
Tak begitu lama, waktu sarapanpun tiba.
"Tante, nanti teman Nat mau ke sini. Boleh gak tante?"
"Yah boleh dong Nat."
Ting tong.....
Asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Panca pun langsung membuka pintu.
"Non Nat, ada yang nyariin tuh."
"Iya bi. Makasih ya."
Aku berjalan menuju pintu dan kulihat pria bule itu tersenyum begitu melihatku.
Aku pun mengajaknya masuk ke dalam dan bertemu om dan tante.
Pagi itu, Panca sudah duluan keluar karena ada urusan.
"Tante, om. Saya ijin bawa Nat keluar, boleh tidak?"
"Iya, silakan. Tapi ingat waktu ya, nak Han." Om Jaya menepuk pundak Han.
Mendengar ijin dari om dan tante, Han pun mengajakku keluar.
\*\*\*
Deg....
Deg....
Ketika hendak meninggalkan rumah, Panca menatapku lekat ketika berpapasan di depan rumah.
Seketika aku merasakan sesuatu menerpaku. Seolah ada badai kecil yang menghadangku, hingga aaku merasa oleng.
"Sayang, kamu gak pa pa?" Han mengelus punggung tanganku.
"Eh... Iya. Aku gak pa pa kok sayang." Aku tersenyum dingin ke arah Han.
Krekkkkkk.
Han membuka pintu lalu memintaku untuk masuk ke dalam rumah itu.
"Ini, rumah kamu sayang?" Aku memperhatikan sekeliling.
"Iya sayang."
"Orang tua kamu di mana?"
"Dady sama momy udah balik ke luar negeri."
"So.... Kapan mereka balik?"
"Katanya, mereka nunggu aku tamat kuliah, jadi aku yang nyusulin mereka ke sana."
"Oh, gitu."
Han membawa duo botol minuman dingin lalu memberikan satu padaku. Kami duduk di sofa sambil menyaksikan siaran tv yang sedang tayang.
Mungkin saja kebetulan atau bagaimana, tiba-tiba saja tayangan tv menayangkan adegan vulgar yang membuat jantungku benar-benar berdebar sangat kencang.
Aku menjadi salah tingkah. Sedangkan Han, dia terlihat menikmati pertunjukkan itu.
"Mau coba dong yang. Boleh gak?"
Entah mengapa, Han selalu meminta ijin untuk sesuatu yang ingin dia lakukan padaku, sehingga aku menjadi malu untuk menjawabnya.
Untuk kali ini, aku menolak permintaannya.
\*\*
"Sayang, malam ini kan malam minggu, kamu nginap di rumah aku aja, mau gak?"
"Hmmmm. Tapi aku ijin sama tante, om dulu."
"Pasti dibolehin kok. Orang aku udah ijin tadi sama om."
Ternyata, Han sudah duluan ijin sama om dan tante ketika aku dia datang ke rumah dan saat itu aku kembali ke kamar sebentar, sehingga aku tidak tahu sama sekali.
\*\*\*
"Ma, Nat belum pulang?" Panca terlihat gelisah.
"Dia nginap di rumah pacarnya Pan. Kenapa sih, gelisah banget, mama lihat."
"Seriusan ma?"
Sang mama yang sedang asyik menikmati cemilan sambil menonton tv pun menatap sang anak.
"Tenang aja, Han itu anak baik-baik kok. Kamu gak usah kwatir."
\*\*
("Bagaimana mamanya Panca tau, kalau Han itu adalah anak baik-baik?" netijen menyernyitkan alis bingung.)
("Karena Han itu, teman dekat Panca waktu SMP. Yah wajar kalau mamanya kenal."
("Kalau begitu, kenapa Panca gelisah?")
(Author : yuk lanjut baca lagi.")
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments