Hari ini termasuk dua hari, aku tidak mengikuti perkuliahan di kampus. Terlebih lagi, SKS hari ini penuh sembilan SKS.
"Sudah pasti di DO sama kampus." Aku mengaktifkan ponselku.
Kucoba mengabari teman-teman yang selokal denganku sekaligus menitip izin pada dosen.
Mengetahu kabar tentangku, beberapa jam kemudian, Jobes datang menyusulku di rumah sakit.
"Kamu gak pa pa Nat?" Jobes duduk di sebelahku sambil memegang erat pundakku.
Aku tersenyum ramah.
"Aku baik-baik aja kok. Gak usah cemas."
Kreekkkk.
Seorang perawat masuk. Dia memeriksa kondisiku saat itu, lalu kembali keluar.
Aku masih mengobrol dengan Jobes, Panca langsung masuk ke ruangan dengan mata membulat kaget melihat keberadaan Jobes di sana.
Panca langsung bergerak lambat dan perlahan meletakkan kotak makanan ke atas meja Lalu bermaksud keluar.
''Dia Jobes, teman selokalku, Pan. Sini aja, gak usah Keluar lah,'' ucapku melempar senyum ramah.
Panca menoleh ragu. Akhirnya dia pun mengambil kursi dan duduk di sampingku lalu berkenalan dengan Jobes.
''Pacarnya Nat....'' Panca menjabat tangan Jobes.
Deg.....
Deg.....
''Santai aja bro. Aku cuma sepupu nat kok. Tegang banget dah. Udah, santai aja.''
Jobes hanya tersenyum lega mendengar perkataan panca.
''Kalian lanjut ngobrol deh. Aku main game dulu di sana.'' Dia pindah di sofa.
''Bes..., betewe, anak-anak pada kenapa ya kok cuek gitu sama aku. Aku ada salah apa emang sama mereka?''
''Oh..., anak-anak. Kurang tau juga sih, aku. Mereka juga gak cerita sama aku. Tapi, aku sempat enger mereka kayak ngeluh gitu ngikutin kamu ikut liburan minggu lalu. Katanya, karena orang tua mereka tau, mereka bolos jadinya mereka dapat konsekuens gitu deh.'' Jobes berusaha menjelaskan.
''Konsekuensi apa?''
''Selain kena marah, Bidadari dan Auni, fasilitas dari orangtuanya disita, uang jajan dikurangi. Bagus harus jalan ke kampus karena keretanya disita sama bokapnya.''
''Aku jadi merasa bersalah deh sama mereka. Trus, kamu?''
''Aku sih diancam dijodohin sama anak temennya bokap, tapi aku bisa ngelak karena bilang kalau aku udah punya pasangan.''
''Seriusan? Siapa wanita beruntung itu?''
''Siapa lagi kalau bukan kamu.''
Deg...
Deg...
Deg...
Aku mendorong pelan bahu Jobes,
''Bisa aja kamu. Hahahahahaha.''
Jobes hanya tertawa malu sambil mengusap-usap tengkuknya.
\*\*\*
"Gimana kabarnya Nat?" Kak Siti meraih tas yang ku bawa sepulang dari rumah sakit.
"Udah mendingan kak, jadi udah bisa pulang." Aku duduk perlahan di sofa, dibantu oleh sepupuku itu.
"Syukurlah. Nat mau kakak makasakin apa?"
"Nanti aja kak. Masih kenyang."
"Yok. Aku antar!" Pria bertubuh kekar itu, yang tidak lain adalah Panca berdiri sambil memainkan kunci mobil.
"Yah ela. Aku bisa pergi sendiri kali. Kamu gak lihat, aku udah baik-baik aja?"
Panca dengan tiba-tiba menarik paksa tanganku lalu mendorongku ke dalam mobil, memasangkan sabuk pengaman lalu kami berangkat.
"Kenapa tuh muka ditekuk?"
Aku masih tak berbicara, sengaja. Panca merangkulku dari samping.
"Kenapa sih, kamu?" Aku mendorongnya.
"Idih idih. Kamu ngambek karena kuantar paksa? Bodoh amat. Yang penting kamu selamat sampai kampus." Dia kembali menatap ke arah depan.
"Hmmmmmm," jawabku cuek.
.....
"Eh, Nat." Jobes menghampiriku ketika aku keluar dari mobil.
Dari balik jendela mobil,
"Ihaaaaaa. Langsung disamperin sang pangeran nih. Cihuiiiiiii." ledek Panca lalu berlalu pergi.
"Aku udah gak pa pa kok. Aku bisa jalan sendiri."
"Yah udah, yuk!" Jobes berjalan di sampingku.
~~
"Hai guys. Masih pada marah sama aku?" Aku menatap lekat sahabat-sahabat aku."
Mereka berusaha mengabaikanku tanpa berbicara bahkan menolehku sedikitpun.
Aku menghela napas dalam-dalam lalu duduk. Aku meregangkan kakiku.
"Baik lah, kita langsung mulai saja kelas pagi ini ya. Jadi---" Dosen menjelaskan.
Dalam diamku, aku memperhatikan sahabat-sahabatku yang sama sekali tak memandangku. Seolah tak menganggapku ada. Bagaimana tidak, mereka selalu tidak menyahuti pertanyaanku.
"Jadi, silakan kerjakan tugas nya. Saya sudah share di grup kelas. Pertemuan berikutnya, kita akan bahas bersama. Sekian untuk hari ini, selamat siang." Dosen itu pun melenggang pergi meninggalkan kelas.
Ketika hendak mengemasi buku-bukuku, seorang asisten labor menghampiriku.
"Natasia Nouban, dipanggil bu Maya ke ruangannya."
"Iya kak, saya ke sana. Terima kasih kak."
Tok tok tok.
"Yah. Silakan masuk," sahut bu Maya, dosen PA ku.
"Mampus aku. Langsung DO," batinku sembari duduk di kursi depan Bu Maya.
"Saya sudah memperingatkan kamu beberapa hari lalu. Ini surat, tolong berikan pada orang tua mu."
\*\*\*\*
"Hallo ma, mama kapan balik?"
"Aduh sayang. Mama masih ada kerjaan yang harus mama selesaikan. Maafin mama ya. Memangnya ada apa sih? Kok kedengarannya serius banget?."
"Ma, aku dikasi surat DO oleh kampus. Katanya mama harus datang ke kampus." Suaraku makin pelan. Takut mama akan marah padaku.
"Uhm..... Yah sudah. Sekaligus aja, kamu pindah ke sini. Tinggal sama mama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments