...[Beri like dan vote]...
Kedua mata Devan terbuka langsung melihat jam dinding sudah pukul 20.34 malam. Rasa pening di kepalanya membuat penglihatan Devan jadi buram. Ketika mau duduk, Devan tersentak merasakan ada sesuatu yang menindihnya. Devan pun melihat apa yang sudah menindihnya.
Deg!
Jantung Devan seakan ingin berhenti melihat ada gadis dengan pakaiannya yang sudah disobek-sobek. Devan perlahan ingin meraih wajah gadis ini untuk melihat siapakah yang menindihnya. Sontak, kedua mata Devan melebar mengenal wanita ini.
"Aaaaa!" teriak Devan segera mendorong Ella menjauh darinya. Devan lalu berdiri dari ranjang dan merasa jantungnya masih berdetak tidak menentu. Begitu terkejutnya melihat Ella pingsan dalam dekapannya tadi.
"Oh, tidak! Apa yang sudah terjadi di sini?" gumam Devan meremas rambutnya tidak ingat sesuatu, lalu ia melihat pantulan dirinya di cermin yang terlihat tidak memakai baju dan cuma bermodal celana saja.
Pandangan Devan tiba-tiba menangkap sebuah noda merah di kasur putihnya dan sekali lagi Devan terkejut membola langsung melihat Ella yang tertidur.
"OMG, apa yang telah aku lakukan padanya? Ah benar, jika ada noda merah di kasur dan menemukan wanita tidur di dekatmu, itu-itu artinya aku sudah melakukan hal bodoh itu dong?" pikir Devan mulai berpikir dirinya sudah melecehkan gadis itu.
Devan segera melihat ke bagian bawahnya dan mulai mengepal tangannya. Marah karena sudah dinodai juga.
Tok Tok Tok
Pintu tiba-tiba diketuk, Devan terkejut lagi dan segera menutupi Ella dan noda merah itu menggunakan sepreinya. Takut jika itu adalah pelayan yang jika melihat Ella di kamarnya akan berdampak buruk baginya.
Devan menghela nafas lalu berjalan dan membuka pintu. Sontak Devan kembali kaget melihat Sekretaris Hansel sudah ada di depannya.
"Syukurlah ... anda sudah sadar, Presdir." ucap Hansel menyentuh dadanya. Tapi Devan tidak berbicara dan malah menunduk.
"Presdir, anda baik-baik saja?" tanya Sekretaris Hansel sambil menepuk bahu Devan. Devan mengepal tangan lalu menatap Hansel dan langsung meraih kerah baju sekretarinya itu membuat Hansel terkejut dengan tindakan Devan.
"Kau! Ini gara-gara kau, Hansel! Gara-gara gadis yang aku beli itu sekarang keperjakaanku hilang!" bentak Devan tidak terima dirinya sudah kehilangan apa yang telah dia jaga selama ini. Tatapan Devan tidaklah main-main seperti ingin memukul Hansel.
Deg!
Hansel mundur setelah mendengarnya, Hansel segera masuk untuk melihat apa yang sudah terjadi hingga Devan seperti itu. Hansel berjalan ke arah ranjang di mana terlihat sebuah ada seseorang dibalik selimut. Hansel langsung menarik sprai itu dan sontak kedua matanya membola melihat Ella tertidur dengan noda merah di kasur putih Devan. Hansel melihat Devan yang berjalan ke arahnya lalu melihat Ella, sungguh keduanya nampak sudah melakukan manta-mantap.
"Ini-ini bagaimana bisa begini," gumam Hansel masih melihat Ella.
"Sudah, jangan dilihat terus!" Devan menutup tubuh Ella kembali lalu menatap sinis ke Hansel.
"Hansel, kamu dari mana saja, ha! Kenapa kamu bisa-bisanya membiarkan gadis ini masuk ke dalam kamarku! Kau harus tau, Hansel! Aku ini sudah sangat marah padamu, tubuhku sudah diambil oleh gadis ink apalagi keperjakaanku!" Devan membentak Hansel mulai marah-marah. Devan duduk di tepi ranjang lalu melihat noda merah itu bagaikan darah perawan milik Ella.
"Huft, bahkan dia sudah menodai kasurku yang empuk ini!" Devan kembali mengepal tangannya sedikit kecewa.
"Saya-saya minta maaf, Presdir. Tadi saya pergi untuk melihat perusahaan jadi saya benar-benar tidak tahu akan terjadi seperti ini." ucap Hansel sedikit gemeteran tapi tetap berusaha tenang.
"Ck, apa yang sebenarnya terjadi? Bukankah aku berada di restoran?" decak Devan masih belum ingat. Sepertinya pengaruh obat itu membuat ingatan Devan jadi tidak stabil.
"Maaf, Presdir. Sebenarnya anda hampir diracuni oleh Nona Viona. Untungnya saya datang tepat waktu membawa anda kembali ke sini." ucap Hansel menjawabnya. Devan langsung berdiri dan sedikit demi sedikit ia mulai ingat jika Viona telah memasukkan sesuatu pada makanannya dan ingin melecehkannya.
"Aaargh! Wanita sama saja! Dia datang kepadaku agar bisa meniduriku!" racau Devan menjambak rambutnya kesal dengan Viona.
"Aku menghindari Viona, tapi malah gadis ini yang meniduriku, sialan!" umpat Devan mulai kesal juga pada Ella. Karena merasa Ella mungkin sengaja dalam kesempatan ini bisa tidur dengannya.
Ella perlahan membuka mata dan langsung menangkap dua sosok orang di depannya. Ella terperanjak lalu bangun duduk menjauh dari Devan. Ella terkejut mulai sadar jika dirinya hampir diperkosa. Tapi melihat penampilannya sungguh amat menyedihkan.
Melihat Ella sudah bangun, Devan berdiri lalu melihat sinis ke Ella. Ella menelan ludah melihat kemarahan Devan. Begitupun Hansel hanya bisa diam.
"Aaakh!" rintih Ella kesakitan pada pergelangan tangannya yang malah ditarik oleh Devan keluar dari kamar lalu menuntunya turun dari tangga dan membuka pintu utama Vilanya.
Brak!
"Aakh!"
Ella dijatuhkan ke lantai tepat di depan pintu dan melihat Devan menutup kasar pintu untuknya.
"Pergi dari sini! Aku tidak ingin melihat wajah menyedihkanmu itu di Villaku ini lagi!" bentak Devan di balik pintu begitu marah pada Ella. Devan menaiki tangga menuju ke kamarnya lagi. Para pelayan sungguh terkejut melihat Ella diusir dan malah dibuang begitu saja. Terutama Sekretaris Hansel juga kaget melihat Devan yang sedikit kejam pada Ella.
Ella menunduk dan mulai menangis. Pergelangan tangannya begitu sakit terasa ingin putus bagaikan hidupnya yang tidak bisa bertahan. Ella bagaikan sampah yang dibuang begitu saja.
"Ya, Tuhan. Apa salahku, hiks." Tangis Ella berdiri lalu perlahan pergi dari Villa Devan. Langkah kaki gadis ini tidak tahu kemana ia harus pergi lagi. Hanya tangisan yang menemaninya di malam ini disertai rintikan hujan mulai ingin membasahi malam ini. Ella berjalan sendirian menyusuri tepi jalan yang sunyi bagaikan hatinya yang sepi.
Tiba-tiba saja, suara klakson mobil terdengar dari belakangnya. Ella berhenti lalu berbalik siapa yang telah membunyikan klakson untuknya. Silauan mobil membuat kedua mata Ella jadi tidak bisa melihat siapa pengemudi ini.
"Ahaha, bukankah ini saudariku yang menyedihkan?" tawa seorang gadis yang tidak lain adalah Aline.
"Aline?" ucap Ella melihat pengemudi mobil itu adalah saudari tirinya.
Aline keluar lalu melihat Ella yang amat menyedihkan seperti habis dibuang setelah dilecehkan. Aline tersenyum picik merasa puas melihat Ella.
Ella yang melihat Aline sepertinya ingin menertawainya lagi, Ella pun berbalik dan berjalan kembali.
"Sepertinya anak ini dicampakkan oleh lelaki yang berurusan dengan Ibu kemarin pagi," gumam Aline. Melihat keteguhan Ella, membuat Aline mulai kesal dan langsung menahan Ella.
"Tunggu, El. Ibu mencarimu dari tadi, dia sangat mengkhwatirkanmu." ucap Aline membuat Ella langsung berbalik melihatnya.
"Benarkah itu?" Ella nampak sedikit senang mendengarnya.
"Benar, El. Jadi sini ikut aku pulang." Aline menarik tangan Ella. Ella malah diam dan menurut begitu saja. Kini dia hanya bisa berharap ucapan adiknya bisa dipercaya. Ella pun masuk ke dalam mobil dan pergi bersama Aline.
Sementara di Villa Devan, Presdir ini masih marah-marah terhadap Hansel.
...________...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Ayyu Odong
thor ngapa jadi ell , balikke emaknya
2022-11-26
0
Afazra Denomay
malah lbih trsiksa deh tar ella di bwa sm aline🤔
2022-04-03
0
Fadil
sala sediri mara sama orang
2021-11-29
0