"Kamu gak sedingin yang kubayangkan ya. Aslinya juga suka cerita-cerita." Aku duduk di tumpukan batu.
"Iya lah. Kan aku udah bilang, aku dinginnya sama orang lain doang. Nanti juga kamu bakal tau." Han menyusul duduk di sebelahku. "Pindah yok. Duduk di jembatan sana aja."
Kami pun pindah duduk di jembatan. Di sana cukup ramai.
Kebetulan malam itu adalah malam minggu. Wajar kalau di tempat itu ada orang yang berpasang-pasangan duduk di jembatan itu.
"Eh.... Jadi gimana Nat?" Han menatapku dengan tatapan serius.
"Ha, gimana apanya Han?" Aku membalas tatapan Han dengan bingung.
Aku bisa melihat, Han gemetaran. Aku pun merasa heran melihatnya.
"Jadi pacar aku mau gak?" ucapnya lantang.
Aku tersentak dibuatnya.
"Loh?"
"Nat. Ini gak kecepatan kok. Setelah ketemu kamu waktu itu, aku sebenarnya pengen jalan lagi sama kamu, tapi aku harus ke sini. Kita memang baru beberapa kali bertemu. Kita juga saling kabar-kabaran di chat kok. Apa itu kurang?"
Aku hanya tersenyum melihat tingkah Han yang seolah salah tingkah meski berusaha tegas.
"Hahaha. Kamu serius Han?"
Han hanya mengangguk.
Aku memperhatikan pasangan-pasangan yang ada di sekitar kami.
"Jadi gimana nih? Diam-diam aja." Han menyenggol bahuku.
Aku mengangguk setuju. Han pun memelukku.
"Hey. Malu dilihat orang." Aku menepuk punggung Han.
"Udah gak pa pa. Mereka juga pacaran kok." Dia kembali memelukku.
Kemudian Han merangkulku dari samping.
Malam sudah sangat larut. Han pun mengantarku ke rumah pak Naban. Ketika tiba di depan rumah, pak Naban tiba-tiba ke luar dan bertemu dengan kami.
"Pak." Han membungkuk menyapa pak Naban.
"Hey, sini kau dulu bujang." Pak Naban melambai memanggil Han.
Dengan langkah berani, Han menyusul pak Naban. Aku pun menemani Han. Kami duduk di teras rumah.
"Kau anak siapa kau bujang?" tanya pak Naban dengan logat Bataknya.
"Saya anak angkatnya ayah Laurent di rumah sebelah, pak," jawab Han sopan.
Karena merasa ngantuk, aku pun pamit tidur duluan. Pak Naban bercerita-cerita dengan Han sampai subuh. Untungnya, Han masih kuat melek.
Aku terbangun ketika kudengar dari kejauhan terdengar musik orgen dari tempat acara nikah. Acara semalam ternyata belum selesai hingga pagi ini.
Ketika aku hendak beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi, aku terkejut melihat Aci dan Blester berdua dalam kamar mandi melakukan sesuatu yang aku sendiri berpikir bahwa itu tidak wajar.
Ternyata Blester yang bertato berbeda dengan wanita lain, sama seperti Aci. Mereka Lesb*an. Aku mengatupkan mulut tak menyangkah. Aku pun pura-pura tak mengetahui apapun di harapan mereka.
~~
Setelah selesai mandi dan sarapan, rombonganpun di minta untuk berkumpul karena akan jalan-jalan ke air terjun.
Betapa senangnya mendengar hal itu.
Aku dan tiga sahabatku kembali bersama-sama. Kami menaiki angkutan yang sama. Di perjalanan, aku melihat Han yang sedang memanen sawah bersama ayahnya. Aku melambai dan dibalas olehnya dengan senyum lebar.
Jalanan becek dan berlumpur. Nyaris saja kami mengalami kecelakaan karena ban angkutan kami masuk ke jalan berlobang cukup besar. Untung saja, supirnya bisa mengatasi hal tersebut.
Dari pintu masuk, kami bisa mendengar suara air terjun yang jatuh menimpa bebatuan besar. Kulubuk namanya. Air terjunnya mengalir dari ketinggian yang cukup tinggi. Airnya jernih dan segar. Tanpa berpikir panjang, setibanya di air terjun, kami langsung menyebur.
Bersama dengan teman-teman lain, kami menyelam dalam genangan air yang jernih itu.
Ketika sedang asyik berenang, seseorang seolah melintas di depanku. Aku mencoba mengabaikannya. Mungkin saja hanya halusinasiku saja.
"AAAAAAAAAAAAA!!!!! TOLOOOONG!" Seseorang berteriak.
Aku pun mencari tahu asal suara itu. Aku tak melihat orang berteriak di sekitarku padahal suara teriakan itu sangat dekat.
"Guys, kalian dengar suara minta tolong gak?" Aku mendekati teman-temanku.
Mereka hanya geleng-geleng.
"Paling halusinasi kamu aja Nat," ucap Jobes.
"Masa sih, kok aku ngerasa ada yang aneh yah. Ah paling halusinasi aku aja. Bodo ah" Aku menyelam melihat ke dalam air.
.....
Tiba-tiba melihat seseorang seolah mendekatiku dengan gerakan yang sangat cepat dan sigap. Wajahnya sangat seram. Wanita dewasa dengan pakaian hitam dan rambut panjang terurai. Tangannya seolah akan mencekik leherku.
Aku langsung ke luar dari air dan menepi di pinggir air dengan napas yang terengah-engah.
Aku berusaha menenangkan diri agar yang lain tidak panik.
Usai mengganti pakaian, aku duduk memandangi yang lain berenang. Teman-temanku tiba-tiba minta berfoto bersama. Seseorang memotret kami menggunakan ponselku.
Kami kembali ke rumah. Perasaanku saat itu menjadi sangat tidak tenang. Mulai dari sebuah mimpi hingga halusinasi yang tidak masuk akal bagiku.
Ketika melihat istri pak Naban duduk di ruang tamu, aku mendekatinya.
"Bu. Aku boleh tanya sesuatu gak?" Aku melihat ibu dengan ragu-ragu.
"Iya. Tanyakan saja." Ibu tersenyum ramah.
"Air terjun kulukubuk itu angker ya bu?"
Ibu tersentak mendengar perkataanku.
Dia hanya diam lalu mengalihkan pembicaraan. Aku menjadi semakin penasaran.
~~
Usai makan malam, pak Naban membuka mulut tentang air terjun yang baru saja kami datangi.
Aku terkejut dan merinding mendengar cerita Pak Naban. Ternyata tempat itu memiliki kekuatan mistis.
Aku kembali ke kamar lalu berbaring usai mematikan lampu kamar.
Dalam kamar itu terdapat tiga buah ranjang bertingkat. Aku tidur di ranjang paling bawah lalu Aci dan paling atas dipakai oleh Blester.
Malam itu, aku tak melihat Aci dan Blester di dalam kamar. Dengan sedikit rasa takut, aku ke luar dan berjalan menuju teras.
"Permisi!" Seseorang mengetuk pintu.
Aku pun segera membuka pintu. Aku melihat Han berdiri di depanku.
"Pak Naban sama ibu ada?"
"Ada. Di dalam." Aku mempersilakan Han masuk.
Usai meminta izin, Han pun mengajakku jalan-jalan ke luar. Aku berpamitan lalu pergi.
Ternyata Han membawaku ke rumah orang tua angkatnya. Kami berkenalan dan menikmati beberapa cemilan malam itu.
Hari sudah pukul setengah sepuluh. Han bermaksud mengantarku pulang. Kami memutuskan untuk berbincang sebentar di suatu tempat.
Han menggenggam tanganku dengan lembut. Kami duduk di bawah sebuah pohon besar lalu bercerita-cerita.
Han merangkul dan perlahan menciumku. Aku mencoba menolaknya karena takut dilihat warga.
"Gak pa pa Nat. Tenang aja. Gak bakal ada yang lihat kok." Han tersenyum.
Aku pun mengizinkan Han menciumku.
Tiba-tiba terdengar suara tangis seorang wanita tidak jauh dari tempat kami duduk.
Aku berhenti mencium Han demikian dengan Han.
Aku berusaha mencari tahu asal suara tangis itu. Dari balik pohon besar, aku dan Han melihat dua orang sedang berdiri berhadapan. Namun tak terlihat jelas karena di sana sangat gelap.
Aku dan Han perlahan secara diam-diam mendekat ke arah orang itu.
"Sepertinya mereka sedang bertengkar deh," bisikku pada Han.
Mataku terbelalak melihat dua orang itu. Aku mengenal mereka.
"Apa yang sedang terjadi antara mereka?" ucapku.
Han melihatku heran.
"Kamu kenal sama mereka?"
"Iya Han. Mereka satu tempat menginap denganku. Benar deh, mereka sedang berantem."
"Tapi kamu harus bisa jujur sama aku dong. Kalau kamu udah bosan, bilang. Jangan main di belakang aku. Ngerti gak sih." tegas Aci.
"Siapa yang bosan, kamu tuh yang belum bisa nerima aku sepenuhnya. Kamu masih berhubungan sama laki-laki itu. Buktinya kalian masih kontekan. Yah kan?" balas Blester.
"Kamu jangan salah paham dulu dong. Semua nya gak sama kayak dugaanmu. Kami memang masih kontekan tapi untuk urusan bisnis bukan yang lain. Kamu jangan nuduh gitu lah. Aku gak suka kalau kamu gini terus sama aku."
"Alah, udah deh mending kita gak usah terusin semua ini. Kamu gak usah ngeles lagi." Blester mendorong tangan Aci lalu pergi meninggalkannya.
Aku berlari menyusul Aci. Dia terlihat sedang menangis.
"Ci, kamu gak pa pa?" Aku merangkulnya.
"Nat? Kok kamu bisa ada di sini?" Dia mengusap air matanya.
Han datang menyusulku.
"Yok, kita pulang aja. Udah malam," ucapku lalu melirik Han.
Han mengangguk setuju dengan keputusanku untuk pulang ke rumah.
Author butuh banget nih,
1. support reader
2. like
3. komen
4. vote
5. love para reader.
supaya author makin semangat buat ceritanya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments