halo aku balik lagi nih!
sebelum baca jangan lupa pencet jempolnya dulu ya.
kritik dan sarannya juga saya tunggu...
terima kasih.
happy reading.
********
Selama dalam perjalanan tidak ada pembicaraan di antara mereka berdua. Zahra lebih memilih memandang jalanan dari balik jendela mobil. Ega pun juga merasa bingung untuk memulai pembicaraan.
Sepuluh menit perjalanan menuju cafe Doni mereka lalui dengan kesunyian.
Ega memarkirkan mobilnya di dekat pintu masuk, ia segera turun dan membukakan pintu mobil untuk Zahra.
"Makasih," kata Zahra pelan.
Ega yang mendengar ucapan terima kasih itu benar-benar merasa sangat senang. Ia membalas dengan senyuman terbaiknya untuk gadisnya.
Mereka berdua berjalan beriringan masuk ke dalam cafe Doni. Di sana ternyata sudah ada beberapa teman-teman mereka. Dea yang melihat kedatangan Zahra melambaikan tangan agar sahabatnya itu menghampirinya.
"Zahra!" seru Dea.
Zahra dan Ega menghampiri meja mereka. Dea segera memeluk Zahra begitu gadis itu ada di dekatnya. Seperti kebanyakan perempuan yang bertemu temannya, mereka juga melakukan cipika cipiki.
"Kamu udah sehat kan, Ra? Rio bilang kemarin kamu nggak enak badan. Aku sama Niena belum sempet jenguk kamu, maaf ya." kata Dea begitu Zahra duduk di sampingnya.
"Aku udah sehat kok. Kalo masih sakit juga ngga bakalan bisa ikut kumpul di sini," jawab Zahra.
"Niena mana? Ngga ikut?" tanya Zahra.
"Nanti dia nyusul kalau keburu. Dia lagi perjalanan pulang dari luar kota," jawab Dea.
Tanpa mereka berdua sadari, sedari tadi Ega memperhatikan Zahra yang tampak nyaman berinteraksi dengan Dea. Ia berharap suatu saat gadisnya juga akan nyaman saat mengobrol dengannya.
"Pa kabar, Bro!" sapa Ramadhan pada Ega yang juga baru datang. Mereka berdua bersalaman ala pria.
"Kemajuan nih, dateng bareng Zahra ya. Si tuan rumah mana nih?" tanya Ramadhan yang ikut bergabung di meja itu.
"Tadi masuk ke dalam," jawab Dea.
"Eh, kalian ini mau pesen apa? Biar catet sini sekalian," kata Dea lagi.
Mereka bertiga memilih menu yang tersedia dan bergantian mencatat pilihan makanan mereka. Di mulai dari Zahra, lalu Ramadhan lanjut Ega. Di tengah-tengah kegiatan menulis list makanan Doni menghampiri dan menyapa mereka semua. Ia memangil salah satu karyawannya dan memberikan pesanan teman-temannya.
"Gimana nih kabar? Pada sibuk semua kaga ada yang ngajakin kumpul," kata Doni.
"Biasa lah pada sok sibuk semua. Ada yang tau kabar Ben sama Brian gak sih?" sahut Dea.
"Si Ben dia masih tetep di Jakarta. Betah dia di sana," jawab Ramadhan.
"Ganti nomer apa gimana sih, kok kaga pernah nimbrung di grup," tanya Dea lagi.
"Oh iya lupa aku mau masukin nomernya di grup," kata Ramadhan menepuk dahinya.
"Kalo Brian gimana?" tanya Ega.
"Tuh anak gak jelas dia, susah ngomongin dia. Beberapa waktu lalu kan dia baru keluar dari bui," kata Doni.
"Eh! Yang bener? Ngaco ih kalo ngomong!" kata Dea tak percaya.
"Serius! Dia sempet kesini cerita ke aku, dia ikut-ikutan temennya make gitu lah katanya, ya udah terus ada penggrebekan," cerita Doni.
"Gila! Ga nyangka ya," kata Dea masih belum bisa percaya.
"Ini si Rio lama banget ya, apa nggak ke sini dia?" tanya Doni entah pada siapa.
"Ra, Rio hubungin kamu nggak?" Tanya Doni yang di jawab gelengan kepala oleh Zahra.
"Biar aku telepon dia," kata Zahra.
Ia mengambil ponselnya yang ada di tas dan mencari kontak Rio.
Nada sambung terdengar beberapa kali namun belum ada jawaban. Hingga akhirnya berubah menjadi suara operator.
"Ngga diangkat," ucap Zahra mulai cemas.
"Coba chat aja, siapa tau nanti dibalas," usul Dea.
Zahra membuka ruang chatnya dengan Rio, ternyata Rio mengirimkan beberapa pesan untuknya yang mengatakan ia akan datang terlambat karena masih ada beberapa urusan di bengkel.
"Ini ternyata dia chat aku, dateng telat katanya," kata Zahra.
"Oh ya udah," kata Doni.
mereka berlima melanjutkan obrolannya dengan santai. Sesekali terdengar tawa dari tiga laki-laki itu atau lengkingan suara Dea yang merasa sebal kepada ketiga teman lelakinya itu. Zahra sesekali tersenyum dan menjawab seadanya jika itu memerlukan jawabannya.
Malam ini, Ega begitu lega melihat Zahra baik-baik saja bersamanya. Ia merasa sangat bahagia. Ia berharap akan ada kemajuan lagi kedepannya untuk dirinya dan Zahra.
****
Kafe Doni tutup pukul sepuluh malam. Mereka yang sedang melakukan reuni kecil itu juga memutuskan untuk mengakhiri acara mereka. Ega sangat berterima kasih pada Doni yang telah membatunya. Hingga ia repot-repot mengumpulkan tenan-temannya hanya agar Ega bisa lebih dekat dengan Zahra.
"Aku pulang bareng sama Rio aja," ucap Zahra begitu mereka keluar dari kafe.
"Kenapa?" tanya Ega yang kaget dengan ucapan Zahra.
"Gapapa kok. Kan sejalan juga arah rumah aku sama Rio."
"Enggak. Kamu pulang sama aku aja. Nanti kalo ayah kamu tanya gimana?" Ega bersikeras mengantarkan Zahra.
Rio yang ada di belakang mereka memperhatikan saja perdebatan kecil itu. Setidaknya mereka berdua sudah banyak kemajuan. Jika suatu saat ia tidak bisa menjaga Zahra, Rio berharap Ega lah nantinya yang akan melakukannya.
"Ra, kamu bareng Ega aja. Aku gak langsung pulang," kata Rio menghampiri keduanya.
"Mau kemana?" tanya Zahra memperhatikan Rio.
"Mau nongkrong sama anak-anak bengkel. Kamu langsung balik sama Ega aja ya. Gapapa kan?" kata Rio dengan sedikit memaksa.
Zahra menghembuskan nafas kasar. Ia tau Pasti Rio sengaja. Akhirnya mau tak mau Zahra pulang diantarkan Ega. Keduanya kembali terjebak dalam kesunyian di dalam mobil Ega.
"Kamu lelah?" tanya Ega setelah memperhatikan Zahra yang sedari tadi melamun.
Gadis itu memandang Ega sekilas, lalu menggelengkan kepala. Kembali lagi ia menatap jendela yang ada di sampingnya.
Ega kembali diam karena Zahra tak begitu memperdulikannya. Lelaki tampan itu memfokuskan pikirannya untuk mengemudi. Suasana jalanan yang sepi makin membuat suasana di dalam mobil seperti tak ada orang.
Dalam hatinya, Ega bertekad akan mengembalikan Zahra seperti dulu lagi. Menjadi Zahra yang ceria, baik dan penyanyang. Suatu saat pasti Zahra akan menjadi ibu dari anak-anaknya.
Mobil sedan Ega berhenti di halaman rumah Zahra. Lampu rumah berlantai dua itu masih menyala. Begitu mereka berdua turun dari mobil, lelaki paruh baya yang tak lain Ayah Zahra keluar rumah. Menunggu mereka berdua mendekat padanya.
"Assalamualaikum. Maaf, Om. Kami pulang terlalu malam," ucap Ega menyalami ayah Zahra.
"Lain kali jangan diulangi. Apalagi jika saya tidak di rumah. Lebih baik kalian di rumah saja, sekalian menemani bundamu dan Efelin," tutur ayah Zahra.
"Iya, Om. Kalo gitu saya pamit dulu, Om, Ra." Ega kembali menyalami ayah Zahra.
Zahra dan ayahnya menunggu hingga mobil Ega keluar dari halaman rumah. Barulah sang ayah merangkul putri sulungnya mengajaknya masuk ke dalam rumah.
*******
bab ini juga aku tambain dikit dialog dan naransinya.
kalo ada kritik saran langsung tulis di kolom komentar ya..
ini scene nya ngga sedih-sedih lagi..
tapi gak tau besok-besok..
heheh..
Terimakasih banyak buat kalian yang udah ngedukung cerita aku ..
big lav you
salam sayang
kiki rizki
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Amanda
keren
2020-11-11
1
ayyona
selalu keren 😎😎😍😍
2020-10-22
0
Nunuk Pujiati 👻
lanjut
2020-09-16
0