Akhirnya aku bisa up..
Aku bikin part ini nyempet-nyempetin banget.
Tugas aku di dunia nyata lagi numpuk dan gabisa di tinggal.
Semoga kalian suka sama bab ini.
Jangan lupa pencet jempolnya yaa...
Selamat membaca...
Happy reading semuanyaa..
**********
Seminggu berlalu semenjak tanpa sengaja Zahra bertemu dengan Ega. Sepulang dari kafe ia terus menerus menangis, membuat semua anggota keluarganya panik. Dua hari Zahra mengurung diri di dalam kamar, dan selama satu minggu Zahra absen dari pekerjaannya untuk menenangkan piriran.
Hari ini ia mulai kembali bekerja. Meskipun dalam dirinya ada rasa was-was bertemu dengan Ega. Padahal sedari dulu ia mengharapkan mereka bertemu kembali. Namun, nyatanya ketika mereka dipertemukan, justru Zahra merasa takut bertemu dengan Ega. Dalam pikiran Zahra ingatan ia ditinggalkan Ega kembali terngiang-ngiang.
"Pagi Tante, Zahra udah siap?" sapa Rio pada tantenya yang tak lain bundanya Zahra.
"Masih di atas. Mungkin masih siap-siap. Tunggu saja sambil sarapan," balas Tante Ratih, bunda Zahra.
"Udah sarapan, Tan. Aku tunggu di depan aja ya," pamit Rio dan berjalan menuju ruang tengah.
Atas permintaan Zahra, Rio akan antar jemput Zahra sementara waktu.
Zahra menuruni tangga dan mendapati adik sepupunya tengah asik menonton berita pagi di ruang tengah.
"Udah lama, Yo?" tanya Zahra.
"Barusan dateng. Buruan gih sarapan," kata Rio tanpa menoleh Zahra yang berada di belakangnya.
Gadis itu segera menuju dapur untuk sarapan. Beberapa saat kemudian ia kembali ke ruang tengah menghampiri Rio dan mengajaknya berangkat.
"Gimana perasaan kamu?" tanya Rio memulai pembicaraan sambil berkendara.
"Sudah lebih baik," jawab Zahra.
"Sudah siap buat ketemu dia?"
"Entah. Kamu tau? Saat lihat dia rasanya seperti mimpi. Aku takut dia akan menghilang saat aku bangun."
"Dia ada di sini, dia kembali, cobalah untuk menemuinya, agar kamu tau perasaanmu yang sesungguhnya."
"Akan kucoba."
"Kapanpun kamu ingin, aku siap menemanimu. Aku sudah bertemu dengannya dan memberinya sedikit pelajaran."
"Kamu menghajarnya?"
"Hanya sedikit."
"Apa dia baik-baik saja?"
"Bahkan dia sangat baik untuk ku hajar lagi. Dia mengakui kesalahannya, dan ingin memperbaikinya denganmu."
Zahra diam tak menjawab perkataan Rio. Ia menyandarkan punggungnya pada kursi dan menatap lurus ke arah jalanan.
"Jangan terlalu dipikirkan. Meskipun tanpanya kamu tau Ra, aku dan yang lainnya sangat menyayangimu," kata Rio lagi.
Zahra tesenyum dan mengangguk pada Rio sebagai jawaban. Setelah itu terjadi keheningan cukup lama sampai tiba di pelataran kantor.
Rio menghentikan mobilnya tepat di depan pintu lobi. Setelah berpamitan pada Rio, Zahra segera keluar dari mobil dan berjalan masuk.
"Pagi Ra. Udah sehat?" sapa Syifa yang baru saja selesai melakukan finger.
"Udah, Syif. Thanks ya udah gantiin aku selama aku ga masuk," ucap Zahra tulus.
"Santai aja, Ra. Untung Pak Bos ga banyak maunya," kata Syifa lagi.
"Syukurlah. Jadwal Pak Bos hari ini sudah ada kan, Syif?" tanya Zahra memastikan.
"Udah. Aku catat di buku catatan kamu yang biasanya."
"Makasih banyak ya." Zahra menggandeng Syifa menuju lift.
"Kamu baik-baik aja kan, Ra? Kemarin waktu kamu ga masuk, Pak Erwin sempet ketemu sama Ega, dan kerja sama mereka berlanjut," ucap Syifa hati-hati.
Syifa tau apa yang telah menimpa Zahra minggu lalu. Ia adalah salah satu teman SMP Zahra, meskipun mereka beda SMA tapi pertemanan mereka berjalan baik sampai sekarang.
Zahra menghentikan langkahnya dan menoleh pada Syifa dengan tatapan bertanya.
"Iya, Ra. Aku serius. Semoga kamu baik-baik aja ya, aku ga bisa bantu apa-apa, keputusan juga ada di tangan Pak Erwin," ucap Syifa dengan penuh penyesalan karena tak bisa melakukan apapun.
Zahra tersenyum menenangkan, ia menggandeng lengan Syifa dan mengajaknya masuk ke dalam lift. mereka memencet tombol yang berbeda, Syifa menuju lantai dua dan Zahra lantai tiga.
"Thanks, Syif. Kamu udah kasih tau aku. Jadi, aku bisa mempersiapkan diri. Aku tau ini bukan mimpi, apapun yang terjadi nanti aku akan berusaha mengatasinya," ucap Zahra sungguh-sungguh.
Syifa tersenyum dan mengangguk pada Zahra. Ia memeluk Zahra memberi semangat untuknya.
lift berhenti di lantai dua dan Syifa berpamitan terlebih dahulu. Setelah pintu kembali tertutup lift itu membawa Zahra menuju lantai tiga.
********
ZAHRA
Seharian ini pekerjaanku hanya berpusat dengan file-file yang menumpuk dimejaku. Selama aku ngga masuk sepertinya Syifa tak sempat menyelesaikan file-file ini.
Satu file yang menarik perhatianku. Di dalam file itu ada namanya. Lelaki yang membuatku seperti orang gila akhir-akhir ini.
File itu berisi kerja sama anata perusaan tempatku bekerja dengan salah satu perusaan yang baru berkembang di kota ini. dan perusaahan itu mengirim Ega sebagai penanggungjawab kerja sama dadi kantor mereka.
Setelah meneneliti isi file itu, aku meletakkan pada tumpukan file yang harus aku bawa ke ruangan Pak Erwin.
Setelah tumpukan file itu selesai. Kubawa semuanya ke ruangan Pak Erwin, ku letakkan di atas mejanya dan aku segera keluar.
Aku kembali berkutat dengan komputer untuk menyelesaikan tugas-tugas yang kutinggalkan seminggu ini. Sangat melelahkan.
Dering ponsel mengalihkan fokusku dari komputer. Aku melihat pada layar tertera nama Syifa. Segera ku angkat panggilan itu.
"Iya, Syif?"
"Nggak turun? udah jam makan siang nih," ucap Syifa di seberang sana.
"Oke sebentar lagi turun. Tunggu ya."
"Oke. Aku tunggu di tempatnya Alia."
Setelah sambungan terputus aku segera mematikan komputer dan beranjak turun. Saat pintu lift terbuka aku segera masuk dan memencet tombol lantai dasar. Keluar dari lift aku melihat Syifa dan Alia sedang mengobrol.
"Maaf ya, nunggu lama," sapaku pada mereka.
"Ya udah yuk, jalan!" ajak Alia yang telah siap untuk keluar kantor.
"Ini mau makan di mana?" tanyaku.
"Alia mau makan padang katanya," jawab Syifa.
"Huh! Lumayan jauh itu mah," gerutuku.
"Tenang, bawa mobil kok," kata Alia.
"Ya udah, ayo. Keburu habis jam istirahatnya," kata Syifa.
Kami bertiga berjalan menuju mobil Alia. Aku memilih duduk di belakang sementara Syifa samping Alia yang mengemudi.
"Padahal kalo kita jalan kaki palingan cuma sepuluh menitan deh dari kantor," ucap Syifa.
"Panasnya yang bikin engga betah," timpal Alia.
Aku hanya diam memperhatikan mereka. Dan memang benar, Tak sampai lima menit mobil berhenti di depan rumah makan padang. Kami bertiga turun dan memasuki rumah makan tersebut.
Aku memesan nasi sayur udang kesukaanku dan minuman teh manis tanpa es. Aku alergi makanan dingin. Setelah semuanya memesan kami mencari tempat yang nyaman untuk makan.
*******
Setelah makan siang kami segera kembali ke kantor. Aku langsung menuju ruanganku. Kembali melanjutkan pekerjaan yang masih belum selesai.
Telepon di mejaku berbunyi dan mengharuskan aku mengangkatnya. Tanpa menoleh pada telepon itu aku mengambilnya dan mengapitkan di antara telinga dan bahuku.
"Ya, halo?" ucapku
"Maaf, Bu Zahra. Ada tamu yang ingin bertemu dengan Pak Erwin." ucap penelpon di ujung sana.
"Bapak sedang tidak ada di kantor. Siapa yang ingin bertemu, biar kubuatkan janji terlebih dahulu."
"Bapak Ega dari Nusantara, bu."
Deg!
"Y-ya, bilang padanya nanti kita akan menghubungi kembali," ucapku terbata.
"Baik, Bu."
********
Semoga kalian suka yaa.. dan selalu dukung aku..
salam sayang
kiki rizki
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
ayyona
masih like 😍😎
2020-09-07
0
Wirdah K 🌹
5 like buat Kakak Author yang manis😊
2020-08-15
1
akun nonaktifkan
5 like untukmu, semngat 😁👍
Mohon mampir karyaku ya 🥺
2020-07-21
0