helloo...
aku up lagii..
happy reading ...
*******
Di dalam rumah kontrakan Ega termenung memandang jalanan dari balkon kamarnya. Sambil sesekali menghisap rokok yang tersalip di antara jari telunjuk dan jari tengahnya.
Jika dulu ia merokok pasti ada perempuan yang memarahinya habis-habisan. Tapi, karena kesalahannya beberapa tahun silam, ia kehilangan sosok itu.
Tak dipungkiri, ia sangat merindukan perempuan itu. Ingin sekali ia mengembalikan keaadan seperti enam tahun lalu. Nyatanya waktu tetap berjalan. Selama itu pula ia menggoreskan luka pada hati perempuan itu dengan sangat dalam.
Di saat ia ingin memperbaiki semuanya, penolakan ia dapatkan dari sang perempuan. Namun, ia bertekad tak akan mundur hanya dengan penolakan itu. Ia akan terus berusaha mendapatkan kepercayaan dari perempuan yang sangat ia rindukan, dan pastinya sangat ia sayangi.
Ega kembali menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya ke udara. Sudah beberapa putung rokok ia habiskan selama hampir dua jam ia berdiam di depan balkon.
Setelah menghabiskan putung terahir, Ega masuk ke dalam kamarnya, membersihkan dirinya yang terasa lengket dan bau asap rokok. Setelah mandi dan berganti pakaian ia mengambil jaket, ponsel dan kunci mobilnya. Satu tujuannya. Rumah Zahra.
******
Sampai di depan rumah Zahra, lelaki itu memencet bel rumah yang ada di sebelah kanan pintu. Tak lama pintu terbuka dan yang keluar tak lain Efelin adik Zahra.
"Cari siapa?" tanya Efelin sedikit ketus.
"Kakak kamu ada?" balas Ega sedikit gugup menghadapi gadis kecil di depannya.
"Ada. Tapi kalau ketemu sama Kak Ega kayaknya dia gak mau deh," jawab Efelin tetap dengan nada ketusnya.
"Tanyain dulu lah. Kan kamu belum tanya ke orangnya," bujuk Ega.
"Meski aku ngga tanya aku tau kok. Mbak Zahra gak mau ketemu sama Kak Ega."
"Siapa yang datang, Fel? Kok gak di suruh masuk?" suara sang bunda dari dalam rumah.
"Orang tanya alamat, Bun!" seru Efelin pada bundanya.
"Kamu gitu banget, Fel. Please! Tanyain Zahra dulu," pinta Ega memohon pada gadis kecil itu.
"Udah sana! Mbakku gak mau ketemu sama Kakak. Bye!" Setelah mengatakan itu Efelin menutup pintu dengan sedikit keras.
Ega terlongo di depan pintu yang sudah tertutup. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Ia memilih duduk di kursi teras rumah Zahra.
Dari balik jendela kamarnya, Zahra melihat mobil Ega terparkir di halaman. Tak lama, setelah itu pintu kamarnya terbuka dari luar menampakkan sosok adik kecilnya yang super ngeselin tapi dapat diandalkan disituasi yang tepat.
"Mbak, ada Kak Ega di depan," ucapnya begitu duduk di atas kasur sang kakak.
"Aku ngga mau ketemu, suruh pulang aja," jawab Zahra masih tetap memandang keluar jendela.
"Aku cuma ngasih tau, orang tadi aku nggak nyuruh dia masuk kok. Aku tutup lagi tadi pintunya. Aku bilang Mbak gak mau ketemu sama kak Ega," cerocosnya.
Pintu kamar Zahra terbuka dari luar, serentak dua gadis beda usia itu menoleh ke arah pintu. Di sana sang bunda muncul dari balik pintu.
"Nduk, di bawah ada Ega. Temuin gih," kata sang bunda.
"Iya, Bun," jawab Zahra tanpa berani membantah.
"Efel, lain kali kalo ada tamu yang datang jangan seperti itu lagi." Bunda mengingatkan anak bungsunya.
"Kok aku yang dimarahin, Bun? Kan emang Mbak gak mau ketemu sama Kak Ega," bantah gadis kecil itu.
"Meski begitu, kita harus menghormati tamu yang datang. Suruh dia masuk, kasih jamuan semampu kita," bunda menasihati anak-anaknya.
"Meski kita gak mau ketemu sama orang itu?" tanya Efelin yang diangguki sang bunda.
"Sudah, sana! Temui Ega di bawah, Ra!"
Setelah sang bunda kembali menutup pintu, kedua kakak beradik itu beranjak keluar dari kamar.
Efelin membuntuti Zahra sampai Zahra duduk di ruang tamu.
Gadis kecil itu menatap Ega dengan pandangan tak ramah. Zahra hanya diam dengan muka datarnya. Ega yang mendapat sambutan seperti itu merasa tak enak.
"Mau apa?" tanya Efelin mewakili pertanyaan Zahra.
"Mau ngobrol sama kakak kamu," jawab Ega.
"Kan udah dibilang Mbak Zahra gak mau ketemu Kakak. Dasar ngeyel."
Zahra sendiri diam tanpa berkomentar apapun.
Ega memandang Zahra dengan tatapan memohon. Hingga akhirnya Zahra sedikit tersentuh.
"Fel, kamu masuk aja. Aku gapapa kok," kata Zahra pada sang adik.
Dengan berat hati Efelin meninggalkan mereka berdua. Sebelum benar-benar pergi. Ia memberi ancaman pada Ega lewat gerakan tangan.
"Ra," panggil Ega lirih setelah mereka berdua diam cukup lama.
"Apa nggak ada kesempatan lagi, Ra?" lanjutnya.
"Kesempatan untuk apa?" jawab Zahra tanpa memandang Ega.
Ega berpindah duduk di samping Zahra, tempat yang di duduki Efelin tadi. Zahra terkejut dengan pergerakan cepat Ega reflek menggeser tubuhnya menjauhi Ega.
"Ra, aku mohon. Sekali saja beri aku kesempatan," pinta Ega berusaha memegang kedua tangan Zahra.
"Kesempatan untuk apa? Dari dulu kita nggak pernah punya hubungan spesial. Kamu hanya menganggap aku temen kamu, sama seperti yang lain," kata Zahra tetap tak mau menatap Ega.
"Kamu lebih dari itu, Ra. Kamu berarti banget buat aku, maafin aku ninggalin kamu tanpa kabar."
"Itu hak kamu. Sedari awal kita juga tidak berkomitmen untuk pacaran."
"Kamu tau, Ra. Kamu tau perasan aku meski aku ngga mengungkapkannya. Dan aku juga tau, kamu juga memiliki perasaan yang sama."
"Ya. Itu dulu. Sebelum aku kecewa karena kamu pergi gitu aja."
Sekuat hati Zahra menahan dirinya untuk tidak menangis. Semua kata yang ia ucapkan sungguhlah menyakiti hatinya sendiri. Sampai sekarang ia masih tetap mencintai lelaki yang tengah duduk di sampingnya itu.
"Kamu bohong, Ra. Kamu gak bisa bohongin aku, Ra."
"Ra, please. Kasih aku kesempatan buat memulainya lagi, karena aku yakin. Kamu kebahagiaan aku."
Ega memberanikan diri untuk memeluk Zahra. Zahra diam saja tidak membalas pelukan itu. Ia masih tetap berusaha agar tidak menangis. Meski matanya sudah berkaca-kaca siap menumpahkan air mata.
Meski tak mendapat balasan Ega tetap memeluk Zahra. Menyalurkan kerinduan yang selama ini terpendam. Sedikit berharap gadis itu mau membalas pelukannya. Namun yang ia rasakan adalah dadanya yang basah, dan terdengar isakan kecil yang tertahan.
Ega melonggarkan pelukannya. Dilihatnya wajah gadis yang sangat ia cintai itu.
"Jangan nangis, Ra," pintanya dengan mengusap lelehan air mata yang tak kunjung berhenti.
Ega kembali membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Membiarkannya menangis dalam pelukan lelaki itu. Ada rasa sakit yang juga ia rasakan melihat Zahra menangis karenanya.
*******
Hayoooo...
kira-kira Zahra kasih kesempatan gak ya buat Ega....
jawabannya di episode selanjutnya yaa..
Terimakasih sudah mendukung saya...
Salam sayang
kiki rizki
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Nunuk Pujiati 👻
jejak
2020-09-16
0
ayyona
mampir zahra 😍😎
2020-09-12
0
Angela Jasmine
Aku lanjuuuttt lagi kakak 👍👍
2020-07-05
0