...[Beri like dan komen]...
Keesokan harinya tentunya di pagi hari. Devan bangun seakan tubuhnya remuk telah berurusan dengan Aradella kemarin. Devan yang masih setengah sadar langsung menjambak rambutnya sendiri. Kini ia bimbang apakah ini jalan yang baik telah menjadikan Ella sebagai istrinya. Apalagi dari raut wajahnya saja Devan masih belum terima Ella berada di Villanya.
"Aaargh! Aku ingin menghilang saja!" racau Devan semakin tidak karuan. Devan menganggap dirinya bodoh telah membawa pulang Ella dari pelelangan dan kini beranggapan jika ini sudah diatur oleh Ella agar ia bisa menjadi Istrinya.
"Hufft, tidak masalah. Aku akan buat dia seperti bebek yang tidak tahu jalan pulang! Tempat ini akan menjadi tempat dirimu kujadikan budak, ahahaha ...." tawa Devan terlihat setengah gila.
"Huk ... huk, astaga. Di mana hati nuraniku jika aku menyiksanya. Aku ini seorang lelaki yang baik-baik dan sangat menghargai kemanusiaan. Aku bukanlah binatang yang suka menyiksa, tapi aku adalah lelaki tampan yang membahana, bahkan mengalahkan ketampanan Ayahku sendiri!"
Devan menyiringai tipis berangan-angan dapat mengalahkan pria di kotanya terutama Ayahnya sendiri dan mulai memuji-muji dirinya sendiri. Tapi wajah Ella yang terbayang-bayang di kepala Devan membuatnya kembali meracau.
Devan melihat jam tangannya yang sudah pukul 07.23 pagi. Devan beranjak berdiri lalu siap-siap mandi untuk ke perusahaannya.
Setelah mandi, Devan merasa tubuhnya yang tadi mau remuk sekarang sudah menjadi bugar. Bahkan kotak-kotak di tubuhnya mulai menampakkan kharismanya.
Devan segera memakai pakaiannya dan setelah itu pergi ke kamar Ella. Devan kini berdiri dan mulai mengetuk pintu.
Tok Tok Tok
Suara ketukan pertama masih belum bisa membukakan pintu untuknya. Devan kembali mengetuknya dan kembali lagi tak dibukakan pintu oleh Ella. Devan akhirnya kesal dan berteriak.
"Hei, gadis! Apa kau masih tidur di dalam, ha!"
"Kau pikir setelah tanda tangan surat pernikahan kemarin kau sudah mau enak-enaknya tidur di dalam sana, ha!"
Devan teriak-teriak sudah tidak terima dirinya berdiri di depan pintu. Devan mengepal tangannya mulai hilang kesabarannya merasa telah dipermainkan oleh Ella.
Klek!
"Hei, bebek!" teriak Devan langsung masuk dan terkejut tidak menemukan siapa-pun. Bahkan ranjang Ella saja terlihat berantakan.
"Di mana gadis ini?"
Devan mulai kesal lagi, ia pun ingin keluar tapi tiba-tiba saja suara benda jatuh terdengar di dalam kamar mandi. Kini Devan was-was jika terjadi sesuatu pada Ella. Devan pun segera membuka pintu kamar mandi dan kembali lagi terkejut Ella berusaha berdiri nampak menyedihkan. Memang Ella tadi sedang mau mencuci muka tapi tubuhnya seakan tidak bisa ia kendalikan hingga akhirnya terjatuh ke lantai.
Devan mendecak, lalu berjalan ke arahnya dan mulai ingin memapah Ella.
"Hei, kamu baik-baik saja?" tanya Devan mencoba membantu Ella berdiri tapi Ella malah menolaknya.
"Maaf, Tuan. Saya bisa berdiri sendiri, anda tidak usah membantu saya. Pakaian anda akan basah jika membantu saya," kata Ella mencoba berdiri tanpa bantuan Devan. Devan menyinglangkan tangan merasa tak karuan Ella mulai sok jual mahal padanya.
Namun Ella tidak bisa menahan tubuhnya hingga ia hampir terjatuh kembali. Untung saja Devan segera menahannya. Seketika kedua matanya melebar merasa tubuh Ella terasa panas sedang sakit.
"Ck, kau ini. Jika kau tidak bisa berdiri tidak usah memaksakan dirimu!" ujar Devan langsung menggendong Ella keluar dari kamar mandi. Wajah Ella memerah bukan karena tersipu melainkan dirinya merasakan hawa panas menyelimuti tubuhnya. Itulah Ella, memiliki tubuh yang lemah sehingga ia mudah sakit. Apalagi kemarin dirinya habis berjalan di malam hari sendirian setelah diusir oleh Devan.
Devan meletakkan Ella ke atas ranjang dan menyentuh kepala Ella. Benar-benar terasa panas dengan nafasnya yang memburu.
"Ck, belum juga aku siksa, dia sudah sakit. Benar-benar menyusahkan saja!" umpat Devan membelakangi Ella dan menghubungi Hansel. Ella melirik Devan, pandangannya seakan tidak jelas dan mulai berhalusinasi.
"Ay ... ayah," lirih Ella begitu kecil. Matanya berkaca-kaca memanggil ayahnya. Hanya ayahnya yang dulu ikhlas merawatnya jika dirinya sakit.
Devan berbalik dan terkejut melihat Ella menangis. Sekarang hati nuraninya benar-benar tergerak tak tega melihat Ella.
Devan pun kembali menghubungi Hansel.
Ting!
"Halo, Hansel. Kamu sekarang ada di mana?" tanya Devan berbicara duluan.
"Saya sedang di perjalan ke perusahaan, Presdir,"
"Kalau begitu, bawakan aku Dokter sekarang," ucap Devan sambil melihat Ella.
"Eh, Dokter? Presdir, sedang sakit?" tanya Hansel heran.
"Bukan, ini si bebek kecilku sakit! Jadi pergi bawakan Dokter ke Villaku sekarang!" pinta Devan pada panggilan itu.
Hansel mengiyakan lalu mematikan panggilan itu. Hansel hanya bisa menggelengkan kepala mendengar Devan masih saja memanggil Ella bebek. Padahal Ella yang cantik-cantik dan imutnya malah disamakan dengan bebek. Hansel pun menuju ke rumah Dokter yang ia tahu.
Sementara Devan kini menunggu Hansel di kursi sambil melihat Ella yang terus menerus memanggil ayahnya.
"Aissh," desis Devan tidak tahan dan akhirnya keluar memanggil Bu Jeje menyiapkan kompres untuk Ella. Hanya beberapa saat saja Bu Jeje sudah membawa baskom kecil dan handuk kecil.
Devan pun menyuruh Bu Jeje masuk membuat Bu Jeje agak terkejut melihat Ella sakit begitupun melihat Devan peduli padanya.
"Tuan muda, saya sudah mengkompresnya," Bu Jeje menunduk.
"Ya sudah, keluarlah. Siapkan sarapan untukku!" ujar Devan menunjuk ke arah pintu. Bu Jeje pun pergi keluar menyiapkan sarapan untuk Devan.
"Hei, bebek. Apa kau mendengarku?" tanya Devan berdiri di dekat tepi ranjang. Ella tidak menjawabnya dan malah semakin menyedihkan memanggil ayahnya.
"Iiis, di mana Hansel! Kenapa dia belum datang juga!" gerutu Devan. Devan takut jika Ella semakin terpuruk dan malah akan merepotkannya.
"Baru juga satu hari jadi istriku, sudah sakit-sakitan!" Ketus Devan jadi greget. Padahal lelaki ini mau menyuruh Ella sendiri yang menyiapkan kebutuhannya. Tapi dirinya yang malah menyiapkan keperluan Ella yang lagi sakit.
Tak lama kemudian, Hansel datang bersama Dokter. Devan pun menyuruh Dokter memeriksa Ella.
"Presdir, sepertinya anda lebih baik bersikap lembut padanya. Kasian dia sudah menderita selama lima tahun ini." ucap Hansel memberi masukan pada Devan yang lagi berdiri di dekatnya.
"Ha? Kenapa aku harus bersikap lembut padanya?" Devan menunjuk Ella.
"Itu karena Presdir sudah sah menjadi suaminya. Jadi ...."
"Cukup! Dia itu cuma akan menjadi istri kontrak! Dan tidak ada kata lembut di kamusku! Dengarkan itu!" kata Devan tegas dan langsung keluar pergi dari kamar Ella menuju ke arah dapur untuk mengisi perutnya di pagi ini.
Hansel sungguh ingin sekali menjambak rambut Presdirnya. Apalagi tingkah Devan malah makin ngelunjak setelah kejadian kemarin. Kini Dokter sudah memeriksa Ella dan memberi keterangan jika Ella sangat mudah sakit dan tidak boleh terlalu kelelahan apalagi memikirkan hal-hal yang berat.
Hansel mengerti dan berterima kasih pada Dokter. Dokter pun keluar untuk menemui Devan. Sedangkan Hansel duduk di tepi ranjang melihat Ella.
"Kasihan juga, Nona Aradella. Dia tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Baiklah, aku sebagai kakak angkatmu mulai sekarang akan menjagamu. Lagian ada Presdir biawak itu yang akan mengurusmu juga." gumam Hansel ingin sekali menyentuh kepala Ella tapi ia tidak mau karena sangat menghargai Devan. Hansel pun keluar dari kamar Ella untuk menemui Devan.
..._______...
...Bersambung...
...Wah, kalian lebih suka yang mana nih?...
...Presdir Devan atau Hansel?...
...😂😂...
Jangan lupa kasih like dan vote serta hadiahnya ya. Biar author semangat bikin ceritanya🤗terima kasih sudah mampir di cerita ini. maaf kalau telat update...
...Moga suka ya...
...🤗🤗🤗...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Ayyu Odong
komodo vs bebek kecil🤣
2022-11-26
0
A..S..J
biawak 4 kaki bebek 2 kaki klo moncong sama² punya ,,,tar anaknya jdi ya kepala bebek badan biawak berbulu + bersayap 😂
2022-10-14
0
Mychai
burung puyuh
burung tutut... kadang cantik kadang imuut... kdng mirip2 biawaaak...
2022-03-25
0