aku up
selamat membaca
****
Malam itu akhirnya Ega ikut menginap di rumah Zahra bersama Rio. Dengan alasan agar Rio punya teman menginap.
Zahra terbangun dari tidurnya saat mendengar alarm diponselnya berbunyi. Ia segera mematikan bunyi alarm yang sedikit mengganggunya. Dilihatnya sudah pukul empat lewat tigapuluh pagi. Ia segera ke kamar mandi untuk mencuci muka dan mengambil air wudhu untuk melakukan salat subuh.
Usai dengan ibadahnya, ia segera turun untuk melihat kedua lelaki yang semalam menginap di rumahnya. Zahra terkejut karena ternyata mereka berdua tidur di ruang tengah dengan saling tumpang tindih. Ia pikir semalam mereka berdua tidur di kamar yang biasa di temapati Rio jika menginap. Justru ia menemukan mereka yang tertidur pulas di ruang tengah.
Zahra mendekati keduanya, berusaha membangunkan mereka. Ia menepuk-nepuk lengan Ega dan Rio hingga mereka bangun.
"Udah hampir jam lima. Buruan bangun, salat gih," ucapnya pada Ega yang membuka mata lebih dahulu.
Ega terlonjak kaget dan segera duduk. Ia masih belum sepenuhnya sadar sekarang berada di mana. Ia masih diam memperhatikan sekelilingnya. Melihat Zahra yang duduk di sampingnya juga Rio yang masih tertidur pulas.
"Bingung ya?" tanya Zahra dengan senyumannya.
Ya, Zahra mulai membiasakan dirinya untuk bersikap sewajarnya pada Ega. Ia memulainya dengan senyuman untuk lelako itu.
"He em," jawab Ega.
"Buruan salat sana. Keburu habis subuhnya. Aku bangunin Rio dulu."
Ega berdiri dan menggerakkan badannya. Setelah itu ia bergegas menuju kamar mandi yang berada di dapur.
Zahra kembali menepuk-nepuk Rio hingga bangun dan menyuruhnya segera salat subuh.
Setelah kedua lelaki itu bangun dan memastikan juga keduanya salat, Zahra segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Ia menyesal kemarin tidak berbelanja, karena sekarang tak ada sayuran yang bisa ia masak. Hanya ada telur dan sosis di dalam kulkasnya. Akhirnya ia memutuskan untuj membuat nasi goreng sostel (sosis telur) psaja.
"Mbak bikin apa?" tanya sang adik yang masuk dapur dengan setelan seragamnya.
"Cuma bikin nasi goreng. Kemarin nggak belanja," jawab Zahra yang masih mengaduk-aduk nasi diwajan.
"Kak Rio sama Kak Ega mana? Belum bangun ya?"
"Tadi udah sih. Coba liat di depan."
"Males ah. Palingan bentar lagi juga ke sini."
"Mbak bikin susu nggak?"
"Duh. Nggak keburu. Bikin sendiri sana, sama bikinin juga yang lainnya. Mbak mau nata ini dulu."
Efelin bergegas menyalakan api kompor di samping kakaknya dan meletakkan panci yang berisi air untuk membuat minuman hangat. Gadis kecil itu dengan cekatan menata empat gelas yang diisinya masing-masing dengan teh dan susu.
"Tumben kalian akur," kata Rio begitu ia dan Ega masuk dapur.
Efelin mendengus mendengar ucapan Rio. Zahra mengabaikannya karena sibuk memindahkan nasi gorengnya ke dalam piring besar.
"Mau dibikinin apa?" tanya Efelin pada dua lelaki itu.
"Aku kopi, Fel. Kamu apa, Ga?" tanya Rio.
"Teh aja kalo ga ngerpotin," jawab Ega sungkan.
"Dari kemarin kalian tuh udah ngerepotin. Aku berasa penjaga warung deh dari kemarin," gerutu Efelin yang di dengar mereka semua.
"Fel, ngga boleh gitu," peringat sang kakak.
"Ya kan kamu yang nawarin. Sekarang ngedumel, dasar bocah," ejek Rio.
"Awas ya Kak Rio! Bikin sendiri aja kopinya!" sungut Efelin.
"Jangan gitu dong, gitu aja ngambekan," goda Rio.
"Kopinya nggak ada. Gelasnya udah aku isi teh semua."
"Gitu kok nawari. Gak ikhlas banget."
Ega memperhatikan kedekatan Efelin dan Rio. Ia tersenyum menyaksikan keseruan itu. Seandainya adiknya masih di dunia ini, pastilah tak ada henti-hentinya ia menggoda saudaranya itu.
Semoga kamu bahagia di sana, bersama mama, batin Ega dengan tersenyum menyaksikan Rio dan Efelin.
Zahra meletakkan satu mangkuk besar berisi nasi goreng di atas meja. Setelah itu ia mengambil piring dan sendok untuk mereka berempat. Efelin pun meletakan minuman yang di buatnya di atas meja.
"Maaf ya, cuma bikin nasi goreng aja buat sarapan," kata Zahra.
"Gapapa. Masakan kamu selalu enak kok, Ra," kata Rio. Ia segera menigisi piringnya dengan nasi goreng buatan Zahra. Begitu juga Efelin dan Ega melakukan hal yang sama.
Setelah sarapan Efelin berpamitan kepada kakaknya dan dua lelaki itu untuk berangkat ke sekolah. Ega menawarkan diri untuk mengantar Efelin sekalian ia pulang untuk berganti baju. Dengan senang hati gadis kecil itu menerima tawaran tersebut.
"Nanti kalo aku nginep sini lagi boleh? Sampai tante balik mungkin?" tanya Ega sebelum masuk ke mobilnya.
"Kamu tanya sama Rio aja ya," jawab Zahra.
"Ya udah. Nanti aku telepon kamu ya. Aku pergi dulu," pamit Ega.
Zahra mengantarkan Efelin dan Ega sampai di halaman rumah. Rio pun berpamitan pulang karena ia juga harus ke bengkel.
Setelah semua pergi, tinggal lah Zahra seorang diri. Ia duduk di ruang tamu sambil menunggu tukang sayur lewat.
****
Semenjak sore Zahra hanya berdua saja dengan Efelin. Mereka berdua menghabiskan waktu untuk menonton tv saja.
Malam ini sepertinya mereka hanya akan berdua saja di rumah.
"Mbak, sepi," keluh sang adik yang berselonjor di karpet ruang tengah.
"Ya mau gimana?" tanya balik sang kakak.
"Kenapa kak Ega gak ke sini lagi? Kan lumayan ada temennya kita."
"Ngga baik dia keseringan ke sini. Nanti apa kata tetangga juga. Udah bunda ngga ada di rumah kita malah ngebolehin laki-laki nginep di sini."
"Tapi kan ada kak Rio, ya gapapa dong, Mbak."
"Iya kita gapapa. Ah kamu sih gak di rumah. Seharian ini kan aku di rumah. Waktu belanja tadi aja ada yang udah nyinyirin."
"Masa sih, Mbak?"
"Iya. Biasalah tetangga mah gitu."
"Tapi Mbak gapapa kan di nyinyirin?"
"Gapapa kok."
"Beneran? Jangan dimasukin hati loh, Mbak. Nanti jadi kepikiran loh."
"Iya-iya. Bawel."
"Yee! Bawel-bawel gini juga bisa diandelin."
"Iya deh iya. Udah malem nih, tidur yuk Mbak."
"Cek dulu semua pintu sama jendela."
"Tidur berdua ya Mbak, hehehehe."
"Bilang aja kamu takut. Hayuk ah udah."
Zahra berdiri dan berjalan ke ruang tamu. Memeriksa pintu dan jendela-jendela. Setelah dirasa semua telah terkunci, ia segera mematikan lampu ruang tamu.
Ia masuk ke dalam kamarnya. Tak lama kemudian sang adik menyusul masuk ke dalam kamarnya. Zahra hanya menghembuskan nafas kasar melihat sang adik memboyong guling dan selimut ke kamarnya.
Mereka berdua berbaring di atas kasur Zahra. Sama-sama memandang langit-langit kamar yang termaram oleh sinar lampu tidur. Tak ada yang berbicara. Mereka saling terdiam dengan pikiran masing-masing. Hingga terlelap dalam mimpi.
*****
babnya ringan-ringan aja ini..
hehhee..
semoga kalian suka..
kasih jempol yaa buat aku..
terimakasih
salam sayang
kiki rizki
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Wirdah K 🌹
Rio, jadi ingat teman SMA
2020-09-02
0
Naiina Setyanii
semangat terus thor, aku udah mampir nih❤️
ku beri 15 like dan juga rate 5 nya. manpir ke karya ku yuk!
"Tentang Kita"
2020-07-19
0
Li Na
lanjut
2020-06-21
1