Happy reading guys...
kasih suport dulu boleh dong yaa..
pencet gbr jempolnya jgn lupaa yaa..
kasih dukungan lewat vote juga boleh bangeet...
*********
Zahra menghempaskan tubuhnya ke atas kasur di dalam kamarnya. Memandang langit-langit kamarnya. Pikirannya kembali pada seseorang yang beberapa tahun terahir selalu dia cari.
Dia bukan kekasihnya, tetapi kehadirannya begitu berarti baginya. Semenjak tanpanya, Zahra sangat kehilangan sosoknya. Dia yang selalu ada di sisinya, semenjak mereka kecil.
Kamu di mana? Kapan kamu akan kembali? batin Zahra.
Tok! Tok! Tok!
Pintu kamar Zahra diketuk dari luar.
"Ya!" Zahra bergegas bangun dan membukakan pintu.
"Mbak, pinjem baju dong." Muncullah gadis belia yang mirip dengan Zahra. Efelin, adik bungsu Zahra yang masih kelas satu SMA.
"Nggak ada! Pake punyamu sendiri! Sana-sana! Ganggu aja!" Zahra sedikit mendorong pintu kamarnya agar adiknya tidak dapat masuk kamarnya.
"Bundaaaaaaa! Mbak Zahra peliiiiitt!" teriaknya dari depan kamar..
"Astagaa! Suaranya itu anak!" gerutu Zahra sambil mengunci lagi pintu kamarnya.
Dia beranjak masuk kamar mandi untuk membersihkan diri. Tak butuh waktu lama, Zahra membersihkan diri dan segera berganti pakaian. Setelah semua ritual mandinya selesai ia segera turun untuk membantu sang bunda menyiapkan makan malam.
"Aku bantu apa, Bun?" tanyanya saat sampai di dapur.
"Udah semua, tinggal bikin teh aja, kamu mau minum apa, Ra?" tanya sang bunda.
"Sini bun, biar aku aja yang bikin," pinta gadis itu meminta teko yang dipegang bundanya dan mengisinya dengan air panas yang baru saja dimasak sang bunda.
"Ya sudah, Bunda tinggal ke dalem ya, mau panggil adik dan ayahmu," pamit bunda berlalu keluar dari dapur.
Zahra membawa tehnya ke ruang makan. Di sana anggota keluarganya telah berkumpul. Ayah, bunda, dan Efelin.
"Kak Satya ga mampir, Bun?" Zahra menanyakan kakak sepupunya yang beberapa hari ini tidak ditemuinya.
"Enggak, mungkin langsung pulang ke rumahnya," jawab bunda.
"Ayo makan dulu, Ayah udah laper ini," kata Ayah.
Keluarga itu makan dengan tenang. Sesekali terdengar obrolan ringan dan gurauan dari mereka.
******
Pagi ini Zahra terburu-buru berangkat ke kantor. Entah mengapa dia bisa kesiangan seperti ini. Kalau tidak segera berangkat dia pasti akan sangat terlambat.
Ia menuruni tangga dengan tergersa, dan berpamitan dengan bundanya dengan terburu.
"Bunda, aku berangkat!" setelah mencium tangan sang bunda ia segera keluar rumah.
"Gak sarapan dulu, Ra?" tanya sang bunda.
"Gak kerburu, Bun. Aku uda kesiangan ini, berangkat dulu. Assalamualaikum." Zahra segera menaiki mobil honda jazz biru metalik miliknya.
"Waalaikumsalam," jawab bunda melihat keberangkatan anak sulungnya.
Untungnya jalanan pagi ini lancar tanpa kemacetan. Sepuluh menit perjalanan ia telah sampai di parkiran kantor. Segera dia memarkirkan mobilnya dan bergegas memasuki lobi.
"Ra, tumben telat?" sapa Alia di balik meja resepsionis.
"Iya, nih! Pak Erwin sudah datang belum?" tanya Zahra balik.
"Belom deh kayaknya. Gak kelihatan soalnya," jawab Alia.
"Oke. Thanks ya infonya. Aku naik dulu." Zahra segera menuju lift yang kebetulan sedang terbuka. beberapa detik kemudian dia sampai di lantai tiga, tempatnya bekerja sekaligus ruang direktur.
Zahra menghela napas berat saat berhasil duduk di kursi kerjanya. Dia segera mengecek jadwal harian Pak Erwin dan bersiap memeriksa berkas yang menumpuk di meja kerjanya.
"Zahra, hari ini jadwal saya apa saja?" tanya Pak Erwin yang tiba-tiba telah berdiri di depan mejanya.
"Pagi ini jadwal Bapak inspeksi bagian pemasaran, Pak. Selanjutnya, ada janji meeting sekalian makan siang dengan perwakilan dari PT. Antara. Itu saja, Pak jadwal hari ini." Zahra membacakan semua agenda dengan tegas dan sopan.
"Baiklah. Apa berkas ini sudah kamu cek semua?" tanya Pak Erwin menunjuk dua tumpukan berkas di meja Zahra.
"Baru selesai beberapa file, Pak," jawab Zahra menunduk.
"Sebelum saya inspeksi bawa semua laporan itu ke ruangan saya."
"Baik, Pak."
Pak Erwin berlalu meninggalkan Zahra dan memasuki ruangannya. Lalu ia segera menyelesaikan tumpukan file yang belum dia cek. Tiga puluh menit berlalu akhirnya ia merampungkan pekerjaannya. Degera dibawanya tumpukan file tersebut ke ruangan Pak Erwin.
"Permisi, Pak. Ini file yang harus anda tanda tangani." Gadis itu menyerahkan file yang dibawanya setelah mendapat izin masuk.
"Baiklah. Sepuluh menit lagi kita akan inspeksi," kata Pak Erwin.
"Baik, Pak," jawab Zahra.
Setelah itu Zahra pamit keluar dan kembali ke tempatnya bekerja. Merapikan mejanya dan menyiapkan beberapa hal yang harus dia bawa. Jangan lupakan buku catatan. Benda kecil itu segera dia masukkan ke dalam tas.
Tepat setelah Zahra selesai menyiapkan semuanya, Pak Erwin keluar dari ruangannya melewati mejanya dan memberi isyarat untuk mengikutinya.
Zahra bergegas mengikuti atasannya dengan berjalan di belakang Pak Erwin. Dia menekan tombol lift menuju lantai dasar begitu tiba di depan pintu lift.
Pak Erwin memasuki salah satu ruangan yang adalah baseman dari difisi pemasaran. Pak Erwin hanya berjalan mengitari mereka. Tak lama menejer pemasaran menghampiri direktur tersebut.
Tugas Zahra adalah mencatat poin-poin yang mereka bicarakan, sesekali menimpali obrolan jika memang dimintai pendapat.
Cukup lama mereka membahas tentang pemasaran produk, hingga tak terasa sudah hampir jam makan siang.
"Maaf, Pak. Jam makan siang ini anda ditunggu perwakilan dari PT. Antara," ucap Zahra mengingatkan.
"Oke. Temani saya," jawab Pak Erwin.
"Baik, Pak."
Keduanya keluar dari ruangan itu meninggalkan para staf yang sebenarnya dari tadi terlihat tegang di mata Zahra.
Pak Erwin kembali ke ruangannya dan meninta Zahra untuk menunggunya di lobi. Zahra mengangguk sebagai jawaban dan berjalan menuju meja resepsionis yang ada di sana.
"Mau makan siang di mana, Ra?" tanya Alia begitu Zahra ada di depannya.
"Pak Bos minta temenin makan siang bareng Antara." jawab Zahra lesu.
"Ra, emang kamu gak bosen tuh ketemu muka datarnya Pak Erwin tiap hari? Makan siang aja juga sama beliau. Pantesan kamu gak laku-laku. Orang pada sibuk pedekate waktu jam makan siang lah kamunya nemenin bapak muka datar mulu tiap hari," oceh Alia.
"Kenapa bawa-bawa status juga sih. Sendirinya juga masih belum laku kan," balas Zahra dengan senyum mengejek.
"Yee, kaga tahu dia. Aku tuh ada gebetan ya. Kamu tuh yang jones!" ejek Alia balik.
"Udah sono buru pergi, tuh Pak Bos udah keliatan." Alia mengedikkan dagu ke arah lift. Zahra menolehkan pandangannya dan melihat atasannya berjalan ke arahnya.
"Ya udah, jalan dulu ya." Zahra berpamitan pada Alia. Alia mengangguk hormat saat Pak Erwin melewatinya.
*******
Rapat dengan PT Antara berjalan dengan lancar meskipun memerlukan waktu yang cukup lama. Setelah rapat selesai Zahra masih harus kembali ke kantor. Menyalin semua hasil rapat untuk segera diserahkan pada sang atasan.
Ia memasuki kantor dengan tergesa. Mengingat jam pulang sebentar lagi, dia juga tidak mau jika harus lembur apalagi membawa pulang pekerjaan kantor dan dikerjakan di rumah.
"Lembur, Ra?" Sapa Bian, salah satu temannya di kantor.
"Maunya sih enggak, Bi. Aku ke atas dulu ya," pamitnya begitu lift terbuka.
Dia segera menyalakan komputernya begitu duduk di kursinya. Mencatata semua poin yang didapat hari ini. Dengan cekatan Zahra mengetik setiap huruf-huruf pada keyboard.
Sedang seriusnya mengerjakan tiba-tiba ponselnya berdering keras menandakan ada panggilan masuk.
Bian
Begitu nama yang tertera pada layar ponselnya. Dia mengangkat panggilan itu dan menyelipkannya di antara telinga dan bahunya. Dengan tetap melanjutkan mengetik.
"Ada apa, Bi?" sapa Zahra.
"Masih di kantor?" sapanya di seberang sana.
"Iya."
"Mau aku temenin? kebetulan ini aku masih di kantor."
"Ngga usah, Bi. Ini mau kelar kok. Kamu duluan aja."
"Kamu yakin? Ini sudah malam. biar aku antar pulang sekalian."
"Ngga perlu Bi. Aku bawa mobil. Aku lanjut dulu ya, Bi."
"Ya sudah kalau begitu."
Zahra kembali meletakkan ponselnya di atas meja dan melanjutkan sisa pekerjaannya. Dia tau, Bian sebenarnya menaruh perhatian lebih padanya, tetapi gadis itu pura-pura tidak mengetahuinya.
Tepat setengah tujuh malam ia menyelesaikan semua pekerjaannya. Lewat satu setengah jam dari jam pulang kerjanya. Gadis itu segera bergegas merapikan barang-barangnya.
Dengan tergesa ia berjalan menuju lift. Karena di ruangan itu hanya ada dirinya. Setelah lift terbuka dia segera masuk dan memencet tombol lantai dasar.
Sejujurnya Zahra takut sendirian, tetapi sebisa mungkin dia menyembunyikan hal itu. Dia tak ingin orang lain tahu. Zahra merasa lift berjalan sangat lamban. Segera gadis itu keluar dan berjalan cepat menuju pintu keluar lobi.
"Loh! Lembur, Mbak?" sapa satpam yang sedang berada di depan gedung.
"Iya, Pak. Mari Pak." Zahra bergegas memasuki mobilnya dan nenancap gas untuk pulang.
*******
BAB 1 done.
gimana menurut kalian? kalo ada masukan silahkan komen atau chat pribadi di akunku ya..
terima kasih sudah membaca..
aku harap kalian suka
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Rhesel Zafino
baru nyoba baca kak,,nyimak🤔🤔🤔🤔
2020-09-21
1
🎯Pak Guru📝📶
Like Karyamu
Feedback ya
Pendekar Tak Pernah Kalah.
2020-09-16
1
Asih Sunkar
lagi
2020-09-11
1