Sudah larut malam tapi Felisha belum bisa beristirahat. "1 bayi"nya belum pulang kerumah. Siapa lagi kalau bukan Tn. Kevin. Ini ada tertuang di kontrak kerjanya. Memastikan semuanya berada dirumah pada malam hari, jika pulang terlambat lewat jam 12 malam atau akan menginap, mereka harus memberitahukannya kepada Felisha.
"Fel-fel...", Nathan mengagetkan Felisha. Felisha menatap sinis kearahnya.
"Tuannnn....." jerit Felisha gemas. "kenapa anda suka sekali mengganggu saya"
"hihi...aku suka melihatmu marah. Itu lucu !!"
"huh, lucu ? kalian orang kaya mengganggap lucu melihat orang seperti kami marah? gila"
Nathan tertawa. Beberapa penjaga yang lewat teras depan memberi ucapan selamat malam kepada mereka. Selang berapa menit kemudian mobil Kevin datang. Felisha bangkit dari duduknya, menuruni tangga teras dan menunggu pintu dibukakan Pak Yaz, supir pribadi Kevin.
"selamat malam Tn. Kevin" sapa Felisha.
Kevin tidak membalas, hanya melirik sebentar lalu mengarahkan pandangan pada Paman Sam yang ternyata sudah berdiri tak jauh dari Felisha.
"biar saya bawakan tasnya, tuan.." kata Paman Sam sigap lantas mengambil tas kerja dari tangan Kevin. Felisha cuma bisa menghela nafas.
Skak mat ala Tn. Olaf, brrr dingin, umpat Felisha dalam hati.
"ayo masuk Fel-fel" ajak Nathan pada Felisha. Felisha mengangguk lalu mengikuti Kevin naik kekamarnya dilantai 2. Seluruh lantai 2 adalah kamar Kevin dan ruang kerjanya.
Rumah ini terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama Kamar Tn. Abraham, ruang kerja Tn. Abraham, 6 kamar tamu, ruang keluarga, ruang tamu, aula untuk pesta kecil, ruang makan, dapur dan kamar Paman Sam dan Bibi Bertha.
Lantai 2 milik pribadi Kevin. Sedangkan lantai 3 milik adik-adiknya ditambah 2 kamar yang biasanya dipakai oleh keluarga yang akan menginap. Ya, salah satunya dipakai Nathan sekarang.
Kevin baru akan memasuki kamarnya, tiba-tiba terdengat teriakan dari lantai 3. Natasya berteriak minta tolong, ada sedikit cahaya merah terlihat dari lantai 2.
Kevin dan lainnya segera menuju lantai 3. Cahaya merah itu adalah api dari kamar si kembar. Dennis berteriak-teriak memanggil Sebastian dan Arkana, Natasya sudah terduduk lunglai tak jauh dari tempat Dennis berdiri.
Alarm pendeteksi kebakaran sudah berbunyi, lantai basah oleh air. Kevin, Nathan, dan Dennis berusaha masuk kamar itu namun tidak nampak celah, hanya tampak asap hitam tebal dikamar itu. Ada suara Sebastian dan Arkana yang minta tolong. Paman Sam dan penjaga yg lain sibuk memadamkan api, sementara Felisha membantu menenangkan Natasya.
"Tian..,Arka..." teriak Kevin lagi.
"kakak tolong kami" terdengar suara dari dalam kamar.
Kevin sudah tidak bisa menahan diri lagi, biarpun berapa penjaga menahan badannya ia tetap menerobos ke dalam kamar adik kembarnya. Kevin tidak dapat melihat, semua dipenuhi asap. Matanya sudah perih tapi tetap memaksakan diri membuka matanya. Ia mendapati adik kembarnya berada dalam kamar mandi. Nathan tiba-tiba sudah berada disampingnya, masing-masing mereka menyelamatkan satu orang dan keluar bersamaan. Api telah padam tapi asap pekat masih memenuhi ruangan.
**
"apa yang kalian lakukan ? itu bahaya sekali" omel Kevin begitu mereka semua sudah berada di ruang keluarga. Felisha membersihkan muka dan badan Sebastian dan Arkana yang dipenuhi coreng warna hitam.
"maaf kak.." lirih salah satu dari si kembar berujar.
"minta maaf setelah hampir mencelakai semua orang di rumah ini", suara Kevin meninggi. Marah.
"Kev...", Nathan mencoba menenangkan sepupunya. Dennis dan Natasya ikut iba melihat Sebastian dan Arkana. Mereka nampak ketakutan.
"diam!!!" Kevin berdiri dari duduknya. Berkacak pinggang. "Sebastian Rayden, Arkana Rayden, apa yang sebenarnya kalian lakukan ?", Kevin kembali mengulang pertanyaannya.
"huh...maaf ya Tn. Kevin bisakah anda memberi mereka waktu untuk pulih dulu. Mereka juga masih trauma dengan kejadian tadi" seru Felisha sambil ikut berkacak pinggang menantang Kevin yang berada didepannya.
"Felisha..." Paman Sam yang baru tiba diruangan kaget melihat Felisha yang berani menantang Kevin.
"ini sangat tidak adil Tuan, anda boleh menjawab pertanyaan orang hanya dengan lirikan atau bahkan tak bergeming sama sekali lalu kenapa adik-adik anda tidak ? mereka hanya mengcopy apa yang mereka lihat dari anda ? apakah dengan berteriak marah-marah semua akan selesai ? oh tapi mereka tidak sepenuhnya mengcopy anda, paling tidak mereka mau minta maaf", Felisha menghapus airmata yang mengalir dipipinya lalu kembali membersihkan coreng dari wajah si kembar.
Kevin mengepal kedua tangannya marah.
"berani sekali kau...", Kevin berjalan kearah Felisha, Nathan mencegahnya. Kevin memberontak. Felisha tak bergeming dari duduknya, pandangannya dan Kevin saling beradu. Si kembar tiba-tiba sudah memegang kaki Kevin.
"Maafkan kami kak, jangan memarahi Fel-fel. Kami yang salah. Kami hanya ingin merayakan ulangtahun kami"
Kevin berhenti memberontak, terdiam dan melihat kearah salah satu adiknya. Semua orang juga terkejut dengan pernyataan barusan.
"iya kak, kami tidak pernah merasakan ulangtahun sejak kami kecil. Kak Kevin kan tidak suka hal itu. Selama ini kami diam-diam merayakan dalam kamar tapi tadi tidak sengaja lilinnya terjatuh dan mengenai seprei, maafkan kami kak" lanjut si kembar yang sedari tadi diam. Air mata si kembar sudah jatuh. Natasya memeluk Dennis. Mereka juga menangis.
Kevin membantu kedua adiknya berdiri. Ia lalu memeluk mereka.
"maafkan kakak, maafkan kakak..."
"maafkan kami kak" ujar si kembar bersamaan. Kevin mengangguk. Nathan menghampiri Felisha dan memberikan 2 kali tepukan dibahu Felisha. Mereka semua menangis haru
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments