Happy reading gaes.
kasih tau yaa kalo ada typo atau ada kata yang kurang tepat
********
Zahra terdiam di pelukan Ega masih dengan air mata yang terus mengalir. Ega semakin mengeratkan pelukannya berharap Zahra membalasnya. Namun hingga beberapa menit berlalu, Zahra tetap tidak membalasnya.
"Ra," panggil Ega.
Tiba-tiba Efelin sudah berada di samping Ega. Ia menyuruh lelaki itu menyingkir dengan pandangan marah. Gadis itu mendorong Ega dengan kasar. Menjauhkannya dari sang kakak.
"Aku kan tadi udah bilang, Mbak Zahra gak mau ketemu Kakak! Kenapa sih Kak Ega tuh gak mau ngerti banget!" teriak Efelin penuh emosi.
Zahra masih termenung. Memikirkan lelaki di depannya. Ia menangis tanpa suara karena lelaki itu. Ia merasakan sakit yang teramat sangat di dadanya.
Ega terdiam di tempatnya menyaksikan itu semua. Ia cukup bingung dengan situasinya. Efelin yang tiba-tiba sangat marah padanya, dan Zahra yang menangis sesenggukan duduk di sofa.
Dari arah pintu luar terlihat Rio dan Zakia masuk dengan terburu-buru. Rio yang melihat Ega berdiri di dekat Efelin segera menghampirinya. Zakia yang di belakangnya berusaha menahan emosi Rio agar tidak membuat keributan.
"Kamu apain Zahra, hah!" serunya mencengkeram kerah baju Ega. Di belakangnya Zakia berusaha menahan Rio.
"Tenang, Yang. Liat Mbak Zahra dulu. Dia gak penting sekarang!" Zakia setengah meneriaki Rio agar mendengarkannya.
Rio pun melepas cengkeraman tangannya dan beralih melihat kakaknya..
"Kenapa ga dari tadi kamu ngomong kalo baj*ngan ini ke sini, Dek?" tanya Rio.
"Tadi aku udah usir dia, Kak. Tapi dia gak pulang dan akhirnya bunda tau dan akhirnya bunda nyuruh dia masuk," Efelin menjelaskan dengan menggebu-gebu.
"Kamu mau apa lagi, hah? Enggak cukup apa kamu tinggalin Zahra selama ini? Apa lagi yang kamu mau sekarang?" desis Rio ditelinga Ega dan kembali mencengkeram kerah bajunya. Ingin sekali Rio menghajar Ega saat itu juga.
"Udah! Stop! Pusing aku liat kalian di sini!" kata Zahra namun suaranya terdengar serak.
Zahra yang menangis memilih meninggalkan mereka yang ada di ruang tamu. Ia berlari menuju kamarnya. Segera gadis itu mengunci kamarnya sebelum ada yang mengikutinya.
Zakia dan Efelin yang mengikutinya tidak dapat mencegah Zahra. Mereka berdua terkunci di depan pintu kamar Zahra. Mereka berdua berkali-kali mengetuk pintu kamar itu berharap Zahra mau membukanya.
"Mbak, buka pintunya dong," pinta Efelin merengek.
"Mbak, ayo dong, jangan kaya gini. Kita mau kok dengerin keluh kesah Mbak Zahra," ucap Zakia.
"Mbak Kia, coba Mbak lihat ke bawah deh. Perasaanku gak enak nih sama mereka berdua," kata Efelin.
"Iya udah aku turun dulu. Bujuk kakak kamu ya," balas Zakia. Gadis itu segera menuruni tangga dan menuju ke ruang tamu.
Sampai di ruang tamu kedua lelaki itu sudah tidak ada lagi di sana. Zakia yang panik segera berlari keluar mencari keberadaan mereka. Zakia mencari-cari di sekitar rumah namun tidak ada. Hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk menuju pekarangan samping rumah Zahra berharap mereka ada di sana.
Dugaan Zakia tidak meleset. Terlihat di kegelapan dua orang yang ia cari. Melupakan ketakutannya Zakia menghampiri Rio dan Ega.
"Rio, stop!" teriak Zakia.
Seketika Rio menghentikan pukulannya pada Ega yang sudah babak belur. Sepertinya memang Ega membiarkan dirinya dipukuli Rio.
"Gak guna kamu mukulin dia lagi! Kakak kamu yang lebih penting sekarang!" marah Zakia pada Rio.
Tanpa mengatakan apapun Rio meninggalkan tempat itu. Zakia memperhatikan Ega yang sudah babak belur duduk bersandar disebuah pohon dekat situ.
"Maafin Rio ya. Lebih baik kamu obati dulu luka kamu," ucap Zakia pada Ega.
"Ini ga sebanding dengan sakit yang Zahra rasain," jawab Ega .
"Ayo ke dalam dulu. Aku bantu obati lukanya," ajak Zakia.
Zakia berjalan lebih dulu meninggalkan pekarangan diikuti Ega. Setelah masuk kembali ke dalam rumah, Ega kembali duduk dikursi ruang tamu.
Zakia ke dapur mengambilkan air es dan obat luka untuk Ega.
Rio langsung saja menuju kamar Zahra. Namun dilihatnya Efelin yang masih sibuk mengetuk kamar Zahra.
"Dari tadi Mbak Zahra gak mau buka pintu," adu Efelin pada Rio.
"Biar aku coba buat ngebujuk dia,"
"Iya, Kak. Kak Ega di mana?"
"Aku harap dia mati sekalian,"
"Ngaco kalo ngomong. Emang Kak Rio apain?"
"Liat aja, palingan masih di bawah sama Zakia."
Efelin meninggalkan Rio untuk melihat keadaan Ega. Dalam hatinya ia sudah menebak pasti mereka melakukan baku hantam. Tapi ia tidak menemukan luka sedikitpun diwajah kakak sepupunya itu.
Di ruang tamu Efelin melihat Ega yang sedang mengobati lukanya. Ia segera menghampiri dan duduk di samping Zakia.
"Bonyok, bonyok deh. Udah aku bilangin Mbak Zahra gak mau ketemu masih aja nekat. Sekarang udah tau kan gimana jadinya!" kata Efelin.
"Aku nggak nyangka dia bakalan kayak gitu. Aku nyesel," ucap Ega.
"Emang ya kalo nyesel itu datengnya belakangan. Gak ada ceritanya nyesel diawal. Kalo diawal namanya bukan penyesalan, tapi pendaftaran," oceh Efelin.
"Udah-udah, Efel kalo ngomong sama yang lebih tua yang sopan ya," peringat Zakia.
"Aku tuh bawaannya pengen marah-marah kalo liat mukanya Kak Ega. Kalo dulu aku mungkin aku nggak begitu ngerti mbak Zahra kenapa, yang dulunya ceria suka nemenin aku main tiba-tiba suka mengurung di kamar, nggak mau ketemu siapa-siapa. Tapi sekarang aku udah ngerti dan itu bikin aku makin sedih, gara-garanya cuma sepele. Kak Ega ninggalin dia pas lagi sayang-sayangnya," ucap Efelin mengungkapkan kekecewaannya.
Zakia memeluk Efelin yang terlihat sangat kecewa dan marah pada Ega. Ia menangis dalam pelukan Zakia.
Ega hanya diam merenungi kesalahannya.
Apa yang harus ia lakukan? Batin Ega.
****
Di dalam kamarnya Zahra masih terus menangis meluapkan kekecewaannya. Ia tak bisa berkata-kata lagi untuk mengungkapkan rasa kecewanya. Hanya menangis dan memukul-mukul dadanya yang terasa sangat sakit dan sesak.
Tak mempedulikan orang-orang yang berusaha menghiburnya. Gadis itu menangis tengkurap menyembunyikan wajahnya di balik bantal. Hingga lama kelamaan ia tak mendengar lagi suara orang mengetuk pintu kamarnya.
Gadis itu berharap semua orang pergi dan tidak mengganggunya lagi. Ia hanya ingin sendiri. Menangis sepuasnya. Tak peduli saat ini matanya sudah sangat bengkak. Entah apa yang akan ia katakan pada bundanya besok ia tak peduli. Saat ini ia hanya ingin sendiri dan menangis.
*****
Hiyaaaaa...
Jadinya ambyar...
Zahranya malah down dan ga bisa ngasih jawaban buat Ega.
Jangan lupa kasih like ya guys..
tinggalkan jejak..
terimakasih sudah mendukung.
salam sayang
kiki rizki
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Indah Nihayati
sukakkk kak cerita nya
2022-02-25
0
Amanda
ngambek'y ko lama ya ka'...
2020-11-11
1
Lali
10 like ♡♡
2020-10-08
1