...🌷•|| Beri like dan vote ||•🌷...
Kedua mata Aradella terbuka perlahan-lahan. Ada rasa pusing pada kepalanya. Ella segera beranjak duduk dan mengerutkan sedikit keningnya merasa heran dirinya berada di kamar asing lagi. Ella menyentuh kepalanya dan seketika kedua matanya melebar sudah ingat kejadian yang terjadi padanya.
Ella memeluk kedua lutut dan membenamkan kepalanya. Ella diam-diam menangis kembali. Kini dia sudah memakai pakaian tidak seperti tadi yang hanya dibalut dengan kain putih.
"Ibu ... ibu tega sekali memperlakukan aku seperti ini. Padahal aku selalu baik padanya dan sangat patuh padanya. Aku pikir Ibu akan menyayangiku setelah Ayah meninggal. Ternyata, Ibu malah berubah secepat itu padaku."
Tangisan Ella tak jelas. Suaranya seakan tidak bisa di dengar pasti. Ella mencoba mengeluarkan suaranya untuk berbicara. Tapi, ternyata masih saja bisu seperti tadi siang. Ella dulu berpikir jika Bu Kalista adalah wanita yang baik dan bisa menjadi Ibu tiri yang akan memberinya kasih sayang dan berbeda dari cerita-cerita diluar sana soal Ibu tiri. Tapi ternyata ini bukanlah keberuntungan untuknya, Ella harus hidup selama lima tahun bersama wanita yang serakah.
Ella pun celingak-celinguk melihat sekeliling kamar, tak ada satu pun orang selain dirinya. Ella pun berdiri dari ranjang lalu berjalan ke arah jendela. Ella membuka tirai melihat hari sudah malam.
Asik memandang ke arah luar. Tiba-tiba saja, Ella dikejutkan dengan suara dobrakan pintu terbuka di belakangnya. Ella berbalik dan seketika itupun dirinya digampar oleh wanita tua gemuk dengan pakaian ala pelayan.
"Dasar pemalas!" pekik wanita itu bernama Bu Jeje.
"Aaakh!" Ella terjatuh ke lantai menahan sakitnya perlakuan wanita itu. Bu Jeje adalah kepala asisten yang galak dan sangat ketat mengawasi para pelayan yang ada di Villa Devan.
"Siapa dia?" Ella bertanya dalam hatinya sambil mendongak melihat Bu Jeje.
"Hei! Kenapa diam saja! Kamu punya mulutkan!" bentakan Bu Jeje terlalu keras membuat Ella menutup kedua telinganya.
Ella menggelengkan kepala lalu menunjuk mulutnya jika dirinya tidak bisa berbicara. Bu Jeje mengangkat sebelah alisnya.
"Jadi kamu tidak bisa bicara?" tanya Bu Jeje masih bernada suara tinggi. Elle segera mengangguk dengan raut wajah sedih.
Bukannya kasihan pada Ella. Bu Jeje malah menarik lengan Ella agar bisa berdiri dan menatapnya serius.
"Mau kamu tidak bisa bicara atau tidak bisa melihat. Sekarang, ikut denganku. Mulai sekarang, kamu bekerja di Villa ini!" Bu Jeje menarik paksa Ella keluar dari kamar. Ella kesakitan dan pasrah dirinya ditarik begitu saja.
Bruk!
Ella kembali meringis kesakitan dijatuhkan ke lantai oleh Bu Jeje. Para pelayan gadis yang melihatnya terkejut dan sedikit tertawa melihat Ella yang menyedihkan.
"Lihat, bukan kah itu gadis yang dipungut oleh Tuan muda?"
"Iih, kasihan banget."
"Pasti dibuang oleh kekasihnya terus datang menggoda Tuan muda agar bisa tinggal di sini."
"Hm, betul. Dasar gadis tidak tahu malu."
Itulah obrolan-obrolan para pelayan terhadap Ella. Mereka berpikir aneh-aneh terhadap Ella. Padahal bukan itu yang telah terjadi sekarang. Ella melirik sedikit para pelayan, dirinya begitu rendah di mata orang lain.
"Sekarang, kamu masak yang enak dan lezat. Tidak akan lama lagi Tuan muda akan pulang malam ini." pinta Bu Jeje menunjuk kompor.
Ella tidak bergerak, takut dengan mereka yang bisa saja menyakitinya. Sungguh malang, Ella pikir dia akan baik-baik saja ikut dengan Hansel. Tapi ternyata ini lebih parah dari apa yang dia bayangkan. Dirinya seperti jadi pelayan di Vila ini.
"Kenapa diam saja! Cepat berdiri dan pergi memasak!" bentak Bu Jeje menarik Ella berdiri lalu mendorongnya ke arah kompor.
Ella hanya menunduk saja dan dengan tangan bergetar ia mengambil panci untuk mulai memasak. Bu Jeje berdiri di dekat pintu mulai mengawasi para pelayan yang menyiapkan makan malam untuk Tuan mereka.
"Aku ... apa yang telah ku perbuat hingga harus bernasib begini. Kenapa aku bisa-bisanya menempatkan diriku kepada kematianku sendiri," batin Ella masih tidak percaya.
"Aku harus lakukan sesuatu. Aku tidak boleh ditindas terus-menerus seperti ini. Tapi, apa yang harus aku lakukan, aku tidak tahu bagaimana caranya untuk mengubah nasibku apalagi merebut harta Ayahku."
Ella terdiam masih mengerjakan tugasnya. Setelah kematian Ayahnya, Ella tidak pernah lagi melanjutkan sekolahnya hingga dirinya tidak tahu apa-apa. Ella hanyalah gadis biasa yang cuma tahu soal pekerjaan rumah apalagi soal dapur dia sangat ahli dalam meracik bumbu masakan.
Beberapa saat saja, hidangan makan malam telah selesai. Ella pamit kepada Bu Jeje dengan cara menunduk dan menunjuk ke arah kamarnya. Akan tetapi, Bu Jeje menahannya dan melototinya.
"Tetaplah di sini atau dirimu akan dipenjara di ruang bawah tanah oleh Tuan muda." bisik Bu Jeje lalu menunjuk ke arah para pelayan yang berdiri berjejeran.
Ella menunduk saja dan segera berdiri di dekat pelayan wanita yang juga terlihat galak. Akan tetapi, pelayan itu mendorong sedikit Ella agar tidak berdekatan.
"Dasar gadis miskin." Hina pelayan itu. Ella hanya bisa mencengkram celemaknya setelah mendengar hinaan itu.
Tap tap tap
Suara langkah kaki langsung terdengar memenuhi ruang dapur. Para pelayan menunduk atas kepulangan Tuan mereka. Ella yang tidak tahu apa-apa cuma ikut menunduk tanpa melihat Presdir Devan.
"Selamat datang, Tuan." Para pelayan menunduk bersamaan kecuali Ella.
Devan tidak melirik mereka. Devan hanya duduk di kursinya seorang diri dan melihat berbagai masakan di atas meja. Devan mulai mengambil makanan memenuhi piringnya sedikit kecuali mangkuk berisi sup tidak diambil oleh Devan.
Ella mengangkat sedikit wajahnya melihat Devan. Melihat dengan cermat lelaki yang membelinya di pelelangan. Ella sedikit terkejut baru sadar jika Devanlah sendiri yang membawanya pulang ke Villa ini. Hanya saja tidak ada Hansel di samping Devan sekarang. Karena Devan merasa risih ditatap oleh Ella, Devan pun menoleh melihat Ella. Seketika itupun Ella menunduk kembali.
Devan mendecak tak karuan dan tiba-tiba hidungnya mencium aroma sesuatu yang asing, Devan pun melihat mangkuk sup buatan Ella. Devan ragu-ragu untuk mengambilnya, karena takut jika sup itu terdapat racun. Karena baru kali ini Devan melihat sup itu di atas meja.
Karena penasaran ingin mencobanya, Devan mengambilnya membuat para pelayan melihatnya ingin mencicipi sup Ella. Begitupun Ella deg-degan jika supnya tidak disukai oleh Devan.
"Ini ...." Devan terhenti dengan raut wajah terkejut setelah merasakan satu sendok sup itu membuat para pelayan ikut kaget begitupun Ella. Para pelayan langsung menatap tajam Ella dan beranggapan jika sup Ella berisi sesuatu.
Ella menelan ludah dan menunduk gemeteran.
"Ya, Tuhan. Semoga aku baik-baik saja." Mohon Ella berharap.
..._______...
...Beri like (👍) komen dan favoritkan (❤) ya readers 😍Supaya author semangat!! Terima kasih sudah mampir di ceritaku ini...
...•|| Semoga suka ya ||•...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
kiwicream
la emang kalau g jadi pelayan mau jadi apa? udah ditolong kok ngelunjak. dari awal agak gemes sama FL nya sih
2023-03-16
0
Opung Boru Caroline
aduh pelayannya kenapa galak" ta padahal mereka senasib.semoga devan menyadari sikap pelayannya
2022-02-03
1
Ira Suryanie
Lanjut lagi kakak
2021-08-16
0