...[Beri like dan Vote Ya]...
Keesokan harinya, di pagi hari. Ella terbangun di jam 05.45 pagi. Ella menyentuh dahinya, rasa panasnya ternyata sudah menurun meski perasaannya masih tidak baik. Ella pun beranjak dari kasurnya lalu pergi mandi. Setelah siap-siap dengan pakaiannya. Ella langsung ke dapur, ada rasa aneh di dapur itu karena cuma dirinya saja di sana.
Tapi sebelum menyiapkan sarapan, Ella malah naik ke lantai atas untuk melihat Maysha. Ella mencari kamar Devan dan akhirnya ia kini berdiri di depan pintu kamar Devan.
"Apa lebih baik aku tanyakan di mana Maysha dulu?" Ella ingin mengetuk pintu tapi tidak jadi.
"Aku ketuk saja deh," Ella pun mengetuk pintu. Tapi tak ada suara yang terdengar dari dalam.
"Apakah Tuan masih tidur?" pikir Ella menyentuh dagunya.
"Aku masuk saja? Atau tunggu di sini?" Ella mulai menimbang-nimbang pikirannya.
"Masuk saja deh, kalau tunggu sini kan nanti malah kelamaan buat aku."
Ella pun membuka perlahan pintu dan melirik ke dalam. Ia bagaikan bebek yang sedang mengintip musuhnya. Dan benar saja, tidak ada seorang pun yang dia lihat di kamar itu alias kosong.
"Eh, di mana Tuan?" Ella kini berdiri di tengah-tengah kamar.
Krek!
Suara pintu terbuka dari belakangnya. Ella langsung berbalik dan melihat Devan baru selesai mandi hanya bermodal selimut yang menutupi bagian bawahnya. Seketika itupun Ella terdiam melihat lekuk tubuh indah dari lelaki yang berjalan ke arahnya. Bahkan wajah Ella memerah bagaikan anak ayam yang imut.
Tapi tidak untuk Devan yang bagaikan Dinausaurus T-Rex yang memendam amarah ingin mencakar Ella yang sudah berani masuk ke dalam kamarnya. Apalagi malah keasikan menonton bentuk tubuhnya secara gratis.
"Hei!" teriak Devan langsung membuat Ella sadar.
"Astaga, maafkan saya Tuan." Ella gemeteran benar-benar ia ketakutan melihat ekspresi marah Devan. Sungguh tidak ada imut-imutnya sama sekali kalau lagi marah.
"Kau, apa yang kau lakukan di kamarku, ha! Aku sudah katakan di kertas di nomor 93 untuk tidak memasuki kamarku tanpa izin!" ujar Devan langsung berjalan mendekatinya dan malah memojokkan Ella ke tepi ranjang.
"Saya-saya tadi mau tanyakan soal Maysha dan saya sudah mengentuk pintu, tapi Tuan sepertinya tidak dengar. Jadi saya masuk saja, Tuan." Ella gelagapan. Sungguh wajahnya begitu dekat seakan mata mereka saling bertatapan satu sama lain membuat wajah Ella tidak henti-hentinya merona.
"Oh, jadi kamu pikir aku ini budeg?" Devan melototinya merasa kesal dikira tuli.
"Bu-bukan begitu, Tuan." ucap Ella menggerakkan kedua tangannya lalu mendorong tubuh Devan. Tapi na'asnya, keseimbangan Ella malah membuatnya jatuh ke ranjang dan tanpa sengaja ia malah menarik handuk Devan membuat lelaki ini ikut jatuh menindihnya.
Deg!
Detak jantung keduanya berdetak bersamaan merasakan bibir mereka menyatu di pagi ini. Kedua mata Devan membola. Devan ingin berteriak, tapi Ella yang duluan berteriak.
"Kyyaaaaa!"
Ella mendorong tubuh Devan dan langsung lari keluar meninggalkan Devan yang jatuh ke lantai. Devan kesal dan kini mengumpat sana sini merasa Ella benar-benar menyebalkan.
Sementara di luar kamar, jantung Ella masih berdetak tidak menentu, bahkan nafasnya seakan sesak. Ini kedua kalinya ia dicium langsung oleh Devan.
"Ya Tuhan, apa yang tadi kurasakan?"
Ella menyentuh kedua pipinya yang merona terus. Bukan ciuman yang dirasakan oleh Ella tapi sebuah benda padat menumpul ke bagian bawahnya. Tentu itu jhonynya Devan yang baru saja aktif akibat ciuman tadi.
Tiba-tiba saja pintu di belakangnya terbuka, Ella berbalik dan sekali lagi melihat Devan yang belum berpakaian dan masih dibalut handuk. Ella menelan ludah dan mundur sedikit tapi Devan meraih tangannya dan menariknya ke dalam kamar.
Brak!
Devan menutup pintu dan memojokkan Ella. Devan menunduk lalu berkata, "Pagi ini, kau harus tanggung jawab!" Ella terperanjak mendengarnya. Tanpa pikir panjang, Devan langsung menarik Ella dan menghempaskan Ella ke atas ranjang. Melihat Devan ingin melecehkannya, Ella langsung berteriak.
"Kyyaaaaa!"
Tapi, teriakan Ella hanya sementara karena mulutnya di tutup oleh Devan yang kini menindihnya.
"Diamlah! Apa kamu mau buat aku tuli beneran, ha!" bentak Devan ingin sekali mencakar Ella.
"Tuan, saya minta maaf, tolong jangan lakukan ini padaku sekarang." kata Ella ingin menangis. Alis kanan Devan terangkat merasa dirinya mau melakukan hubungan intim dengan Ella.
"Dasar bebek bodoh! Siapa yang mau lakukan itu padamu, aku menarikmu ke sini untuk menyiapkan pakaian kerjaku!" Devan beranjak dari atas tubuh Ella lalu berdiri di dekat ranjang.
Ella gemeteran dan mulai malu dengan pikirannya yang mesum. Ia sangat malu mengira keperawanannya akan hilang pagi ini.
"Kenapa masih tidur di sana! Cepat berdiri dan pilihkan aku baju yang bagus!" ujar Devan menunjuk lemarinya.
"Baik-baik, Tuan." Ella cepat-cepat berdiri dan segera membuka lemari yang dipenuhi begitu banyak pakaian. Ella segera memilih satu baju yang bagus.
"Mungkin ini cocok untuk, Tuan," Ella memperlihatkan kemeja bermotif garis merah bercampur coklat.
"Tidak, jelek sekali. Ganti!" tolak Devan duduk santai di tepi ranjang dan tidak mau memakainya.
"Kalau ini, Tuan?"
"Jelek, ganti!"
"Yang ini, Tuan?"
"Sangat kuno, ganti!"
"Ini, Tuan?"
"Ganti!"
"Tapi, ini bagus, Tuan,"
"Sudah ku bilang, ganti!"
"Nah, ini pasti bagus kan, Tuan?"
"Apaan sih, kenapa kamu tidak bisa memilih baju yang bagus untukku!" Devan langsung berdiri berjalan ke arah Ella.
"Maaf, Tuan. Saya tidak tahu pakaian kerja itu bagaimana." kata Ella menunduk.
"Ck, benar-benar tidak patut jadi istriku," decak Devan lalu mengambil kemeja yang terselit di bagian ujung samping.
"Nah, sekarang pakaikan aku baju ini terus kemeja ini!" Devan memberikan pakaian itu pada Ella.
"Saya, Tuan?" Tunjuk Ella pada dirinya sendiri.
"Ya, iyalah. Masa aku suruh anak tetangga datang kemari!"
"Kamu ini sudah jadi istriku, jadi kamu harus patuh pada perintahku!"
"Dan kamu tidak boleh menyentuh sedikitpun kulit tubuhku, jika aku merasakan jarimu menyentuhku, jari manismu ini akan aku potong dan akan ku lempar ke mulut harimau! Camkan itu!" Tatap Devan sinis membuat Ella merinding.
"Ba-baik, Tuan." Ella segera memakaikan pakaian itu pada Devan. Mengancing, dan memakaikan dasi juga. Ada rasa dag dig dug melihat kotak-kotak Devan yang menggoda matanya.
"Sekarang, pakaikan aku celana!" kata Devan langsung membuat Ella tersentak.
"Ce-celana, Tuan?" Ella gelagapan dan melihat handuk Devan yang masih terlilit di bagian bawah milik Devan. Ella menelan ludah tidak sanggup melanjutkan keinginan Devan.
"Heh, apa kau tidak mau?" Devan kembali memojokkan Ella ke tembok.
"Saya minta maaf, Tuan. Saya tidak bisa lakukan ini!" pekik Ella langsung mendorong Devan dan alhasil handuk itu tiba-tiba jatuh membuat kedua mata Ella tertuju pada burung Devan.
"Kyaaaa, aku kapok ke kemar ini lagi!" teriak Ella lalu keluar dari kamar dan langsung lari terbirit-birit ke arah dapur untuk menyiapkan kebutuhan Devan.
"ELLA!!" teriak Devan juga sungguh malu melihat Ella yang sudah melihat benda berharganya.
Kedua pipi Devan memerah bukan karena merona tapi marah pada Ella yang semakin menyebalkan. Devan kembali marah-marah di dalam kamarnya sendiri dan mengumpat sana sini kembali. Sungguh lelaki yang tidak ada imut-imutnya dan bahkan lebih mendekati Dinosaurus T-Rex yang lagi marah.
...________...
...Beri like dan vote **Ya ......
...🤗🤗🤗**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Ayyu Odong
si jhony diliat bebek kecil🤣🤣
2022-11-26
0
Afazra Denomay
lagian aneh kmu devan suruh pakainkan bju ga boleh kesentuh kulit nya 🤦♀️bungkus ja pkai plastik dlu devan😅😅
2022-04-05
0
dewi Ag
kelakuannya Devan ky' gadis perawan aja🤣🤣 ngalah ngalahin ella.
2022-02-11
0