selamat membaca ....
*****
Zahra berguling-guling di atas kasurnya. Sesekali ia melihat pemberitahuan di ponselnya. Akan tetapi yang ia tunggu tak kunjung menghubunginya.
Setelah mengantarkan Zahra pulang, Ega berpesan padanya bahwa ia akan menghubunginya nanti malam. Namun sampai saat ini lelaki itu tak kunjung menghubunginya.
Lagi-lagi Zahra membuka ponselnya. Melihat ruang pesannya. Ia mengetikkan beberapa kata untuk memulai percakapan dengan Ega. Belum sampai kalimat itu selesai di ketik ia segera menghapusnya. Begitu berulang kali. Hingga ia frustasi sendiri.
"Aaahhh! Gimana sih," gerutunya.
"Ah udah lah, aku tidur aja," sungutnya, melemparkan ponselnya ke atas kasur yang lebih jauh dari jangkauannya dari tempat ia tidur.
Zahra bingung sendiri dengan sikapnya ini. Kenapa ia begitu mengharapkan Ega akan menghubunginya?
Kenapa ia merasa kesal saat Ega mengingkari janjinya?
Hal itu berputar-putar di kepalanya dan membuatnya makin kesal saja. Padahal beberapa waktu lalu sikapnya masih seperti itu kepada Ega. Apa itu artinya ia sudah bisa menerima kehadiran Ega di setiap harinya?
Drrt! Drrt! Drrt!
Begitu merasakan getaran ponselnya. Ia buru-buru duduk dan mengambil ponselnya. Segera ia membuka notifikasi yang masuk. Berharap itu pesan yang sedari tadi ia tunggu.
Namun ia harus menelan kekecewaan karena pesan itu bukan yang ia harapkan. Dengan malas ia membalas pesan yang dikrim oleh Rio.
Rio :
Ra, besok gak bisa jemput.
Zahra :
Oke.
Zahra kembali meletakkan ponselnya di atas kasur. Ia pun kembali membaringkan tubuhnya di atas kasur. Memejamkan mata berusaha untuk tidak memikirkan janji Ega tadi sore. Berharap saat bangun besok pagi perasaannya sudah membaik.
****
Pagi ini Zahra berangkat menuju bengkel Rio dengan ojek online. Akhir-akhir ini ia juga malas menyetir sendirian. Semenjak ia sering sakit beberapa waktu lalu, sang bunda juga melarangnya untuk berkendara sendiri.
Gadis manis itu kini terlihat badmood karena semalam. Hingga ia bangun dan mengecek ponsel, yang ia tunggu sejak semalaman pun tak menghubunginya. Hal itu benar-benar berpengaruh pada mood-nya.
"Pagi Mbak, kok udah mendung aja mukanya Mbak?" sapa salah seorang pegawai bengkel.
"Pagi," jawab Zahra dengan senyum yang di paksakan.
Ia segera masuk ke dalam ruangannya. Mengalihkan pikirannya dari seseorang yang sejak kemarin membuatnya uring-uringan tidak jelas.
"Ra," sapa seseorang yang masuk ke dalam ruangannya.
"Apa?" jawabnya ketus.
"Pagi-pagi kok muka udah di tekuk gitu, Mbak," sapa orang itu.
Zahra hanya mendengus kasar sebagai jawaban. Mengabaikannya dan kembali berkutat pada catatan barang-barang onderdil.
"Yaelah, di cuekin," keluh orang itu.
"Maaf deh maaf, kemarin aku balik duluan dan tadi ga bisa jemput. Jan marah dong," lanjut lelaki itu yang tak lain adalah Rio.
"Iya," jawab sang kakak sepupu dengan singkat.
"Kenapa dah nih anak? Tumben-tumbenan, ada masalah lagi sama Ega?" tebak Rio.
"Enggak ada," Zahra meletakkan bulpoinnya, bersedekap di atas meja dan beralih menatap Rio yang duduk di depannya dengan tatapan kesal.
"Kaan... kaann... Mau marah ini. Kenapa sih?" tanya Rio masih penasaran dengan tingkah kakak sepupunya.
"Udah deh, sana. Kamu bantu yang lain di depan daripada gangguin aku," usir Zahra pada adik sepupunya itu.
"Ya suka-suka aku dong. Ini kan bengkel aku," jawab Rio yang semakin membuat Zahra kesal.
"Terserah deh," guman Zahra gusar dan berusaha kembali fokus pada pekerjaannya.
Rio masih tetap duduk diam di hadapan kakak sepupunya itu. Memperhatikan gadis itu yang sedang uring-uringan. Ia berpikir pasti ada sesuatu lagi antara Zahra dan Ega.
"Aku keluar dulu, nanti kalo ada apa-apa urusan bengkel kamu urusin sendiri, kalo bingung tanya Dimas," Rio keluar ruangan Zahra setelah berpamitan.
****
Di kantor Ega, ia begitu sibuk dengan pekerjaannya. Beberapa minggu ini ia sibuk dengan Zahra hingga mengabaikan pekerjaannya. Jadilah sekarang ia harus lembur berkutat dengan berkas-berkas yang sangat banyak.
Ia harus menyelesaikan pekerjaannya sesuai deadline, karena jika terlambat sedikit saja akan mempengaruhi promosi kenaikan jabatan yang akan di lakukan tahun ini.
Ega mendapatkan promosi untuk naik posisi menjadi pimpinan cabang jika kinerjanya satu tahun ini tidak mengalami penurunan performa. Maka dari itu ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya akhir bulan ini.
Telepon di meja kerjanya berdering nyaring. Ia segera mengangkatnya, di letakkannya gagang telepon itu di antara telinga dan bahunya.
"Ya?" ucap Ega.
"Ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak hari ini." ucap sekertaris Ega.
"Siapa?"
"Namanya Rio, beliau bilang teman Bapak."
"Antarkan ke ruangan saya."
Setelah mengembalikan telepon ke tempatnya Ega kembali berkutat dengan berkas-berkas lagi.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk," ucap Ega tanpa mengalihkan fokusnya dari berkas yang ia baca.
"Permisi, Pak Ega. Saya mengantarkan Pak Rio," ucap sekertaris Ega.
"Terimakasih. Silahkan kembali ke tempatmu."
"Sekertarismu oke juga ya," ucap Rio.
Ega mendongak kan kepalanya memandang Rio yang berdiri di depan mejanya.
"Kenapa?" tanya Ega.
Tanpa di persilahkan, Rio langsung saja duduk di hadapan Ega.
"Cantik, seksi, beehh. Makanya betah ya kamu."
"Halah, dasar. Tetep aja kamu."
"Kayak kamu enggak aja! Aku bilangin Zahra nih kalo sekertaris kamu seksi gitu."
"Kenapa gak bilang kalo mau ke sini?" tanya Ega.
"Liat coba hp mu! Dasar sok sibuk. Hari ini Zahra uring-uringan terus. Kamu apain lagi?"
Ega langsung menegakkan duduknya. Menatap Rio dengan tatapan bertanya.
"Kemarin aku gak bisa nganterin dia pulang. Kamu jemput dia kan?" Ega mengangguk sebagai jawaban.
"Terus kenapa pagi ini dia uring-uringan? Kemarin kamu apain?" tanya Rio penasaran.
"Apa dia marah ya, semalem aku gak sempet hubungin dia, sampai hari ini juga," guman Ega yang masih terdengar oleh Rio.
"Dasar anak ayam! Baru aja baikan udah di tinggalin lagi!" Rio greget dengan sikap Ega.
"Bukannya ninggalin, Yo. Kemarin setelah anterin Zahra aku balik lagi ke kantor. Balik udah malem banget, ngga sempet hubungin dia," Ega mengutarakan alasannya.
"Perasaan Zahra tuh masih sensitif. Kamu mau ku hajar lagi?"
"Sorry-sorry. Aku gak maksud mengabaikannya. Beberapa minggu ini kerjaan aku kebengkalai, dan akhir bulan ini harus selesai. Kalo ngga gitu promosi jabatannku akan terancam."
"Ya sana ngomong sama Zahra. Jangan lama-lama. Kamu baru dapet kepercayaan dari dia. Jaga baik-baik."
"Ya udah. Balik dulu lah aku. Inget! Hubungi Zahra." Rio berdiri dan menepuk pundak Ega sebelum pergi.
Setelah kejadian beberapa waktu lalu Rio menghajar Ega. Setelahnya Ega menemui Rio dan meminta maaf atas kejadian beberapa tahun silam. Hingga akhirnya Rio kembali percaya padanya dan mengijinkan Ega mendekati Zahra lagi.
****
haloooo
like ceritaku doong
tinggalkan jejak jugaaa
terimakasih sudah membaca
salam sayang
kiki rizki ❤️💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Amanda
Ega ayo donk...jangan bikin Zahra kecewa lagi☺️☺️🤩
2020-11-12
1
Wirdah K 🌹
perasaan aneh🙄
2020-09-08
0
Twitria
mampir thor .. semangat trsss
2020-07-24
0