Usai permainan, aku, Jobes, Auna, Bagus dan Bidadari pergi meninggalkan lapangan basket lalu pulang ke rumah masing-masing.
Aku membukakan pintu rumah lalu menemukan Kak Siti yang sedang menonton Tv.
"Eh.... Kenapa Nat?" Kak Siti menghampiriku.
"Ini kak. Keseleo tadi. Waktu main basket sama kawan-kawan." Aku menaruh tas di atas sofa lalu merebahkan tubuh di atas sofa.
"Waduh. Kok bisa sih Nat." Kak Siti.
"Tapi udah mendingan sih kak. Tadi dipijitin sama teman."
"Yakin gak mau dipijitin sama kakak?"
"Iya kak. Kakak nonton apa sih, korea lagi?" Aku menoleh ke layar televisi.
"Hehehe. Biasa Nat. Kamu kayak gak kenal kakak aja. Tadi lagi seru-serunya tau." Kak Siti duduk di sebelahku.
"Mama belum pulang kak? Udah sore gini pun." Aku melihat ke arah kamar Mama.
"Belum Nat. Tadi Mama nelpon, katanya hari ini lembur sampai malam. Ada meeting gitu dengan investor dari luar negeri."
"Oh. Iya udah deh kak. Aku ke kamar dulu."
"Bisa gak?"
"Bisa kak." Aku meninggalkan Kak Siti di ruang Tv.
Aku menghidupkan ponsel lalu memeriksa Whatsapp. Langsung saja beberapa pesan masuk begilir. Belum lagi notif dari line yang membuatku mengabaikan pesan-pesan itu.
Sambil menunggu, aku meletakkan ponselku, hingga bunyi notif berhenti.
Adzan mulai berkumandang. Setelah beberapa lama, aku beranjak dari tempat tidur, meraih handuk lalu bergegas mandi sebelum malam tiba.
"Nat, makan malam udah siap tuh. Gih makan," ucap Kak Siti.
"Iya kak. Tapi kakak temenin aku makan ya."
Kak Siti duduk di kursi sebelah. Kami pun makan bersama.
Rumah menjadi sangat sepi setelah kepergian papa. Biasanya, sebelum semua anggota keluarga termasuk pengasuhku berkumpul di maja makan, maka tidak akan ada yang makan dulu.
Kini semua berbeda. Suasana seperti inilah yang membuatku sering mengingat papa.
Terkadang aku membayangkan kehadiran papa yang membuatku sangat merindukan papa, bahkan berharap papa kembali.
Aku masih duduk termenung di ruang televisi sambil menunggu mama pulang.
Aku menatap ponselku lalu memeriksa beberapa pesan grup kelas.
Pintu diketok dari luar. Mama udah balik kayaknya, pikirku. Aku pun berjalan membukakan pintu.
"Malam Nat," ucap seorang wanita gemuk di hadapanku.
Jobes, Bagus, Auna dan Bidadari berdiri tepat di depanku. Tanpa permisi, mereka menyelonong masuk.
"Sepi banget Nat. Kayak ruang ujian aja. Hahaha." Bagus memperhatikan sekeliling rumah.
Mereka berkumpul di ruang Televisi.
"Mama sama papa kamu ke mana Nat?" tanya Auna.
"Mama masih kerja, lembur," jawabku.
"Pa-pa?" lanjut Bidadari.
"Papa udah pergi guys. Udah sebulan lalu." Aku menunduk.
Mereka perlahan memelukku dan menghelus bahuku. Mereka memang baru tahu tentang kepergian papa.
Kehadiran merekalah yang membuatku merasakan kehadiran papa. Support dan semangat dari mereka membuatku tidak merasa kesepian.
Mereka seperti keluarga sendiri bagiku. Mereka mampu membuatku terhibur.
Malam ini, mereka membuat rumah terasa ramai. Kami menikmati beberapa makanan dan minuman malam itu sambil menonton beberapa film lalu sambil bercerita hal-hal lucu.
"Guys, kalian bakal nginap di sini kan?" tanyaku.
"Hm.... Kalau boleh sih. Hehehe," goda Auni.
"Yah boleh dong guys. Justru, aku bakal senang banget kalau kalian di sini terus," ucapku.
Usai makan dan minum, aku, Auni dan Bidadari menuju ke kamarku.
"Nat, aku ikut ya." Chiress mengikuti dari belakang. Jobes langsung menarik Chiress.
"Apaan sih kamu, cong."
"Aku takut tidur sama Jobes, ntar aku diperkosanya." Bagus merengek.
Kami hanya tertawa melihat kegilaan Bagus dan Jobes. Kemudian masuk ke kamar.
Minggu subuh, aku terbangun lalu langsung menuju ke kamar mama.
Ketika kubukakan pintu, aku melihat mama masih terbaring di tempat tidur. Pasti dia sangat kelelahan.
Aku melewati ruang televisi dan menemukan Jobes dan Bagus yang tidur di lantai. Aku memakaikam selimut pada mereka.
Ketika aku berjalan ke dapur, kak Siti sedang memasak. Aku pun menghampirinya dan membantunya memasak.
Usai mandi, aku dan kawan-kawan berkumpul di meja makan untuk menikmati sarapan bersama.
Ada mama, Jobes, Auna, Bagus, Bidadari dan juga kak Siti. Sarapan pagi ini terasa lengkap.
Menjelang siang, kawan-kawan berpamitan pulang. Aku pun mengantar mereka sampai depan gerbang.
"Kami pergi dulu Nat." Bidadari dan Auni berlalu sambil melambai tangan ke arahku.
"Cus mbok." Chiress menepuk bokong Jobes.
"Nat, aku balik ya. Sampai jumpa lagi." Jobes mengacak-ngacak rambutku.
"Iya. Hati-hati. Thanks yah udah main ke rumah." Aku tersenyum dengan geram.
Mereka pun pergi. Aku kembali masuk ke rumah usai menutup gerbang. Seketika aku berbalik ketika melihat secarik kertas yang terselip di celah pagar.
Aku menarik kertas itu. Betapa terkejutnya melihat isi kertas itu.
"Kalau soal travelling, aku paling gak bisa nolak nih. Mumpung gratis, bisa donk aku ambil." Aku membaca berita dalam kertas tadi dengan berhati-hati.
Dalam brosur itu terdapat kompetisi 'Foto Grup Terkece', dimana bagi peserta yang terpilih akan mendapatkan tiket tour ke daerah 3T, free dan diberikan akomodasi selama tour dan menjadi sukarelawan di daerah terpilih.
"Kalau aku ikut, aku pasti bakal menang dan terpilih. Mending aku ajak yang lain deh." Aku langsung mengabari kawan-kawanku usai mengambil gambar brosur itu.
Esok pagi nya, aku dengan bersemangat berangkat ke kampus. Meski sebenarnya hari masih terlalu pagi. Untuk menghindari macet, pikirku.
Setibanya di kampus, aku memarkirkan motor lalu langsung berjalan cepat ke kelas. Saking senangnya, aku sampai lupa melepas helm.
Aku baru sadar ketika seorang teman sekelas denganku mengingatkanku. Aku pun langsung melepasnya lalu kembali meletakkannya di atas motor.
Aku kembali berjalan ke kelas. Tepat di depan kelas, aku bertabrakan dengan seorang dosen.
Bruk....
Buku-buku dan kertas berserakan di lantai. Aku langsung jongkok mengutip buku dan kertas-kertas tersebut dengan terburu-buru.
Aku menyerahkannya kepada dosen tersebut sembari mengucapkan maaf. Kemudian berjalan ke kelas.
Huh!! Apes banget hari ini, ucapku dalam hati.
Setelah membahas kompetisi foto grup, aku dan sahabatku menyusun rencana foto grupnya.
Akhirnya kami mengambil keputusan untuk mengambil latar belakang fotonya, pantai dengan rancangan yang sudah kami tentukan.
Usai perkuliahan hari itu, kami pun berangkat menuju pantai dengan beberapa peralatan fotonya.
"Satu, dua, ti-ga." Ucap seseorang dari balik kamera.
Kami pun bergaya sesuai konsep.
"Gimana mas, bagua gak hasilnya?" tanyaku pada seorang pria yang membantu kami memotret.
"Bagus kok. Sekali lagi." Dia kembali mengatur kameranya.
"Guys, bagus kok hasilnya." Aku memperlihatkan hasil fotonya.
Kawan-kawanku terlihat kegirangan. Dengan segera kami mencari tempat lain untuk mengedit foto-foto tersebut sebelum dikirim.
Kami pun singgah di sebuah restoran sekaligus untuk makan. Sambil menunggu makanannya tiba di meja, Jobes mengambil ahli dalam pengeditan foto karena dia jauh lebih jago dari kami semua.
"Yey, selesai." Jobes melihat kami dengan senyum lega.
"Coba lihat." Bagus menggeser laptop ke arahnya.
Aku, Auna dan Bidadari ikut melihat hasilnya.
"Wow. Keren nih. Tinggal upload deh." Aku memicingkan mata.
Jobes pun langsung mengirim foto tersebut ke email admin penyelenggara kompetisi.
Siang itu, kami menyantap makanan yang sudah di hidangkan dengan penuh kegirangan. Meski hasilnya belum diketahui.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
naaaaaaa
semangat
2021-05-30
3