...[Beri like dan vote]...
Brak!
Devan berdiri dan mendobrak meja kerjanya di mana sebuah kertas juga terselib di bawah tangannya. Ella sangat terkejut melihat ekspresi marah Devan begitupun juga Hansel kaget dengan Presdirnya yang berlebih-lebihan. Memang setelah dari rumah Ella, Devan langsung menarik Ella ke ruang kerjanya dan mau membicarakan soal hal yang sangat-sangat penting baginya.
"Kamu, gadis kecil!"
Devan menunjuk Ella lalu mengepal tangannya, "Aish, tidak ada jalan lain selain melakukan ini padamu," desis Devan duduk kembali dan mulai greget melihat raut wajah Ella yang amat menyedihkan.
"Ekhm, Presdir. Lebih baik anda terus terang saja, Ella jadi bingung diabaikan seperti ini." Hansel mulai bicara.
"Ck, untuk apa aku jelaskan. Dia bisa baca kertas ini," decak Devan menunjuk kertas itu.
"Hei, gadis kecil!" ujar Devan menatap Ella.
"Jangan diam saja, baca tuh kertas dan jangan cuma baca saja, tapi baca baik-baik!" tegas Devan membuat Ella jadi tertekan merasa dirinya terlihat seperti bocah yang tidak tahu membaca.
"Ba-baik, Tuan." Ella segera melihat kertas itu dan mulai membacanya. Sontak, kedua mata Ella membola kaget setelah membacanya.
"Eh, ini maksudnya apa?" tanya Ella tidak paham. Devan kini kesal lalu menatap Hansel geram.
"Dia-dia bahkan tidak paham isi kertas itu, jika begini ... bagaimana dia bisa menjadi istriku nantinya!"
Devan seakan ingin menggigit Ella. Tapi Devan tahu diri karena dia bukanlah anjing diluar sana. Devan menunjuk Hansel dan menyuruhnya menjelaskan.
"Hansel!" panggil Devan.
"Ya, Presdir!" Kata Hansel dengan tegas.
"Jelaskan maksud dari kertas itu pada gadis kecil ini!" pinta Devan langsung berbalik membelakangi Hansel dan Ella. Sikap angkuh Devan membuat Ella jadi jengkel. Terutama Hansel ingin sekali menjambak rambut Presdirnya itu.
"Ekhm, Nona Aradella," kata Hansel mulai bicara.
"Mungkin Nona Aradella masih ingat kejadian tadi di kamar Presdir. Bahwa Nona masuk ke dalam kamarnya dan mungkin dengan sengaja melecehkannya," lanjut Hansel membuat Ella berdiri.
"Tidak, aku tidak pernah berkeinginan untuk melecehkannya. Tuanlah yang melecehkan saya tadi." Kata Ella membela dirinya. Sontak Devan berbalik dan sekali lagi mendobrak meja.
Brak!
Ella terkejut melihat Devan marah besar, ekspresinya tidak ada sama sekali imut-imutnya tidak seperti saat dirumahnya tadi.
"Hei, gadis kecil! Aku ini punya harga diri dan tahu wanita yang mau aku tiduri. Tidak seperti dirimu yang menyedihkan, jadi jangan katakan lagi kalau akulah yang melecehkamu! Kamulah yang masuk ke dalam kamarku dan melecehkan tubuhku!" tegas Devan kembali duduk lalu berbalik membelakangi Ella.
"Nona, yang dikatakan oleh Presdir benar. Andalah yang masuk ke dalam kemar Tuan duluan." Hansel membenarkan.
"Tapi, saat itu aku masuk karena mau membawa sup saja dan tidak berkeinginan untuk melecehkannya." Bela Ella sekali lagi. Ella bagaikan tersangka yang sedang disidang oleh Devan.
"Tapi Nona seharusnya saat itu segera keluar saja," kata Hansel kembali menjelaskan.
"Aku mau keluar, tapi dia yang menarikku tidur dengannya," Ella berkata jujur sambil menunjuk Devan.
"Cukup! Jangan jelaskan itu lagi. Aku tidak mau mendengarnya! Dan lebih baik kamu meminta maaf padaku!" bentak Devan masih membelakangi Ella dan Hansel.
"Tapi, aku tidak salah!" protes Ella tidak terima.
"Hei, gadis! Aku ini korban jadi kamu mengalah saja dan segera tanda tangani surat itu!" ujar Devan kini menatapnya geram.
"Nona ini adalah surat pernikahan jadi Nona harus bertanggung jawab atas pelecehan yang Nona lakukan pada Presdir," jelas Hansel mengambil surat itu lalu memberikan pada Ella.
Ella mulai bimbang, "Apakah aku harus tanda tangan?" tanya Ella mengambil surat itu dan sedikit terkejut dengan isi surat itu.
"Benar, Nona. Setelah Nona tanda tangan, nanti akan ada fotografer yang akan mengambil foto Nona dan Presdir. Setelah itu saya akan membawanya ke biro kependudukan sipil." Hansel sekali lagi menjelaskan.
Ella pun akhirnya paham. Inilah kesempatan ia dapat memanfaatkan surat ini untuk mengambil harta peninggalan Ayahnya.
"Baiklah, aku akan tanda tangan." Kata Ella mengambil polpen ingin tanda tangan. Namun sebelum itu, Devan kembali berbicara.
"Tunggu, dulu. Kamu harus minta maaf padaku!" ujar Devan berdiri dan merebut kertas itu.
"Tapi, aku tidak salah, Tuan." Ella masih bersikeras tak mau minta maaf. Devan mulai geram ingin sekali menggigit gadis kecil yang keras kepala itu. Melihat Devan, Ella akhirnya mengiyakan.
"Baiklah, saya minta maaf, Tuan," ucap Ella menunduk.
"Eh, apa? Aku tidak dengar tadi, katakan sekali lagi." pinta Devan.
"Saya minta maaf, Tuan,"
"Ulangi lebih keras lagi!"
"SAYA TIDAK MAU MINTA MAAF!" ujar Ella berteriak.
"Apa? Kamu tidak mau minta maaf?" Devan terkejut mendengarnya. Matanya mulai mau keluar ingin sekali menendang Ella yang menyebalkan.
"Eh, salah. Maksud saya, saya sangat minta maaf, Tuan muda." Ella langsung membungkukkan setangah badan dan sedikit tertawa kecil melihat kekesalan Devan.
Kini Devan tersenyum smirk akhirnya dapat mendengar pengakuan Ella. Devan memberikan kertas itu lalu duduk kembali membelakangi Ella. Sikap angkuh Devan sungguh ingin sekali rasanya Ella mencakar-cakarnya.
Ella pun menandatangani kertas itu di dekat tanda tangan Devan. Ella memberikan kertas itu pada Hansel.
"Baiklah, Nona. Sekarang anda harus kembali ke kamar anda untuk mempersiapkan diri melakukan pemotretan untuk surat nikah anda." Kata Hansel sambil menunduk kepala lalu keluar dari kamar itu menghubungi fotografer.
"Kalau begitu ...." ucap Ella pada Devan.
"Kalau begitu apa?!" ujar Devan berbalik melihat Ella dengan tatapan sinis.
"Eh, tidak jadi. Saya permisi, Tuan." Ella menunduk lalu berlari keluar untuk menyiapkan dirinya melakukan pemotretan. Devan bagaikan komodo yang mau memakannya.
Devan hanya mendesis melihat tampang Ella yang amat menyebalkan.
"Lihat saja nanti, setelah aku buat surat kontrak nanti, aku akan menendangmu keluar setelah masa kontrak itu berakhir. Aku pastikan tidak akan ada kebahagiaan untukmu!"
Devan menyeringai tipis mulai menyukai Ella yang bisa ia permainkan nantinya. Mencoba jadikan Ella sebagai alat untuk penghilang stresnya. Devan kembali membelakangi dan melihat ke arah jendela menunggu sesi pemotretan.
..._______...
...Bersambung...
...Jangan lupa like dan hadiahnya ya dears💕...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
dewi Ag
otaknya devan konslet
2022-02-10
0
Opung Boru Caroline
adakh pernah laki" korban perempuan.dasar devan yg halu
2022-02-03
0
Fadil
dasar licik awas nanti jatucinta
2021-11-29
0