Malam ini, dengan penuh penasaran dan gugup, aku membuka akun kompetisi tersebut di akun instagram. Ketika aku memeriksanya, belum ada pengumuman.
Beberapa menit kemudian, Jobes mengirimkan aku pesan. Ketika melihatnya, aku langsung berteriak kegirangan sambil melompat-lompat.
Jobes juga mengirimkan tiket sebagai hadiah dari kompetisi itu. Kami mendapat lima tiket dan perjalanannya akan dimulai dua hari lagi.
"Bisa tidur nyenyak ini." Aku merebahkan tubuhku dengan perlahan.
Perkuliahan pagi ini sudah dimulai. Dosen pemngampu menjelaskan materi. Kami memperhatikannya sambil mencatat bagian tertentu dari penjelasannya.
"Oke semua. Saya akan memberikan kalian tugas. Tugasnya adalah kalian membuat laporan observasi terhadap kehidupan lingkungan sosial di daerah kalian. Tugasnya dikirim ke email saya paling lama seminggu lagi ya. Saya tidak mau ada keterlabatan. Bagi yang melewati deadline tugas, akan mendapatkan sanksi." Dosen tersebut memperhatikan kami dengan tatapan tajam. "Perkuliahan hari ini saya cukupkan. Jangan lupa menyelesaikan tugas yang saya berikan. Selamat siang." Beliau keluar dari kelas.
Kelas menjadii riuh dengan keributan mahasiswa yang sibuk membahas tugas tadi. Aku dan sobat-sobatku hanya diam dengan tenang.
"Sambil jadi sukarelawan, kita bisa sambik melakukan observasi dong." Bagus melirik kami.
"Siap-siap aja sih guys," balas Auna.
Aku dan yang lain hanya mengangguk setuju.
Hari keberangkatan sudah tiba. Aku dan kawan-kawanku berkumpul di bandara.
"Bidadari mana?" Aku mencari-cari keberadaannya.
"Belum datang kayaknya. Paling masih di jalan Nat." Jobes menepuk pundakku yang terlihat cemas.
Pengumuman keberangkatan terdengar. Aku menjadi sangat cemas jika Bidadari tidak jadi ikut.
Untung saja Bidadari segera tiba dan kami pun berangkat.
Aku duduk bersebelahan dengan Jobes. Auna dengan Bidadari. Sedangkan Bagus bersebelahan dengan seorang pria bertubuh kekar dengan tato yang memenuhi sekujur tubuhnya kecuali bagian wajahnya, sehingga Bagus merasa ketakutan.
Pesawat mendarat di kabupaten daerah tujuan. Aku dan yang lain turun sambil menatap kagum dengan pemandangan yang kami saksikan langsung.
Ketika mendapat pesan dari penyelenggara kompetisi, kami pun langsung berkumpul di suatu tempat.
"Ini kita udah sampai ya guys?" bisik Bidadari.
"Sepertinya sih," balas Bagus.
Setelah mendengarkan petunjuk, kami pun mengikuti ke arah yang rombongan lain tuju.
Aku dan sahabat-sahabatku berjalan di barisan paling akhir. Sambil berjalan, Bidadari menikmati beberapa makanan. Sesekali Bagus dan Auna mencomot makanan Bidadari.
Akhirnya kami tiba di sebuah pantai yang sangat luas dan indah. Tempat itu diramaikan oleh lima puluh orang dari kami dan beberapa dari pengunjung.
"Karena kapal yang sudah dibooking mengalami beberapa renovasi, perjalanan ditunda dulu. Besok kita akan berangkat ke daerah 3T nya. Mohon bersabar ya," ucap seorang pemandu.
"Untuk hari ini, kita akan bermalam di sini dulu. Tim kami akan menyiapkan beberapa tenda dan makan untuk kalian," ujar ketua panitia pelaksana.
"Kira-kira berapa ya pengeluaran mereka untuk kegiatan seperti ini?" tanya Bidadari.
"Lumayan banyak deh." Bagus melihat kesekelilingnya.
"Yang aku tau sih, perusahaan yang melaksanakan kegiatan ini sedang merayakan hari jadi perusahaannya dan puncak kejayaan perusahaan ini. Infonya sih, kegiatan ini sudah menjadi program tiga tahun sekalu yang mereka adakan. Dan..., biayanya gak mereka doang yang nanggung. Dibantu dan bekerja sama dengan perusahaan lain. Ini proposal yang lulus negosiasi sih. Hehehe," jelasku.
Kami masih duduk di atas pasir sambil menunggu tenda selesai didirikan dengan beberapa makanan segar yang dibagikan.
"Enak ya kita. Udah jalan-jalan gratis, dikasi makanan enak, pelaksananya ganteng-ganteng. Ih.... Pengen deh yang itu." Bagus menunjuk ketua panitia yang sibuk mengarahkan timnya.
Kami hanya menatap geli ulah Bagus. Kemudian menertawakannya. Mungkin merasa sedang dibicarakan, pria itu pun menoleh ke arah kami. Dia mulai berjalan mendekati kami.
"Duh. Dia mulai mendakat nampaknya. Aku jadi grogi nih." Bagus berbalik.
"Sepertinya dia bakal mendekat ke kita deh," ucap Auna dengan suara pelan.
"Sans aja guys. Kita kan gak buat kesalahan. Napa musti takut sih." Jobes menatap pria itu dengan penasaran.
"Kalian!" Pria itu menunjuk ke arah kami sembari berlari pelan.
Kami tersentak lalu berdiri perlahan.
"Kalian boleh ke tenda yang itu yan" Dia menunjuk tenda yang sudah selesai didirikan.
"Ah.... Iya mas. Terima kasih." Aku tersenyum ke arah pria itu.
Kami pun bergegas menuju tenda tersebut.
"Duh, kirain dia bakal marah karena kita omongin tadi." Bagus mengibaskan rambutnya yang pendek itu.
"Kita? Lo aja kali yang dari tadi ngomongin dia." Bidadari menepuk punggung Bagus.
Aku meletakkan tas di tepi tenda kemudian merebahkan tubuhku dengan sehelai kain menutupi bagian tubuhku. Aku memejamkan mata.
Bisa kurasakan angin menghembus dengan hangatnya. Tenang saja, tenda tidak didirikan tepat di tepi lautnya, sehingga tidak akan membuat tenda diterpa angin dengan sangat kencang.
"Hallo. Permisi!" Seseoranng berseru sambil menggoyangkan lenganku.
Aku terbangun. Betapa kagetnya aku ketika melihat sekelilingku tak ada orang selain aku dan orang yang membangunkan aku.
"Yang lain pada ke mana ya." Aku segera duduk.
"Yang lain sedang berkumpul di sebelah sana. Buruan gih, kamu ke sana. Susul mereka." Pria itu menunjuk ke arah balik batu besar.
Aku berdiri lalu berjalan ke arah itu. Langkahku terhenti ketika aku tak menemukan jalan untuk menuju ke lokasi tersebut.
Aku menepuk bahu seorang pria yang melewatiku,
"Mas, ini jalannya ke mana ya?"
Aku pun mengekornya dari belakang. Akhirnya tiba di tempat perkumpulan.
Aku menemukan keberadaan sahabat-sahabatku itu ketika mereka melambai ke arahku. Aku duduk bersama mereka.
"Kenapa gak ada yang bangunin aku sih." Aku melihat mereka dengan tatapan kesal.
"Hehehe. Udah kok Nat. Kamunya susah bangun. Yah udah kita tinggalin aja. Ya gak guys." Auna tersenyum.
"Hmmmmmmmm," balasku netral.
Aku kembali berbaring di dalam tenda. Bidadari dan Auna sibuk menatap layar ponsel mereka. Bagus dan Jobes berada di tenda lain.
Menjelang malam, aku dan yang lain bergegas mandi di sumur yang ada di tempat itu. Jarak dari tempat berkemah cukup jauh dan melewati hutan kecil sehingga kami pergi berkelompok dengan anak-anak lain.
Usai mengganti pakaian dan rapu-rapi, aku, Auna dan Bidadari duduk memandangi laut. Kemudian, kami melihat sepertinya ada yang sedang berenang di laut dangkal itu.
Aku memperhatikan orang itu. Aku hendak menyusul orang itu karena pikirku dia akan menenggelamkan dirinya. Ternyata orang itu hanya berenang saja. Kemudian berjalan ke tepi.
"Woi Bagus!" Aku menunjuk ke arah orang itu.
Benar saja. Itu adalah Bagus. Dia hanya melambai melihat kami.
"Mandi laut habis itu, apa gak gatel-gatel yah," ucap Auna geli.
"Ntahlah. Paling anunya berkarat. Hahahaha," balasku iseng.
Auna dan Bidadari tertawa serentak mendengarkan perkataanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments