Selamat membacaaa..
Semoga kalian sukaaaa
**********
Waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam. Tetapi Rio belum juga datang. Bahkan seusai mereka selesai melaksanakam salat isya pun Rio belum juga datang.
Efelin yang sedang duduk di samping kakaknya dan juga Ega, sedari tadi merengek karena lapar.
Beberapa kali Ega mengajak mereka untuk makan malam di luar, tetapo Zahra tak mau jika Rio belum datang.
"Mbaaaakkkk. Udah laper banget ini. Mbak tuh gak kasian juga nih sama Kak Ega. Dia pasti juga laper. Ayo dong, Mbak." lagi-lagi Efelin membujuk Zahra agar mau makan di luar.
"Kita delivery aja gimana, Ra?" tanya Ega yang merasa kasian pada Efelin.
"Iya udah deh, Kak. Delivery aja, yang deket yang cepet aku laper banget aku," rengek Efelin pada Ega.
Lelaki itu menyerahkan ponselnya pada Efelin untuk memilih makanan yang diinginkannya. Dengan cekatan dan semanagat ia memilih-milih menu makanan.
"Kak, di Nelingsi aja ya?" tanya Efelin pada Ega.
"Terserah kamu. Pesan buat kita semua," perintah Ega.
"Mbak pesen apa? Buruan!"
"Kayak biasanya aja," jawab Zahra.
"Ya udah, aku pesenin sama semua loh ya. Awas kalau protes!"
Setelah mengutak-atik ponsel Ega. Ia mengembalikannya pada sang empunya.
"Aku mau bikin es dulu ah," Efelin berdiri dan masuk ke dalam dapur.
"Fel, kopi satu ya," ucap Zahra saat adiknya melewatinya.
"Dikira aku penjaga warung apa," gerutu Efelin.
"Kak Ega mau dibikinin apa? Kopi juga?Mumpung aku lagi baik ini. Biar aku bikinin semuanya."
"Kopi juga gapapa," jawab Ega.
"Sejak kapan kamu suka kopi?" tanya Zahra tanpa di sadarinya.
"Hanya jika ingin," jawab Ega dengan senyuman. Zahra mengangguk sebagai jawaban.
"Ra. Gimana perasaan kamu selama aku di sini?" tanya Ega saat mereka hanya berdua.
"Jauh lebih baik dari kemarin."
"Apa itu artinya aku punya kesempatan?"
"Aku masih belum tahu. Biarkan berjalan seperti ini dulu. Gapapa kan?"
"Yang penting kamu nyaman. Aku akan selalu menunggu. Aku yakin kita pasti bisa seperti dulu lagi. Kamu harus tahu, Ra. Aku mencintaimu. Apapun yang terjadi padamu saat ini itupun karena salahku. Aku akan memperbaikinya," kata Ega serius.
"Aku sedang berusaha untuk melupakannya," kata Zahra.
"Maafkan aku, Ra."
"Aku sudah memaafkanmu. Aku hanya butuh waktu."
Ponsel Ega berdering, ternyata panggilan dari driver ojek online yang akan mengantarkan makanan mereka.
"Ya, halo?"
"Saya sudah di depan kak, sesuai alamat. Di depan ada mobil sedan hitam," ujar driver ojek itu.
"Oke. Saya keluar sekarang."
Ega segera berdiri dan keluar rumah untuk mengambil pesanan.
"Aku ambil makanan dulu," pamitnya pada Zahra yang dibalas dengan anggukan kepala.
Ega keluar rumah menemui driver ojek yang berada di belakang mobilnya. Ia menerima pesanannya. Setelah mengucapkan terima kasih ia kembali masuk ke rumah.
"Kok banyak banget, Ga?" tanya Zahra begitu Ega masuk membawa masuk satu kresek merah besar.
"Efelin," jawab Ega.
"Anak itu ya. Maaf ya. habis ini aku ganti uangnya. yaudah ayo makan di dalam aja," kata Zahra merasa tidak enak pada Ega karena kelakuan adiknya.
"Nggak usah diganti. Buat kita semua kok."
"Makasih ya. Ayo."
Zahra dan Ega masuk ke dalam dapur. Memperhatikan Efelin yang masih sibuk membuat minuman.
"Kamu pesen apa aja sih? Banyak banget! Siapa yang mau makan coba? Kita cuma bertiga." Zahra langsung saja memarahi sang adik.
"Udah, Ra. Gapapa. Udah terlanjur juga. Ayo makan. Aku lapar," kata Ega.
"Itu sebagian pesenannya Kak Rio. Bentar lagi dia datang," jawab Efelin dengan cemberut.
"Kita makan dulu gapapa kan? Aku laper banget soalnya," kata Ega sedikit sungkan.
Zahra menganggukkan kepalanya.
Setelah mencuci tangan Ega segera duduk di salah satu kursi. Zahra pun melakukan hal yang sama.
Efelin, setelah menyiapkan minuman untuk mereka juga ikut duduk dan melihat makanan di atas meja.
"Aku pesen ini buat Mbak, ini buat kak Ega, ini buat aku dua. Itu punya kak Rio. Sisanya cemilan, hehehehe." Efelin menjelaskan.
Zahra hanya menghembuskan nafas kasar melihat tingkah adiknya. Ia segera mengambil makannya dan juga milik Ega.
"Maafin adik aku ya. Kamu mau tambah nasinya? Itu cuma sedikit. pasti kurang nanti kamu nasinya," tanya Zahra.
"Nanti aja. Kamu makan dulu aja," Ega memegang tangan Zahra yang hendak berdiri mengambil nasi di rice cooker di meja belakangnya.
Zahra melihat tangannya yang dipegang oleh Ega. Jantungnya berdegup sangat kencang.
Ega buru-buru melepaskan tangannya. Zahra kembali duduk dan memakan makanannya dengan perasaan campur aduk. Ia menyesal mengambil tempat duduk di samping Ega.
Di tengah-tengah mereka makan. Muncul Rio yang langsung masuk ke dapur mencuci tangannya dan duduk di kursi yang tersisa.
"Maaf kemaleman. Punyaku mana, Fel?" kata Rio dengan santainya.
Efelin menunjuk salah satu kotak makanan dengan tangannya. Tidak menjawab pertanyaan Rio karena mulutnya penuh makanan. Rio segera mengambilnya dan ikut makan bersama dengan mereka bertiga.
Seusai makan malam mereka kembali ke ruang tengah. Efelin sibuk memboyong cemilan-cemilan yang dibelinya tadi ke ruang tengah. Ralat, cemilan yang dibelikan Ega untuknya. Ia menatanya di meja kaca yang ada di tengah karpet.
Zahra, Ega, dan Rio duduk berselonjor dengan Zahra yang ada di tengah kedua laki-laki itu.
"Jadi kangen waktu sekolah dulu, kita sering kayak gini," ucap Ega tiba-tiba.
"Sudah sangat lama," timpal Rio.
Zahra termenung di antara kedua laki-laki itu. Mengingat-ingat kenangan bersama mereka berdua.
Dengan hati-hati Ega mencoba menggenggam tangan Zahra. Gadis itu terkejut segera menarik tangannya dari genggamannya. Namun ia enggan melepasnya justru makin menggenggamnya erat dan sedikit mengangkatnya.
Rio pun melakukan hal yang sama. Ia juga menggenggam tangan kiri Zahra yang ada si sampingnya, mengangkatnya seperti yang dilakukan Ega.
"Aku mencintaimu, Ra. Rasa ini ngga pernah berubah sedari dulu," ucap Ega mencium tangan Zahra.
"Aku juga menyayangimu, Mbak," ucap Rio melakukan hal yang sama.
"Mari kita buat lembaran baru, cerita yang baru," ucap Ega.
Mata Zahra berkaca-kaca. Ia merasa terharu dengan perlakuan kedua lelaki itu. Ia yakin ia telah bisa menerima keberadaan Ega kembali.
"Jangan nangis, aku ikut sedih kalo kamu nangis." Ega menghapus air mata yang jatuh membasahi pipi gadis manis itu dengan tangannya yang bebas tanpa melepaskan pegangan tangan mereka.
"Efel juga sayang sama Mbak. lebih sayang dari mereka berdua," tiba-tiba gadis kecil itu menghantam tubuh kakaknya dan memeluknya erat.
Zahra yang terkejut reflek melepaskan tangannya dari Ega dan Rio. Berganti memeluk sang adik yang menangis sesenggukan dalam pelukannya.
**********
Aku bikin episode ini kok kayak gimana gitu yaa..
kalau kalian ada masukan bisa langsung komen yaa.. biar aku segera perbaiki..
terimakasih atas dukungannya..
salam sayang
kiki rizki
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Amanda
agak terharu saya...
2020-11-11
1
ayyona
nitip jempol duyu 😍😘
2020-10-22
0
Zes
penulisan nya rapi
2020-06-23
1