Kelompok Topeng Bayangan
Disebuah desa yang cukup ramai penduduk, beberapa orang berlalu lalang. Matahari kini berada di atas kepala menunjukkan waktu siang hari.
Disebuah halaman rumah yang cukup luas, nampak seorang anak laki laki berumur sekitar 8 tahun sedang memperhatikan seorang anak laki laki berusia sekitar 13 tahun yang sedang menggunakan pedang. Anak berusia sekitar 13 tahun itu mengayunkan pedangnya ke kiri dan kanan, depan maupun belakang.
Anak laki laki berumur 8 tahun itu nampak antusias melihat kakaknya yang bermain pedang. "Kakak hebat! Aku ingin seperti kakak!"
Mendengar pujian dari adiknya membuat sang kakak berhenti bermain pedang di tangannya. Iapun berjalan kearah adiknya. Hingga akhirnya berhenti tepat di depannya.
"Hahaha, kakak memang hebat" ucap sang kakak sambil melipat tangannya di dada dengan wajah percaya diri.
Sang adik mengangguk sambil tersenyum. Hingga seorang wanita yang sangat cantik berjalan keluar dari rumah di dekat kedua saudara itu berada.
"Yi'er, Chen'er ayo makan, ibu sudah menyiapkan makan siang" ucap wanita itu sambil tersenyum kepada kedua putranya.
"Baik!" jawab keduanya.
Wanita itu pun masuk ke dalam rumah.
"Ayo Chen'er kita makan" ajak sang kakak yang langsung berjalan menuju ke rumah.
Sang adik mengangguk. Iapun mengikuti kakaknya untuk masuk ke dalam rumah.
Mereka pun kini duduk di sebuah meja makan. Di pinggiran meja makan itu terdapat 4 kursi. Kedua saudara itu duduk saling berdampingan. Sementara dihadapan mereka duduk seorang pria yang tampan dan wanita yang cantik. Mereka adalah kedua orangtua saudara kakak beradik.
Pria itu bernama Liu Hongli. Sementara itu, wanita di sampingnya bernama Li Wei.
Sementara sang kakak bernama Liu Changyi dan adiknya Liu Chen.
Di meja makan sudah terlihat hidangan hidangan yang menggugah selera.
"Ibu, tidak biasanya ibu memasak makanan sebanyak ini" ucap Liu Changyi. Lalu mengambil beberapa lauk pauk di meja makan dan meletakkan nya dipiringnya.
"Apa kamu tidak suka, Yi'er?" ucap Li Wei.
"Ahahaha, bu-bukan begitu ibu. Hanya saja biasanya ibu tak membuat makanan sebanyak ini" ucap Liu Changyi dengan gugup. Liu Chen pun nampak mengangguk mendengar apa yang dikatakan kakaknya.
"Ibu memasak banyak karna ayahmu ini memberikan uang yang lebih banyak dari biasanya. Mungkin panen kali ini lebih banyak dari biasanya bukan begitu, sayang?" ucap Li Wei sambil menatap ke sampingnya, tepatnya ke arah Liu Hongli.
Liu Hongli nampak mengunyah makanannya. Iapun mengangguk mendengar pernyataan istrinya. "Hasil panen ayah hari ini lebih banyak. Juga, semua hasil panen terjual semua"
"Ah iya,Yi'er ayah dengar nanti akan ada turnamen di kota yang cukup dekat dengan desa kita. Apa kamu ingin mengikutinya Yi'er?" ucap Liu Hongli.
"Em..tapi disana pasti banyak orang yang lebih kuat dariku. Akan sangat sulit untukku memenangkan turnamen" ucap Liu Changyi sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
"Bukankah kakak hebat? Kakak pasti menang. Siapapun lawan kakak nanti, kakak pasti bisa mengalahkannya" ucap Liu Chen sambil tersenyum menatap ke arah kakaknya. Ia sangat percaya kakaknya dapat menang.
Ia belum tau bahwa dunia ini sangatlah luas, mungkin kakaknya termasuk lebih lemah dari anak seumurannya sebab tidak adanya sumber daya yang mendukung dirinya.
"Tapi apa yang Yi'er katakan ada benarnya. Mungkin anak seumuran nya lebih kuat dari Yi'er, jadi akan sulit menang" ucap Liu Hongli.
"Tidak perlu menang, yang terpenting kau sudah berusaha Yi'er. Ibu akan mendukung apapun keputusanmu, mengikuti turnamen itu ataupun tidak. Itu terserahmu, ibu tidak akan memaksa. Jika kamu kalahpun, ibu tidak mempermasalahkannya.
Lagi pula, turnamen itu diadakan untuk memilih murid yang berbakat dari desa desa kecil seperti kita. Jadi biaya masuk pun tidak akan besar. Ayah kalian juga pasti masih memiliki uang hasil penjualan panen kali ini" ucap Li Wei sambil melirik ke arah suaminya.
"Iya, bagaimana menurutmu Yi'er? Mungkin turnamen ini pertama kalinya yang diadakan untuk orang orang desa seperti kita. Apalagi jika mendapat juara 5 besar, maka mereka akan diangkat menjadi murid di sebuah sekte Bangau putih.
Ayah juga dengar jika akan menjadi murid disana karna menang di turnamen nanti, kita tak perlu mengeluarkan biaya apapun. Karna itu termasuk hadiah yang diberikan untuk juara 5 besar. Jika kamu masuk ke sekte itu, kamu pasti menjadi kultivator yang hebat dimasa depan nanti dan membanggakan kami" ucap Liu Hongli.
"Kakak, ikut saja turnamen itu. Kakak pasti bisa menang" ucap Liu Chen.
Liu Changyi nampak berfikir sejenak hingga akhirnya mengangguk. "Baiklah, aku akan ikut turnamen. Tapi aku tidak tau dapat menang atau tidak. Namun, aku akan berusaha sebisaku" ucapnya dengan tekad kuat.
Ayah dan ibunya tersenyum. "Turnamen akan diadakan 1 minggu lagi. Jadi berlatihlah Yi'er" ucap Liu Hongli.
Liu Changyi, "Baik ayah, ibu. Aku akan berusaha".
"Kakak pasti menang. Semangat kakak, kakak pasti bisa!", Liu Chen memberikan semangat pada kakaknya itu agar menjadi lebih percaya diri.
Liu Changyi menangguk sambil tersenyum.
"Ayo cepat habiskan makanannya" kata Li Wei.
Mereka kemudian melanjutkan makannya hingga akhirnya habis.
"Uh, aku kenyang" Liu Changyi menepuk nepuk perutnya yang agak besar karna kenyang.
"Kakak makan banyak sekali, kakak akan jadi gendut nanti" Liu Chen menusuk nusukkan jari telunjuknya ke perut Liu Changyi.
"Berhenti Chen'er. Jangan ganggu kakak, sekarang kau pergi saja ke kamar"
Liu Chen mengembungkan pipinya. "Baik kakak"
Kemudian Liu Chen turun dari tempat duduknya dan pergi menuju kamar.
Hari terus berjalan dengan cepat. Hingga tak terasa sudah 1 minggu berlalu. Selama itu pula, Liu Changyi selalu berkultivasi dan berlatih memakai pedang yang agak berkarat.
Walaupun Qi disekitar tempat tinggalnya begitu tipis dan ia tak memiliki sumber daya untuk membantunya meningkatkankan kekuatan, namun Liu Changyi selalu berusaha bertambah kuat dengan berlatih bersama ayahnya.
Kini Liu Changyi, Liu Chen, Li Wei, Liu Hongli dan banyak penduduk yang berada di luar desa untuk mengantar kepergian anak anak yang akan pergi mengikuti turnamen.
"Jaga diri kakak, jangan sampai kalah kakak!", Liu Chen tersenyum.
"Iya iya, kakak pasti akan berjuang sebisa kakak", Liu Changyi mengacak acak rambut adiknya. Hingga membuat Liu Chen protes dan kesal.
"Kakak, berhenti. Rambutku jadi berantakan", protes Liu Chen sambil menepis tangan kakaknya yang ada di kepalanya saat ini.
"Hahaha, iya iya"
Kemudian Liu Changyi mengarahkan tatapannya pada ibunya. "Ibu jaga kesehatan disini. Aku akan berusaha memenangkan turnamen itu dan membuatmu bangga"
Li Wei tersenyum dan mengangguk. "Berjuanglah!"
Liu Changyi mengangguk dan tersenyum. Iapun membalikkan badannya dan menatap ayahnya. "Ayo ayah, semua orang sudah berangkat"
"Kalau begitu, ayo berangkat sekarang. Sayang, jaga Chen'er ya?", Liu Hongli melirik ke arah Li Wei.
"Pasti, aku akan menjaga Chen'er. Kau juga jaga Yi'er", Li Wei mengarahkan tatapannya pada Liu Hongli.
Liu Hongli mengangguk ketika mendengar pernyataan istrinya."Ayo Yi'er"
"Baik ayah"
Liu Hongli dan Liu Changyi mulai berjalan menjauh. Beberapa anak dengan orang tuanya juga ada di depan mereka.
Turnamen ini diikuti oleh anak anak dari desa desa yang ingin mengikuti turnamen dengan umur 10-15 tahun. Untuk mendaftar pun tidak harus membayar harga yang tinggi karna turnamen ini memang di khususkan bagi warga desa. Ini adalah pertama kalinya yang terjadi.
Li Wei dan Liu Chen beserta warga lain memandang ke arah kepergian mereka. Hingga akhirnya mereka pun mulai kembali ke rumah masing masing dan melakukan aktivitas masing masing.
"Ayo Chen'er"
"Iya ibu"
Mereka pun juga pergi kembali ke rumah.
Jam terus berganti, hari pun berganti, kemudian minggu dan akhirnya tahun berganti.
Sudah 3 tahun semenjak turnamen tersebut. Liu Changyi juga masuk ke sekte Bangau putih karna mendapat juara urutan ke 4. Walaupun sekte bangau putih hanyalah sekte aliran putih menengah, namun tetap saja itu membuat Li Wei dan Liu Hongli bangga karna anak mereka bisa menjadi murid salah satu sekte aliran putih menengah. Sebab, Qi disekitar tempat mereka berada tipis sehingga membuat seorang kultivator sulit menaikan tingkatan mereka.
Liu Changyi yang tinggal di tempat seperti itu, namun dapat menjadi murid sekte menengah pastilah cukup mengagumkan.
Liu Changyi akan pergi kembali ke rumahnya setiap setahun sekali. Kekuatan Liu Changyi juga bertambah karna mendapat sumber daya dan karna ia kini berada di tempat yang lebih banyak Qi dari pada tempatnya.
Sementara itu, Liu Chen selalu membantu orangtuanya berkebun. Liu Chen selalu diejek oleh beberapa anak yang ada di desanya.
Sebab, dantian Liu Chen merupakan dantian cacat yang membuat Liu Chen lebih lemah dari pada manusia biasa sekalipun.
Liu Chen selalu menahan amarahnya karna selalu diejek dan dicaci maki oleh beberapa anak seumurannya ataupun yang lebih tua beberapa tahun darinya. Ia juga tidak pernah mengadukannya pada orangtuanya. Karna Bagaimanapun itu memanglah kenyataannya.
Liu Chen tidak akan bisa berkultivasi.Bahkan tubuhnya lebih lemah dari manusia biasa. Sehingga ia hanya bisa membantu orangtuanya di kebun.
Tidak ada yang bisa dilakukan Liu Hongli maupun Li Wei untuk menyembukan kecacatan dantian milik Liu Chen.
Liu Changyi yang mendengar tentang dantian cacat adiknya juga tak bisa melakukan apapun. Ia tak memiliki banyak uang untuk membeli pil yang dapat menyembuhkan kecacatan dantian adiknya atau meminta seorang alkemis membuatkan pil untuk adiknya.
Namun Liu Changyi selalu berusaha mendapatkan uang yang lebih banyak dengan melakukan misi.
Kini Liu Chen sedang berjalan jalan untuk menemukan udara segar. Hari saat ini mulai sore.
"Aku ingin menjadi kuat...tapi bagaimana? Dantianku hanyalah dantian cacat" gumam Liu Chen sambil menunduk.
Ia berfikir, ia tidak bisa membanggakan kedua orangtuanya seperti Liu Chanyi.
"Hei bukankah itu Chen si sampah itu?" ucap seorang anak berusia lebih tua dari Liu Chen sambil menunjuk Liu Chen.
Teman teman disampingnya nampak menganggukkan kepala.
"Iya, itu Chen si sampah yang bahkan lebih lemah dari manusia biasa"
"Kita temui dia"
Yang lain mengangguk mendengar ucapan salah satu dari mereka.
Mereka berjumlah 5 orang berjalan menuju Liu Chen yang kini tengah sedih.Hingga mereka berdiri di depan Liu Chen seakan menghadangnya.
Liu Chen mengangkat wajahnya dan melihat ke arah 5 anak itu.
"Hei Chen si sampah, kau pergi dari sini. Kau tak boleh lewat kemari", anak laki laki dengan umur beberapa tahun diatas Liu Chen berjalan mendekat ke arah Liu Chen. Hingga berhenti ketika jaraknya sangat dekat dengan Liu Chen.
"Apa urusanmu? ini bukan jalan milikmu"kata Liu Chen.
"Hei sampah, kau jangan melawan. Sebaiknya pergi saja dari sini atau aku akan mematahkan kakimu agar kau tak dapat datang lagi ke tempat ini"
"Jika aku menjadi dirimu, aku memilih mengikuti apa yang dikatakan Shing" kata salah satu dari mereka.
Shing yang dimaksud adalah orang yang ingin mengusir Liu Chen. Namanya adalah Wang Shing.
Liu Chen tak berniat pergi dari sana. "Kenapa kalian selalu menggangguku? Aku sama sekali tak pernah menganggu kalian"
"Karna kehadiranmu menganggu kami. Aku ingin kau pergi dari sini sekarang" kata Wang Shing dengan wajah arogan.
Liu Chen hanya diam saja sambil menatap mereka berlima.
Salah satu orang dari kelima nya langsung memukul perut Liu Chen membuatnya terjatuh ke tanah sambil terbatuk.
"Huh, cepat pergi sekarang. Aku tak mau melihatmu ada disini" kata orang yang memukul Liu Chen.
"Hahaha, bahkan hanya terkena pukulan seperti itu saja kau sudah kalah" ejek yang lain. Semuanya tertawa mendengar ucapan teman mereka.
Liu Chen bangkit lagi sambil memegangi perutnya. Ia menatap orang orang dihadapannya dengan tatapan kesal.
"Ada apa? Mengapa tatapanmu seperti itu? Mau melawan? Hahaha, kau takkan bisa mengalahkan kami" ucap Wang Shing.
Liu Chen hanya bisa menggerutu dalam hati. Iapun pergi dari sana karna tak ingin melawan kelima anak itu, yang mana 3 orang diantaranya memiliki umur lebih tua darinya.
Walaupun kelima orang itu tidak berkultivasi dan merupakan manusia biasa, namun mereka memiliki tubuh yang lebih kuat dari pada Liu Chen. Karna Liu Chen memiliki dantian yang cacat membuat fisiknya menjadi lebih lemah.
"Hahaha, akhirnya dia pergi juga" kata salah satunya.
"Sial, kenapa aku harus bertemu dengan mereka" batin Liu Chen sambil berlari menuju rumahnya agar tidak diganggu lebih dari ini.
Setelah beberapa menit, akhirnya Liu Chen sampai di depan rumahnya. Ia memegang kedua lututnya seperti kelelahan.
Hingga tiba tiba Li Wei berjalan menuju keluar rumah. Saat melihat anaknya yang terlihat kelelahan, iapun menghampirinya dan memegang kedua pundaknya. "Chen'er, ada apa?"
Liu Chen mengangkat wajahnya dan menatap ibunya. Ia menggelengkan kepala. "Aku hanya lelah ibu, karna berlari"
"Hm? Kenapa berlari larian seperti itu? Apa yang terjadi Chen'er?"
Liu Chen menggelengkan kepalanya sambil menatap wajah ibunya.
"Jika ada sesuatu, katakan saja pada ibu atau ayahmu. Kami tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu. Kau dengar Chen'er?"
"Iya ibu", Liu Chen menganggukkan kepalanya.
"Baiklah, sekarang ayo masuk. Hari sudah mulai malam"
Liu Chen mengangguk. Ia kemudian masuk ke dalam rumah mengikuti ibunya dari belakang.
Liu Chen bersyukur dalam hati karna memiliki orangtua yang masih peduli padanya. Walaupun mereka sudah mengetahui bahwa dirinya memiliki dantian yang cacat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Tiana
lagi
2023-09-12
0
Tiana
hmm.. lanjut
2023-09-08
0
camad CN
maju terus
2022-06-05
0