Prakkkkkk.
Panca mendobrak pintu rumah Han. Dia jelas tau, keberadaan Nat.
Dengan kaget, Nat keluar.
"Nat, kamu gak pa pa?"
"Panca? Kamu apa-apaan sih?"
"Han mana Nat? HAN!"
"Hey, tenang dulu dong. Kamu kenapa sih. Kok datang marah-marah?"
Panca menatapku dalam, dengan tangannya yang menyentuh pundakku.
"Dia bukan laki-laki baik Nat. Kamu harus jauhi dia. Percaya sama aku Nat. Aku gak mau dia melakukan sesuatu yang bodoh lagi."
Aku menyernyitkan kening penasaran dan heran.
"Lagi? Maksud kata 'lagi' apa?" batinku.
Aku semakin bertanya-tanya apa maksud perkataan Panca. Dengan paksa, Panca menarik tanganku lalu membawaku kembali ke rumahnya.
(Beberapa tahun lalu)
Bukkkkk.
Beberapa pukulan dilayangkan Panca pada pipi Han hngga menimbulkan lebam.
Han terjatuh tak berdaya ketika Panca benar-benar meluapkan emosinya pada Han.
Bukan tanpa alasan. Untuk kesekian kalinya, Panca mengetahui dan menemukan Han mel*c*hkan wanita yang dia sayangi. Setiap Panca memperkenalkan beberapa wanita pada Han, Han pasti perlahan akan melakukan sesuatu yang tidak wajar pada wanita-wanita itu.
"Kurang ajar lo Han. Tega lo main di belakang gua seperti ini. Lo tau, dia cewek gua, masih aja lu giniin gua." satu pukulan melayang ke wajah nya Han.
"Sayang, maaf ya, aku gak sempat pamit ke kamu. Aku udah balik ke rumah Panca." Aku mengirim pesan itu ke nomornya Han.
Segera dibalas,
"Iya sayang. Gak pa pa."
\*\*\*\*
Kejadian beberapa tahun lalu selalu terbayang oleh Panca. Sehingga, ketika dia tahu bahwa Nat dekat dengannya, tentu saja dia sangat cemas kondisinya.
Masalahnya bukan karena dilecehkan, tapi justru setelah dilec\*hkan, Han tidak sudi bertanggung jawab atas apa yang benar-benar dia sendiri lakukan.
Semenjak saat itu, Panca selalu berusaha bersama dengan Nat. Saking cemasnya, kemana pun Nat pergi, Panca selalu ikut.
"Kenapa sih, kamu selalu ngikutin aku?"
"Biar aku bisa jagain kamu terus. Udah gak usah bawel."
"Kayak bodyguard aja. Trus kalau aku ke toilet, kamu bakal datang?"
"Iya lah. Bila perlu sampai ke dalam-dalam. Asal kamu bisa kupantau."
Aku berjalan ke toilet cafe siang itu.
Dari belakang, Panca menyusul.
"Ihhhh. Nyebelin bat sih. Udah deh. Berhenti ngikutin aku terus. Aku tuh merasa dikekang tau. Udah ah, pulang sana!" Aku mendorong punggung Panca agar pergi meninggalkanku.
Meski sudah berusaha keras, namun dia tetap saja mengikutiku. Kemana saja.
Bagaimana mungkin, seorang aku tidak merasa terganggu.
Sudah terlanjur merasa betek, aku pun memutuskan kembali ke rumah. Ketika diperjalanan pulang, Panca berhenti untuk mencari toilet umum.
"Kesempatan bagus nih. Mending aku kabur aja deh." Baru saja melepas sabuk pengaman, Panca sudah masuk di dalam mobil.
Aku mendengus kesal. Sangat kesal.
\*\*\*
"Loh.... Kamu kenapa Nat, kok muka nya ditekuk gitu?" tanya tante.
"Itu loh tan, Panca bikin aku kesal seharian ini. Ngikutin mulu deh."
Tante hanya geleng-heleng menahan tawa atas ulah sang anak. Kemudian berlalu pergi.
Tanpa sepengetahuan Panca, aku diam-diam keluar untuk bertemu Han yang sedang menunggu di depan rumah.
"Yok." Aku menepuk pundak kekasihku itu.
Motor pun melaju dengan kencang meninggalkan rumah Panca.
"Hufttt. Akhirnya bisa keluar juga. Hahaha."
Hari itu, aku menghabiskan waktu bersama Han. Kami pergi makan, belanja dan terakhir nonton. Sempat berpikir tentang perkataan Panca mengenai Han.
"Dia bukan pria baik-baik........" perkataan itu terngiang-ngiang di telingaku. Bahkan tatapan Panca saat mengatakan kalimat itu, masih terbayang jelas.
"Apa iya, Han seburuk itu? Nyatanya dia baik banget kok. Dia nemenin aku, jagain aku, lindungin aku. Trus buruknya dimana?" lagi-lagi aku membatin.
"Kenapa sayang, ngelamun aja."
Lamunanku buyar seketika. Aku menggeleng menjawab pertanyaan Han.
Bugggggggg....
Deg....
Deg....
Aku benar-benar kaget dengan kehadiran Panca yang menghadang perjalanan pulang kami.
Dengan sebuah pukulan yang menghantam Han hingga membuat Han merasa kesakitan.
"Panca!!! Kamu apa-apaan sih? Kamu keterlaluan tau gak sih. Pergi sekarang!!" bentakku menatap tajam pada Panca.
"Kamu ikut aku sekarang," kata Panca menarik tanganku dengan kasar.
"Aku gak mau Panca. Auuuu." Aku merintih kesakitan ketika Panca menggenggam kuat pergelangan tanganku.
"Maaf, Nat. Tapi kamu harus ikut aku sekarang juga."
"Cukup ya, aku benci sama kamu. PERGI!"
Panca menghentakkan tangannya lalu pergi.
Aku mendekati Han yang terkapar dengan rasa sakit pada wajahnya. Pipi kanan kirinya terlihat membiru karena pukulan dan bagian tubuh lain yang terhantam keras oleh Panca. Aku memapahnya berjalan ke dalam sebuah mobil lalu melaju menuju rumahnya.
~~
"Auh.... Pelan-pelan Nat."
"Iya iya. Maaf." Aku mengompres lebamnya.
Aku kembali mengusap pelan pipi Han setelah mengganti air kompresan.
Tiba-tiba Han meraih tanganku hingga aku berhenti bergerak. Mata bertemu mata. Han meraih bagian belakang leherku lalu menarikku dengan kasar hingga wajahku mendekat ke wajahnya.
Han mulai memulai aksinya. Menghelus lembut wajahku lalu mengecup lembut bibirku dan \*\*\*\*\*\*\*\*\*\*. Lagi dan lagi. Kemudian di susul oleh aksi nya yang lain.
\*\*\*\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments