"Udah siap, Nat?" Gerri berdiri di teras menungguku.
"Udah kok, Ger. Yok." Aku menggendong ranselku.
"Bu, kita pamit dulu ya." Gerri mencium tangan ibunya.
"Iya, kalian hati-hati ya." Ibu menepuk pundakku.
"Yok." Gerri mengangkat sebagian barang lalu meletakkannya dalam mobil.
Mobil melaju perlahan kemudian mulai melaju kencang. Aku memandangi sisi jalanan dari balik jendela yang terbuka.
Tak begitu lama, aku dan Gerri tiba di suatu tempat.
"Yok." Gerri membuka pintu mobil lalu berjalan keluar.
"Udah nyampek Ger?" Aku menyusul keluar.
"Udah Nat. Tinggal mendaki sedikit, kita nyampek kok." Gerri menurunkan barang-barang dari dalam mobil.
"Oke." Aku mengambil ranselku dari kursi belakang lalu membantu Gerri mengangkat sebagian barang.
"Let's go." Gerri menunjuk ke arah jalan.
Aku mengiringinya dari belakang.
"Ger, ada banyak orang juga ya. Aku kira cuma kita berdua aja." Aku melihat kesekeliling jalan.
"Iya Nat. Kalau akhir pekan gini, memang banyak orang yang mendaki. Makanya rame."
"Wah, bagus dong. Gak bakal kesepian kita." Aku berjalan dengan bersemangat.
Kami melanjutkan perjalanan.
"Huh! Akhirnya nyampek juga." Gerri meletakkan barang-barang lalu menggerak-gerakan badannya karena pegal.
Aku meletakkan tasku lalu duduk di atas tanah dengan tubuh yang lelah. Bagaimana tidak lelah. Kami mendaki bukit yang cukup tinggi dan juga licin. Perjalanan lumayan jauh.
"Nat, sini deh. Aku mau nunjukin sesuatu ke kamu. Buruan." Gerri melambai ke arahku.
"Kenapa sih Ger?" Aku menyusul Gerri.
"Wow.... Ini indah banget Ger." Aku memandangi pemandangan di bawah bukit itu.
Laut dan sungai serta di tebing bukit itu terdapat sebuah rumah yang sangat unik. Pemandangan yang sangat indah.
Gerri tersenyum melihatku. Aku pun membalas senyumannya.
Beberapa lama kemudian....
"Mau balik ke tenda atau mau di sini dulu?"
"Eh..., duluan aja Ger. Ntar aku nyusul."
Gerri berjalan meninggalkanku.
Beberapa lama kemudian, dia terlihat mendirikan tenda.
Aku masih terpaku memandangi pemandangan di bawah tebing itu.
"Gak sia-sia aku datang ke sini." Aku tersenyum.
Setelah beberapa lama duduk, aku berdiri menyusul Gerri. Saking lamanya, ketika aku kembali,Gerri sudah mendirikan tendaku dan menyediakan makanan.
"Mau mandi dulu atau mau makan dulu?"
"Makan dulu deh. Udah laper banget nih. Hehehe." Aku duduk di depan tenda lalu bergegas menyantap nasi dan lauk yang disediakan Gerri.
Malam sudah tiba. Aku duduk di dekat api unggun sambil memperhatikan bintang-bintang di langit. Langit terang dengan bintang dan bulan.
Gerri datang dan duduk di sampingku. Di tempat itu tak hanya kami berdua. Kebetulan tempat kami itu memang tempat untuk kemping. Memang sudah lokasinya di sana.
Di sebelah tenda kami, terlihat sepasang orang yang sedang asyik menonton dari laptop. Sesekali mereka tertawa.
Karena mengantuk, aku pun memutuskan untuk kembali ke tenda. Gerri juga kembali ke tendanya.
Malam sudah cukup larut.
Tiba-tiba aku mendengar suara air jatuh di atas tenda.
"Astaga, hujan. Mana deras banget lagi." Aku berdiri lalu bergegas menggeser tas dan barang-barang lain agar tidak terkena hujan.
Ketika sedang sibuk memindahkan barang-barang, tiba-tiba terdengar bunyi guntur.
DUAR!!!!!!
Aku tersentak berteriak.
"A!!!!" Aku jongkok dengan menutup kedua telingaku.
Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam tendaku.
"Nat." Gerri mendekapku. "Udah, Nat. Jangan takut. Ada aku kok," lanjutnya.
Hujan semakin derat turun di dalam tenda.
"Kita ke tenda aku aja yok." Gerri mengantarku ke tendanya. "Kamu tunggu di sini dulu ya. Aku ambil barang-barang mu dulu." Gerri bergegas berlari ke tendaku lalu tak lama dia kembali.
Pakaiannya sudah basah kuyup. Aku mengambil handuk lalu melemparkan ke arah Gerri.
"Kamu udah gak pa pa?"
"Iya Ger. Cuma kaget aja kok."
"Syukurlah kalau gitu." Gerri mengusap wajahnya dengan handuk.
Tiba-tiba dia melepas bajunya di depanku.
"Eh! Kamu mau ngapain?" Aku segera menutup mataku.
"Mau ganti baju, Nat. Kenapa?"
"Iya, gak di depan aku juga kali Ger." Aku berbalik.
"Hahaha. Kenapa Nat? Bilang aja pengen lihat."
"Dih. Sorry yah."
Lima menit kemudian.
"Udah, Nat. Udah selesai kok."
Aku kembali berbalik.
Gerri sudah mengganti pakaiannya.
"Yah udah. Kamu tidur gih. Udah larut." Gerri duduk di sebelahku.
Aku berbaring membelakangi Gerri dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhku.
"Selamat tidur."
"Selamat ridur," balasnya.
Aku membalikkan badan. Seketika aku berhadapan dengan wajah Gerri yang terlihat terlelap. Aku memandangi wajahnya.
Kalau dipandang-pandang..., dia manis juga ya, gumamku. Sesekali aku tersenyum malu membayangkan tentang Gerri.
Aku terbangun. Ketika membuka mata, aku tak menemukan Gerri di sana. Aku pun segera berdiri lalu keluar dari tenda. Kutemukan Gerri sedang memperbaiki tendaku yang bocor.
"Hai." Aku berjalan mendekatinya.
"Eh, hai. Gimana tidurnya, nyenyak?"
"Iya. Nyenyak kok."
"Bagus lah. Nih tendanya udah bagus. Gak bocor lagi."
"Thanks ya Ger."
"Sama-sama."
Usai sarapan, aku pergi ke kali untuk mencuci pakaian. Betapa kagetnya aku ketika kulihat di sungai itu terlihat seseorang yang mirip dengan Vinsen.
Aku hendak menghampiri orang itu, namun langkahku terhenti ketika Gerri memanggil namaku.
"Hey. Kenapa?" Gerri menepuk pundakku.
"Eh. Ger.... Gak pa pa kok."
Aku dan Gerri kembali berjalan ke tepi kali. Aku meletakkan pakaian di atas bebatuan lalu menyiramnya dengan air. Sedangkan Gerri juga melakukan hal yang sama denganku.
"Eh-eh!" Aku bergegas meraih pakaian yang terbenam ke dalam air.
"Kenapa, Nat?"
"Kainnya tenggelam Ger." Aku melompat kecil kwatir.
Gerri bergegas menyelam mencari kain itu.
"Huft.... Aku cari lagi ya." Gerri kembali menyelam.
Aku menjadi cemas ketika Gerri tidak muncul.
"GER! Gerri, kamu di mana. Jangan becanda dong. Ger?" Aku berusaha mencari-cari keberadaan Gerri.
Aku mulai ketakutan dan sangat mencemaskan Gerri. Kucoba menyelam menyusulnya, namun aku tak menemukannya.
Aku naik ke darat lalu berdiri memperhatikan ke sekeliling kali.
"GERRI!!!!" Aku berteriak sekwncang-kencangnya. Air mataku mulai keluar perlahan. "Ger...." Aku tersungkur dengan perasaan takut dan cemas.
"BAAAAAAHHHHH!" Gerri menyipratkan air ke arahku.
"Gerri, ini gak lucu tau!" Aku terkejut sejadi-jadinya dengan perasaan lega juga.
"Hahaha. Maaf Nat. Lagian kamu dari tadi, mukanya tegang banget. Hahaha, maaf yah." Gerri hanya menertawakanku.
Malam itu aku kembali ke tendaku usai mengantarkan barang-barang dari tendanya Gerri. Aku membuka ponselku melihat-lihat foto perjalanan yang sudah banyak kukunjungi.
"Woah.... Ngantuk banget nih. Tidur dulu deh." Aku mematikan ponsel lalu berbaring.
Aku merasa seseorang berbaring di belakangku. Aku berbalik. Betapa terkejutnya aku melihat seorang Gerri berbaring dekat denganku. Aku menepuk pundak Gerri perlahan.
"Ger.... Gerri...." Aku menggoyankan bahu Gerri agar dia terbangun.
Beberapa saat kemudian Gerri terbangun dengan memelals.
"Kenapa sih Nat?"
"Kenapa..., kenapa. Harusnya aku yang nanya. Kamu kenapa tidur di sini?" Aku menatap Gerri kesal.
"Tendanya roboh Nat."
"Masa sih?" Aku mengernyitkan alis lalu bergegas keluar untuk memeriksanya.
"Roboh dari mana?" Aku kembali ke tenda? "Gerri! Kamu balik gih ke tenda kamu. Orang tenda kamu baik-baik aja kok. Buruan sana." Aku menarik lengan Gerri.
Aku kembali berbaring di tempat tadi dengan beberapa jarak dari Gerri.
Tak beberapa lama memejamkan mata, Gerri mendekat dari belakangku. Perlahan meletakkan tanganya di pinggangku. Aku menggerakkan tubuhku agar Gerri menjauhkan tangannya.
"Kamu apa-apan sih Gerr?" Aku berbalik ke arah Gerri.
Niatku ingin membentaknya dan menyeretnya keluar dari tendaku, namun niat itu tiba-tiba hilang ketika kulihat Gerri yang pucat.
"Gerr, kamu kenapa. Kamu sakit? Kok pucat gini?" Aku menyentuh wajahnya. Memastikan dia tidak sedang demam.
"Aku gak pa pa Nat." Dia meraih tanganku.
"Aku ambilin obat dulu deh." Aku hendak berdiri namun Gerri mencegahku.
"Aku cuma pengen berduaan denganmu kok. Setelah itu aku akan baik-baik saja." Gerri meletakkan tanganku ke pipinya.
"Gerrr, jangan becanda dong. Ntar kalau ada apa-apa sama kamu, kan tanggung jawab aku."
"Udh gak pa pa Nat." Gerri memeluk tubuhku lalu tiba-tiba mengecup pipiku.
Malam itu, aku pun membiarkan Gerri tidur di tendaku sambil memelukku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments