...[Beri like dan vote]...
Kini fotografer akhirnya tiba juga. Fotografer profesional ini sedikit kesal karena malam-malam begini harus memotret Presdir Devan yang terkenal dengan sikap menyebalkannya.
"Hei, Hansel!" panggil Devan pada Hansel yang lagi berdiri di dekat fotografer lelaki di sampingnya.
"Ya, Presdir. Ada apa?" Hansel berjalan mendekati Presdirnya yang lagi berdiri sendirian.
"Di mana bebek kecil milikku? Kenapa dia tidak keluar-keluar juga!" Devan mulai emosi sudah lama menunggu Aradella.
"Bebek? Maksudnya Nona Ella, Presdir?" tanya Hansel sedikit kaget mendengar sebutan baru untuk Ella.
"Ya, di mana bebek kecil itu?"
"E-e, mungkin masih belum siap-siap Presdir. Tapi, kenapa Presdir memanggilnya BEBEK?" tanya Hansel lagi.
"Heh, dia itu kecil seperti bebek, dan juga jalannya sangat lambat bahkan kedua oppainya saja tepos tidak sesuai dengan tipeku. Dia sangat jauh dengan tipe calon istriku. Jika saja dia tidak mengambil keperjakaanku, aku juga tak mau berurusan dengannya! Tapi, sekarang aku harus pastikan jika benih-benihku tidak tumbuh di dalam perut krempengnya itu!"
Itulah ucapan Devan yang sedikit kejam menyayat hati. Begitu rendahnya Devan memandang Ella di matanya. Hansel kini mengerti, jika Devan adalah lelaki yang sangat bertanggung jawab meski sedikit menyebalkan dan ucapannya amat sadis.
"Kalau begitu, saya permisi dulu mau memanggilnya." Hansel berbalik ingin ke kamar Ella. Namun malah dikejutkan dengan Ella yang sudah siap dan rapi dengan pemotretan ini.
"Maaf, Tuan pasti menunggu saya," ucap Ella kini berdiri di depan Hansel dan Devan. Devan terdiam bukan karena terpana melainkan ingin sekali menggigit gadis kecil ini yang banyak tingkahnya.
Devan berjalan ke arah Ella dan mulai menatapnya sinis lalu berpindah menatap perut Ella dan mulai membisikkan sesuatu padanya.
"Setelah aku pastikan kau tidak hamil, aku akan menendangmu keluar dari Villaku ini! Jadi, jangan harap kau bisa tinggal lama di sisiku!" bisik Devan pada Ella.
Ella sedikit kaget dan tertekan, sepertinya inilah alasan mengapa ia harus menikahi Devan karena ingin membuktikan dirinya tidak boleh hamil. Kini Ella mengarti jika Devan sudah salah paham dan mengira jika dirinya benar-benar telah dilecehkan padahal hanya hampir dilecehkan saja.
Ella hanya diam mendengar ucapan Devan. Gadis ini mulai berjalan di samping Devan dan berdiri untuk pemotretan.
"Hei, Devan! Bisakah kamu senyum sedikit. Wajahmu terlalu datar untuk dipotret!" ujar Fotorgrafer susah untuk mengambil foto yang bagus. Devan mendecak dan tidak mau tersenyum. Sementara Ella begitu riangnya tersenyum membuat Hansel yang memperhatikannya jadi tersenyum kecil juga. Melihat Hansel, Devan jadi risih.
"Eh, aku ini tanpa senyum pun sudah ganteng. Jadi potret saja! Jangan protes di depanku!" tegas Devan menatap sinis ke fotografer.
"Astaga, ini kamu sebenarnya niat gak sih berfoto dengan kekasihmu itu," cibir Fotografer mulai kesal. Ella terdiam dan sedikit merona mendengar dirinya dianggap kekasihnya Devan.
"Hmp! Cepatlah potret! Aku tidak mau lama-lama berdiri dengan bebek sepertinya!" ujar Devan mulai serius. Ella tersentak disebut bebek. Ella hanya bisa menahan kekesalannya. Devan yang ganteng-ganteng begini ternyata banyak celoteh juga.
Fotografer pun mengambil beberapa foto untuk mereka. Meski sebenarnya wajah Devan yang menyebalkan membuat Fotografer ingin sekali melempar kameranya.
Cekrek!
Foto terakhir berhasil diambil sempurna. Fotografer pun menyerahkan foto itu ke Hansel.
"Gue pulang dulu, ini foto Presdir Devan yang terbaik. Kepala gue sudah sakit ngelihat mukanya itu." Tunjuk Fotografer pada Devan lalu ia langsung pergi begitu saja. Hansel tertawa kecil dalam hati melihatnya pergi.
Sementara Ella merasa mulutnya keram akibat tersenyum terus. Sedangkan Devan masih saja dengan muka datarnya yang sok gantengnya.
"Apa lihat-lihat!" bentak Devan pada Ella yang terus menerus melihatnya.
"Ma-maaf, Tuan." Kata Ella gelagapan segera menunduk.
"Ck," Devan mendecak lalu pergi ke kamarnya ingin segera meluapkan emosinya.
Aradella kini akhirnya bisa bernafas bebas. Tatapan Devan sungguh tajam kepadanya. Ella pun mendekati Hansel lalu berbicara soal surat pernikahan itu.
"Itu-itu, aku tidak tahu mau berkata apa, apalagi memanggil apa. Jadi bisakah anda memberitahuku bagaimana aku harus memanggilmu?" Ella gelagapan dan bingung mau memanggil Hansel apa.
"Pfft, Nona panggil saya, sekretaris Hansel." ucap Hansel sedikit tertawa merasa Ella sangatlah lucu.
"Tapi, boleh aku panggil kamu, Kak Hansel?"
"Hm, kak Hansel?" ucap Hansel sedikit terkejut ada gadis yang mau memanggilnya Kakak. Padahal mereka tidak memiliki hubungan apa-pun.
"Boleh, kah? Aku-aku dulu, pernah berharap bisa memiliki seorang Kakak yang bisa melindungiku," lirih Ella sedikit canggung.
"Oooh, begitu. Kasihan juga sih,"
"Baiklah, Nona boleh memanggilku seperti itu." ucap Hansel menerima permintaan Ella. Ella sontak melihatnya lalu meraih tangan Hansel.
"Ter-terima kasih, Kak Hansel." Kata Ella tersenyum manis membuat Hansel terdiam dan wajahnya mulai merona.
"Ya, tidak apa-apa. Kalau begitu, saya permisi dulu mau pulang. Besok Nona tunggu saja keputusan dari Presdir Devan." ucap Hansel ingin menyentuh kepala Ella tapi dia segera urungkan takut akan menjadi salah paham nantinya. Hansel pun pergi dari rumah untuk mengatur surat agar lebih jelas.
Kini Ella tersenyum, bukan karena senang berhasil menjadi Istri Devan melainkan senang ia bisa menjadikan Hansel sebagai Kakaknya agar kelak dirinya bisa dilindungi oleh Hansel jika Devan berbuat aneh-aneh padanya. Ella pun dengan hati riang berjalan ke arah kamarnya. Sementara di lantai atas terlihat Devan kesal dengan Ella yang tersenyum pada Hansel.
"Ck, aku lebih keren dari Hansel! Tidak ada wanita yang tidak pernah berhenti menatapku apalagi tersenyum. Tapi gadis ini kenapa aku malah jadi semakin kesal melihat mukanya yang ngeselin itu!" gerutu Devan memukul tembok lalu pergi ke arah kamarnya.
"Tunggu saja, besok. Aku akan membuatmu tidak betah tinggal di sini dan akan membuatmu memohon padaku!" Devan menyeringai tipis lalu masuk ke dalam kamarnya dan kemudian merebahkan tubuhnya.
"Tapi, bagaimana ya tadi aku melecehkannya? Apa aku benar-benar sudah tidur dengannya dan melakukan itu?" pikir Devan melihat celananya alias jhonynya.
"Cih, aku benar-benar jadi korban di sini. Padahal aku mau melakukan itu di hari malam pertamaku dengan wanita yang aku cintai. Tapi si bebek itu malah yang tidur denganku!" umpat Devan mulai tak sabar menunggu hari esok. Devan pun memejamkan matanya mulai tidur.
Sedangkan di kamar Ella, gadis ini juga sedang rebahan santuy di atas kasurnya. Ella senyum-senyum akhirnya bisa memiliki kesempatan untuk memanfaatkan kekuasaan Devan merebut peninggalan Ayahnya.
"Hmp! Tuan bagaikan komodo! Mukanya yang datar tapi bisa memikat hati para wanita dan berhasil membuatku hampir juga terhipnotis. Kata-katanya tadi di rumah Ayah hampir membuatku tertipu. Dia bisa dicap sebagai komodo! Reptil yang berbahaya!" umpat Ella juga kesal dengan tingkah Devan meski wajahnya sedikit merona mengingat Devan memanggilnya Istri kecilku.
"Ayah, tunggu saja aku akan merebut apa yang seharusnya menjadi milikku. Sekarang Ayah tidak usah lagi kuatir padaku, aku sudah punya trik untuk merebut harta Ayah dari Bu Kalista kejam itu! Ayah tenang saja di sana," desis Ella mencoba untuk menahan emosinya lalu perlahan memejamkan mata menunggu hari esok menjadi lebih baik lagi. Malam ini terasa begitu panjang dilalui oleh Ella. Perlahan-lahan mungkin hidupnya akan berubah jika berada di samping Presdir Devan atau mungkin saja sebaliknya.
..._________...
...Maaf ya kalau telat update😅...
...Jangan lupa like dan hadiahnya ya...
...💕💕💕💕💕...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Vanessa Jouvelle
Pede bgt sihh anjj!!!!
2022-11-20
2
Fadil
jangan mehayal dulu ella
2021-11-29
0
Fidella Della
mulai seru nih
2021-09-20
0