Cinta Untuk Zahra (END)
SMKN 4 Malang 2014
Suasana lapangan indoor cukup ramai, banyak siswa siswi yang melewatinya. beberapa di antara mereka ada yang bermain futsal sekadar mengisi jam istirahat. Beberapa diantaranya ada yang duduk-duduk menonton pertandingan.
Di sana, Ega sedang bermain futsal dengan teman-temannya. Di tepi lapangan, Zahra tersenyum menyemangati Ega yang sedang bermain. Zahra dan Ega, mereka adalah dua sejoli yang terjebak friendzone. Begitu teman-teman mereka menyebutnya.
Banyak yang iri akan kedekatan meraka. Ega si tampan yang selalu jadi pusat perhatian para siswi, sedangkan Zahra hanyalah seorang gadis manis yang tak begitu populer. Mereka berdua tak pernah terpisahkan, hingga banyak siswi yang mengganggu Zahra karena kedekatan mereka.
Sedang asiknya Zahra memperhatikan Ega, ia tak sadar saat di sampingnya ada beberapa siswi dari jurusan lain yang menghampirinya. Gadis itu tau mereka merupakan sebagian kecil dari penggemar Ega. Para gadis yang tergila-gila pada Ega yang memang tampan dan berbakat.
Dari tengah lapangan, lelaki yang sedari tadi menjadi pusat perhatian banyak siswi itu diam-diam memperhatikan Zahra yang sedang didatangi beberapa siswi lainnya. Lelaki itu mengenal salah satu di antara mereka. Dia perempuan yang menyatakan cinta padanya kemarin. Dari kejauhan Ega terus mengamati interaksi mereka.
"Eh, Ra. Ikut kita sini!" seru salah seorang dari mereka.
"Ada apa?" tanya Zahra.
"Buruan ikut! Dari pada kamu kita bikin malu di sini!" desis salah seorang yang sepertinya ketua geng dari perempuan-perempuan itu.
Zahra segera berdiri dari duduknya, mengikuti beberapa perempuan itu. Meski sebenarnya ia enggan mengikuti mereka, gadis manis itu lebih memilh mengikuti mereka daripada membuat keributan di dalam lapangan. Mereka berjalan menuju taman belakang sekolah. Suasana di sana memang cukup sepi.
Begitu Zahra berdiri dan mengikuti beberapa siswi itu, Ega juga meninggalkan lapangan. Semua pemain berhenti dan melihat Ega yang berjalan keluar lapangan. Beberapa dari mereka saling melempar pertanyaan mengapa lelaki itu tiba-tiba keluar dari permainan.
Zahra tau, ia tidak aman. Seharusnya ia tidak menuruti perintah mereka, tetapi apa boleh buat. Ia sudah terlanjur mengikuti mereka sampai di taman belakang.
"Kamu tau, Ra? Gara-gara kamu Ega nolak aku!" seru Rima, gadis ketua geng tersebut.
"Salah aku di mana, Rim? Aku enggak pernah melarang Ega buat pacaran sama siapapun," jawab Zahra.
"Harusnya kamu sadar diri, Zahra! Kamu itu gak sebanding sama Ega. Dia populer, sedangkan kamu? Gadis cupu aja belagu!" Seru Rima meluapkan emosinya pada Zahra.
"Aku nggak ngerti kamu ngomong apa."
"Jauhin Ega!"
"Apa urusannya sama kamu, Rima? Kamu ngga bisa ngatur-ngatur Zahra kayak gitu!" suara berat dari belakang Rima mengagetkan semua yang berada di taman itu.
"Em, Ega. Aku ga maksud apa-apa kok. Aku cuma ngobrol aja sama Zahra, iya kan gaes?" pertanyaan Rima dibalas anggukan oleh beberapa temannya.
"Aku dengar semua kata-kata kamu. Lebih baik kamu ngga usah ganggu Zahra, apalagi sampai menyakitinya!" peringat Ega.
Rima dan yang lainnya diam di tempatnya tanpa berani menjawab peringatan Ega. Segera Ega menarik tangan Zahra dan menuntunnya untuk meninggalkan tempat itu.
Ega membawa Zahra kembali ke lapangan indoor. Menghampiri teman-temannya yang sedang beristirahat setelah bermain futsal.
"Dari mana?" tanya Adit pada Ega yang duduk di sampingnya bersama Zahra.
"Nyusulin Zahra," balasnya acuh.
"Pepet terus jangan kasih kendor," goda Ben.
"Iya," jawab Ega memandang Zahra dengan penuh kasih.
"Huh, dasar! Udah jadian aja, sahabatan mulu sama aja kayak friendzone. Iya ga, Za? Kamu betah banget deh, Za, diPHP-in sama Ega? Mending sama aku aja." sahut Ben.
"Awas aja sampe berani deketin Zahra," ancam Ega.
"Woa! Ada penjaganya ini! Jangan dideketin anjingnya serem, oy!" goda Brian.
Mereka semua bergurau menggoda Ega dan Zahra hingga bel tanda masuk berbunyi.
****
Zahra melamun memandangi bingkai foto masa sekolahnya dulu. Mengenang beberapa kejadian yang ia alami. Ia merindukan lelaki itu. Entah di mana dia sekarang, Zahra tak pernah tau.
Aku rindu, batin Zahra.
Zahra meletakkan kembali bingkai foto itu di atas nakas di samping tempat tidurnya. Ia berbaring di atas tempat tidurnya. Bersiap untuk menjemput mimpi. Barang kali di sana ia bisa bertemu dengan lelaki yang sangat ia rindukan.
***
Zahra termenung di depan meja kerjanya. Siang ini gadis itu merasa sangat lelah. Sedari pagi disibukkan dengan berbagai berkas yang harus ia periksa dan segera diserahkan pada atasannya.
Zahra kini bekerja di salah satu perusahaan properti yang sedang berkembang di kotanya. Gadis itu baru beberapa bulan ini diangkat menjadi sekretaris direktur cabang perusahaan, karena sekretaris lama dimutasi ke kantor pusat.
Pintu ruangan direktur terbuka, dan sang pemilik ruangan keluar menuju meja Zahra. Beliau sudah berumur, tetapi wibawa dan kharismanya masih terpancar di wajahnya yang sudah mulai keriput.
Zahra segera berdiri menyambut Pak Erwin di balik meja kerjanya.
"Selamat siang, Pak. Apa Bapak memerlukan sesuatu?" tanya Zahra sopan.
"Temani saya meninjau komplek A setelah makan siang, saya tunggu di lobi setelah jam makan siang," kata lelaki itu.
"Baik, Pak," Zahra mengangguk hormat, hingga Pak Erwin meninggalkannya.
Zahra berisap untuk istirahat makan siang. Ia telah membuat janji akan makan siang bersama dengan salah satu temannya di kantor ini untuk makan bersama. Ia segera mengirimkan pesan untuk Syifa, salah satu staff yang dekat dengannya. Bisa dibilang Syifa adalah teman dekat Zahra.
Zahra: Syif, tunggu di lobi, sebentar lagi aku turun.
Syifa: Oke
Setelah mendapat balasan dari Syifa, Zahra segera bergegas merapikan meja kerjanya dan memasukkan ponselnya ke dalam tas.
Zahra berjalan menuju lift yang berada di ujung ruangan. Menekan tombol lantai dasar, menunggu beberapa saat hingga pintu lift terbuka. Zahra segera masuk dan memenet tombol untuk menutup pintu lift. Beberapa detik kemudian dia telah sampai di lantai dasar.
Di depan meja resepsionis terlihat Syifa sedang mengobrol dengan salah seorang resepsionis yang Zahra tahu bernama Diana. Zahra menghampiri keduanya dan menyapa mereka.
"Udah lama, Syif?" tanya Zahra.
"Baru aja. Di, mau gabung sama kita?" ajak Syifa pada Diana.
"Duluan aja. Aku masih nunggu Alia balik," jawab Diana.
"Oke. Kita duluan ya," Syifa menggandeng lengan Zahra dan melangkah pergi. Zahra melambaikan tangan pada Diana yang dibalas dengan senyuman.
"Mau makan di mana nih?" tanya Syifa begitu keluar pintu gedung.
"Deket sini aja, setelah makan siang Pak Erwin minta temenin tinjau komplek A," balas Zahra.
"Ya udah makan soto ranjau aja gimana?"
"Oke."
Zahra dan Syifa berjalan beriringan menuju kedai soto yang berada di utara gedung. Menikmati makan siang mereka dengan sesekali diselingi curhatan dari keduanya.
****
Aku cuma nambahin beberapa kata di bab ini.. hehehehe
Nggak mengubah alur cerita kok..
Yang udah baca, boleh lah baca lagi.. kasih masukan boleh bangeet..
jempolnya di merahiin yaa..
tinggalkan jejak biar aku tau kalian mampir..
makasih banyak sudah mampirr..
salam sayang
kiki rizki 🤗🤗💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Andi Fitri
aku mampir baru part ini udh seru dan pasti tinggalkan jejak buat author 😊
2021-02-22
1
💕febhy ajah💕
br mampir dn tak lupa tinggalkan like.
2021-02-14
1
Amanda
❤️❤️❤️
2020-11-11
1