Disebuah desa yang cukup ramai penduduk, beberapa orang berlalu lalang. Matahari kini berada di atas kepala menunjukkan waktu siang hari.
Disebuah halaman rumah yang cukup luas, nampak seorang anak laki laki berumur sekitar 8 tahun sedang memperhatikan seorang anak laki laki berusia sekitar 13 tahun yang sedang menggunakan pedang. Anak berusia sekitar 13 tahun itu mengayunkan pedangnya ke kiri dan kanan, depan maupun belakang.
Anak laki laki berumur 8 tahun itu nampak antusias melihat kakaknya yang bermain pedang. "Kakak hebat! Aku ingin seperti kakak!"
Mendengar pujian dari adiknya membuat sang kakak berhenti bermain pedang di tangannya. Iapun berjalan kearah adiknya. Hingga akhirnya berhenti tepat di depannya.
"Hahaha, kakak memang hebat" ucap sang kakak sambil melipat tangannya di dada dengan wajah percaya diri.
Sang adik mengangguk sambil tersenyum. Hingga seorang wanita yang sangat cantik berjalan keluar dari rumah di dekat kedua saudara itu berada.
"Yi'er, Chen'er ayo makan, ibu sudah menyiapkan makan siang" ucap wanita itu sambil tersenyum kepada kedua putranya.
"Baik!" jawab keduanya.
Wanita itu pun masuk ke dalam rumah.
"Ayo Chen'er kita makan" ajak sang kakak yang langsung berjalan menuju ke rumah.
Sang adik mengangguk. Iapun mengikuti kakaknya untuk masuk ke dalam rumah.
Mereka pun kini duduk di sebuah meja makan. Di pinggiran meja makan itu terdapat 4 kursi. Kedua saudara itu duduk saling berdampingan. Sementara dihadapan mereka duduk seorang pria yang tampan dan wanita yang cantik. Mereka adalah kedua orangtua saudara kakak beradik.
Pria itu bernama Liu Hongli. Sementara itu, wanita di sampingnya bernama Li Wei.
Sementara sang kakak bernama Liu Changyi dan adiknya Liu Chen.
Di meja makan sudah terlihat hidangan hidangan yang menggugah selera.
"Ibu, tidak biasanya ibu memasak makanan sebanyak ini" ucap Liu Changyi. Lalu mengambil beberapa lauk pauk di meja makan dan meletakkan nya dipiringnya.
"Apa kamu tidak suka, Yi'er?" ucap Li Wei.
"Ahahaha, bu-bukan begitu ibu. Hanya saja biasanya ibu tak membuat makanan sebanyak ini" ucap Liu Changyi dengan gugup. Liu Chen pun nampak mengangguk mendengar apa yang dikatakan kakaknya.
"Ibu memasak banyak karna ayahmu ini memberikan uang yang lebih banyak dari biasanya. Mungkin panen kali ini lebih banyak dari biasanya bukan begitu, sayang?" ucap Li Wei sambil menatap ke sampingnya, tepatnya ke arah Liu Hongli.
Liu Hongli nampak mengunyah makanannya. Iapun mengangguk mendengar pernyataan istrinya. "Hasil panen ayah hari ini lebih banyak. Juga, semua hasil panen terjual semua"
"Ah iya,Yi'er ayah dengar nanti akan ada turnamen di kota yang cukup dekat dengan desa kita. Apa kamu ingin mengikutinya Yi'er?" ucap Liu Hongli.
"Em..tapi disana pasti banyak orang yang lebih kuat dariku. Akan sangat sulit untukku memenangkan turnamen" ucap Liu Changyi sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
"Bukankah kakak hebat? Kakak pasti menang. Siapapun lawan kakak nanti, kakak pasti bisa mengalahkannya" ucap Liu Chen sambil tersenyum menatap ke arah kakaknya. Ia sangat percaya kakaknya dapat menang.
Ia belum tau bahwa dunia ini sangatlah luas, mungkin kakaknya termasuk lebih lemah dari anak seumurannya sebab tidak adanya sumber daya yang mendukung dirinya.
"Tapi apa yang Yi'er katakan ada benarnya. Mungkin anak seumuran nya lebih kuat dari Yi'er, jadi akan sulit menang" ucap Liu Hongli.
"Tidak perlu menang, yang terpenting kau sudah berusaha Yi'er. Ibu akan mendukung apapun keputusanmu, mengikuti turnamen itu ataupun tidak. Itu terserahmu, ibu tidak akan memaksa. Jika kamu kalahpun, ibu tidak mempermasalahkannya.
Lagi pula, turnamen itu diadakan untuk memilih murid yang berbakat dari desa desa kecil seperti kita. Jadi biaya masuk pun tidak akan besar. Ayah kalian juga pasti masih memiliki uang hasil penjualan panen kali ini" ucap Li Wei sambil melirik ke arah suaminya.
"Iya, bagaimana menurutmu Yi'er? Mungkin turnamen ini pertama kalinya yang diadakan untuk orang orang desa seperti kita. Apalagi jika mendapat juara 5 besar, maka mereka akan diangkat menjadi murid di sebuah sekte Bangau putih.
Ayah juga dengar jika akan menjadi murid disana karna menang di turnamen nanti, kita tak perlu mengeluarkan biaya apapun. Karna itu termasuk hadiah yang diberikan untuk juara 5 besar. Jika kamu masuk ke sekte itu, kamu pasti menjadi kultivator yang hebat dimasa depan nanti dan membanggakan kami" ucap Liu Hongli.
"Kakak, ikut saja turnamen itu. Kakak pasti bisa menang" ucap Liu Chen.
Liu Changyi nampak berfikir sejenak hingga akhirnya mengangguk. "Baiklah, aku akan ikut turnamen. Tapi aku tidak tau dapat menang atau tidak. Namun, aku akan berusaha sebisaku" ucapnya dengan tekad kuat.
Ayah dan ibunya tersenyum. "Turnamen akan diadakan 1 minggu lagi. Jadi berlatihlah Yi'er" ucap Liu Hongli.
Liu Changyi, "Baik ayah, ibu. Aku akan berusaha".
"Kakak pasti menang. Semangat kakak, kakak pasti bisa!", Liu Chen memberikan semangat pada kakaknya itu agar menjadi lebih percaya diri.
Liu Changyi menangguk sambil tersenyum.
"Ayo cepat habiskan makanannya" kata Li Wei.
Mereka kemudian melanjutkan makannya hingga akhirnya habis.
"Uh, aku kenyang" Liu Changyi menepuk nepuk perutnya yang agak besar karna kenyang.
"Kakak makan banyak sekali, kakak akan jadi gendut nanti" Liu Chen menusuk nusukkan jari telunjuknya ke perut Liu Changyi.
"Berhenti Chen'er. Jangan ganggu kakak, sekarang kau pergi saja ke kamar"
Liu Chen mengembungkan pipinya. "Baik kakak"
Kemudian Liu Chen turun dari tempat duduknya dan pergi menuju kamar.
Hari terus berjalan dengan cepat. Hingga tak terasa sudah 1 minggu berlalu. Selama itu pula, Liu Changyi selalu berkultivasi dan berlatih memakai pedang yang agak berkarat.
Walaupun Qi disekitar tempat tinggalnya begitu tipis dan ia tak memiliki sumber daya untuk membantunya meningkatkankan kekuatan, namun Liu Changyi selalu berusaha bertambah kuat dengan berlatih bersama ayahnya.
Kini Liu Changyi, Liu Chen, Li Wei, Liu Hongli dan banyak penduduk yang berada di luar desa untuk mengantar kepergian anak anak yang akan pergi mengikuti turnamen.
"Jaga diri kakak, jangan sampai kalah kakak!", Liu Chen tersenyum.
"Iya iya, kakak pasti akan berjuang sebisa kakak", Liu Changyi mengacak acak rambut adiknya. Hingga membuat Liu Chen protes dan kesal.
"Kakak, berhenti. Rambutku jadi berantakan", protes Liu Chen sambil menepis tangan kakaknya yang ada di kepalanya saat ini.
"Hahaha, iya iya"
Kemudian Liu Changyi mengarahkan tatapannya pada ibunya. "Ibu jaga kesehatan disini. Aku akan berusaha memenangkan turnamen itu dan membuatmu bangga"
Li Wei tersenyum dan mengangguk. "Berjuanglah!"
Liu Changyi mengangguk dan tersenyum. Iapun membalikkan badannya dan menatap ayahnya. "Ayo ayah, semua orang sudah berangkat"
"Kalau begitu, ayo berangkat sekarang. Sayang, jaga Chen'er ya?", Liu Hongli melirik ke arah Li Wei.
"Pasti, aku akan menjaga Chen'er. Kau juga jaga Yi'er", Li Wei mengarahkan tatapannya pada Liu Hongli.
Liu Hongli mengangguk ketika mendengar pernyataan istrinya."Ayo Yi'er"
"Baik ayah"
Liu Hongli dan Liu Changyi mulai berjalan menjauh. Beberapa anak dengan orang tuanya juga ada di depan mereka.
Turnamen ini diikuti oleh anak anak dari desa desa yang ingin mengikuti turnamen dengan umur 10-15 tahun. Untuk mendaftar pun tidak harus membayar harga yang tinggi karna turnamen ini memang di khususkan bagi warga desa. Ini adalah pertama kalinya yang terjadi.
Li Wei dan Liu Chen beserta warga lain memandang ke arah kepergian mereka. Hingga akhirnya mereka pun mulai kembali ke rumah masing masing dan melakukan aktivitas masing masing.
"Ayo Chen'er"
"Iya ibu"
Mereka pun juga pergi kembali ke rumah.
Jam terus berganti, hari pun berganti, kemudian minggu dan akhirnya tahun berganti.
Sudah 3 tahun semenjak turnamen tersebut. Liu Changyi juga masuk ke sekte Bangau putih karna mendapat juara urutan ke 4. Walaupun sekte bangau putih hanyalah sekte aliran putih menengah, namun tetap saja itu membuat Li Wei dan Liu Hongli bangga karna anak mereka bisa menjadi murid salah satu sekte aliran putih menengah. Sebab, Qi disekitar tempat mereka berada tipis sehingga membuat seorang kultivator sulit menaikan tingkatan mereka.
Liu Changyi yang tinggal di tempat seperti itu, namun dapat menjadi murid sekte menengah pastilah cukup mengagumkan.
Liu Changyi akan pergi kembali ke rumahnya setiap setahun sekali. Kekuatan Liu Changyi juga bertambah karna mendapat sumber daya dan karna ia kini berada di tempat yang lebih banyak Qi dari pada tempatnya.
Sementara itu, Liu Chen selalu membantu orangtuanya berkebun. Liu Chen selalu diejek oleh beberapa anak yang ada di desanya.
Sebab, dantian Liu Chen merupakan dantian cacat yang membuat Liu Chen lebih lemah dari pada manusia biasa sekalipun.
Liu Chen selalu menahan amarahnya karna selalu diejek dan dicaci maki oleh beberapa anak seumurannya ataupun yang lebih tua beberapa tahun darinya. Ia juga tidak pernah mengadukannya pada orangtuanya. Karna Bagaimanapun itu memanglah kenyataannya.
Liu Chen tidak akan bisa berkultivasi.Bahkan tubuhnya lebih lemah dari manusia biasa. Sehingga ia hanya bisa membantu orangtuanya di kebun.
Tidak ada yang bisa dilakukan Liu Hongli maupun Li Wei untuk menyembukan kecacatan dantian milik Liu Chen.
Liu Changyi yang mendengar tentang dantian cacat adiknya juga tak bisa melakukan apapun. Ia tak memiliki banyak uang untuk membeli pil yang dapat menyembuhkan kecacatan dantian adiknya atau meminta seorang alkemis membuatkan pil untuk adiknya.
Namun Liu Changyi selalu berusaha mendapatkan uang yang lebih banyak dengan melakukan misi.
Kini Liu Chen sedang berjalan jalan untuk menemukan udara segar. Hari saat ini mulai sore.
"Aku ingin menjadi kuat...tapi bagaimana? Dantianku hanyalah dantian cacat" gumam Liu Chen sambil menunduk.
Ia berfikir, ia tidak bisa membanggakan kedua orangtuanya seperti Liu Chanyi.
"Hei bukankah itu Chen si sampah itu?" ucap seorang anak berusia lebih tua dari Liu Chen sambil menunjuk Liu Chen.
Teman teman disampingnya nampak menganggukkan kepala.
"Iya, itu Chen si sampah yang bahkan lebih lemah dari manusia biasa"
"Kita temui dia"
Yang lain mengangguk mendengar ucapan salah satu dari mereka.
Mereka berjumlah 5 orang berjalan menuju Liu Chen yang kini tengah sedih.Hingga mereka berdiri di depan Liu Chen seakan menghadangnya.
Liu Chen mengangkat wajahnya dan melihat ke arah 5 anak itu.
"Hei Chen si sampah, kau pergi dari sini. Kau tak boleh lewat kemari", anak laki laki dengan umur beberapa tahun diatas Liu Chen berjalan mendekat ke arah Liu Chen. Hingga berhenti ketika jaraknya sangat dekat dengan Liu Chen.
"Apa urusanmu? ini bukan jalan milikmu"kata Liu Chen.
"Hei sampah, kau jangan melawan. Sebaiknya pergi saja dari sini atau aku akan mematahkan kakimu agar kau tak dapat datang lagi ke tempat ini"
"Jika aku menjadi dirimu, aku memilih mengikuti apa yang dikatakan Shing" kata salah satu dari mereka.
Shing yang dimaksud adalah orang yang ingin mengusir Liu Chen. Namanya adalah Wang Shing.
Liu Chen tak berniat pergi dari sana. "Kenapa kalian selalu menggangguku? Aku sama sekali tak pernah menganggu kalian"
"Karna kehadiranmu menganggu kami. Aku ingin kau pergi dari sini sekarang" kata Wang Shing dengan wajah arogan.
Liu Chen hanya diam saja sambil menatap mereka berlima.
Salah satu orang dari kelima nya langsung memukul perut Liu Chen membuatnya terjatuh ke tanah sambil terbatuk.
"Huh, cepat pergi sekarang. Aku tak mau melihatmu ada disini" kata orang yang memukul Liu Chen.
"Hahaha, bahkan hanya terkena pukulan seperti itu saja kau sudah kalah" ejek yang lain. Semuanya tertawa mendengar ucapan teman mereka.
Liu Chen bangkit lagi sambil memegangi perutnya. Ia menatap orang orang dihadapannya dengan tatapan kesal.
"Ada apa? Mengapa tatapanmu seperti itu? Mau melawan? Hahaha, kau takkan bisa mengalahkan kami" ucap Wang Shing.
Liu Chen hanya bisa menggerutu dalam hati. Iapun pergi dari sana karna tak ingin melawan kelima anak itu, yang mana 3 orang diantaranya memiliki umur lebih tua darinya.
Walaupun kelima orang itu tidak berkultivasi dan merupakan manusia biasa, namun mereka memiliki tubuh yang lebih kuat dari pada Liu Chen. Karna Liu Chen memiliki dantian yang cacat membuat fisiknya menjadi lebih lemah.
"Hahaha, akhirnya dia pergi juga" kata salah satunya.
"Sial, kenapa aku harus bertemu dengan mereka" batin Liu Chen sambil berlari menuju rumahnya agar tidak diganggu lebih dari ini.
Setelah beberapa menit, akhirnya Liu Chen sampai di depan rumahnya. Ia memegang kedua lututnya seperti kelelahan.
Hingga tiba tiba Li Wei berjalan menuju keluar rumah. Saat melihat anaknya yang terlihat kelelahan, iapun menghampirinya dan memegang kedua pundaknya. "Chen'er, ada apa?"
Liu Chen mengangkat wajahnya dan menatap ibunya. Ia menggelengkan kepala. "Aku hanya lelah ibu, karna berlari"
"Hm? Kenapa berlari larian seperti itu? Apa yang terjadi Chen'er?"
Liu Chen menggelengkan kepalanya sambil menatap wajah ibunya.
"Jika ada sesuatu, katakan saja pada ibu atau ayahmu. Kami tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu. Kau dengar Chen'er?"
"Iya ibu", Liu Chen menganggukkan kepalanya.
"Baiklah, sekarang ayo masuk. Hari sudah mulai malam"
Liu Chen mengangguk. Ia kemudian masuk ke dalam rumah mengikuti ibunya dari belakang.
Liu Chen bersyukur dalam hati karna memiliki orangtua yang masih peduli padanya. Walaupun mereka sudah mengetahui bahwa dirinya memiliki dantian yang cacat.
Malam harinya, Liu Chen tidur lebih awal karna lelah membantu orangtuanya di kebun siang tadi.
Krrakk
Liu Chen membuka matanya kala merasakan sakit di tubuhnya. Ia menggertakkan giginya agar tidak berteriak.
Rasa sakit itu semakin terasa lebih menyakitkan membuat Liu Chen duduk dari posisi berbaringnya.
"A-apa yang terjadi agghh", Liu Chen menggertakkan giginya kembali.
Tak lama, ia memuntahkan seteguk darah dari mulutnya. Liu Chen memeluk tubuhnya sendiri akibat sakit yang terasa lebih menyakitkan setiap detiknya.
Satu detik bagaikan satu menit bagi Liu Chen saat ini. Liu Chen berteriak kesakitan, ia tak bisa menahan teriakan itu kala rasa sakit semakin bertambah.
"Aarrkkhh"
Li Wei dan Liu Hongli yang berada di kamar sebelah langsung bergegas menuju ke kamar Liu Chen karna mendengar teriakannya.
Ketika mereka masuk ke dalam kamar Liu Chen, mereka terkejut mendapati Liu Chen yang berada di lantai sambil memeluk tubuhnya sendiri dan mengerang kesakitan.
"Chen'er ada apa? Apa yang terjadi padamu Chen'er?!" ucap Li Wei dengan panik. Ia memangku kepala anaknya itu di pangkuannya.
Liu Hongli pun mendekat dan duduk disamping Li Wei. "Chen'er apa yang terjadi?"
"Arrkkhh"
Liu Chen tidak bisa menjawabnya. Ia tidak bisa mendengar jelas apa yang ibu dan ayahnya katakan karna masih mencoba menahan rasa sakit itu.
Liu Chen kembali memuntahkan darah yang membuat kedua orang tuanya makin khawatir.
"Chen'er!"
Liu Chen menggertakkan giginya dan menahan sakit yang dirasakannya tiba tiba.
Setelah lebih dari 10 menit, akhirnya rasa sakit itu perlahan mereda, membuat Liu Chen agak lega. Nafasnya tersengga sengga karna lelah.
Hingga tiba tiba Liu Chen langsung pingsan di pangkuan ibunya.
"Chen'er!" ucap ibunya sambil memegang pipi Liu Chen.
"Aku akan pindahkan Chen'er ke tempat tidurnya" ucap Liu Hongli sambil mengambil Liu Chen dari Li Wei.
Li Wei hanya mengangguk dan menyerahkan Liu Chen.
Kemudian, Liu Hongli membaringkan tubuh Liu Chen di tempat tidur. Dibaju Liu Chen terdapat bercak darah karna beberapa kali memuntahkan darah.
Lin Wei, "Aku akan memakaikan pakaian yang baru untuk Chen'er"
Lin Wei mengambil pakaian di dalam lemari yang ada dikamar tersebut dan menggantikan pakaian Liu Chen yang terdapat bercak darah. Li Wei juga membersihkan darah yang masih tersisa di tepi bibir anaknya.
Setelah itu, iapun membersihkan lantai. Setelah selesai, ia duduk di tepi kasur Liu Chen berniat menunggunya sampai bangun.
Liu Hongli, "Wei'er, biarkan Chen'er sendiri untuk istirahat"
Lin Wei sedang mengelus kepala Liu Chen dengan penuh kasih sayang. Iapun mengalihkan perhatian kearah Liu Hongli. "Aku akan disini dan menjaga Chen'er, aku takut terjadi sesuatu padanya"
Liu Hongli, "Baiklah, aku juga akan berada disini. Aku juga khawatir pada Chen'er"
Liu Hongli langsung berjalan menuju tempat tidur. Iapun memegang tangan kiri Liu Chen dan mengalirkan Qi nya untuk memeriksa keadaan Liu Chen.
Hingga, iapun melebarkan matanya kala memeriksa dantian Liu Chen. Seharusnya dantian itu adalah dantian cacat, namun kini. "Ini..."
Liu Honglin seakan dibuat tak bisa berkata kata. "Bagaimana bisa...?"
Li Wei yang menyadari reaksi dari suaminya langsung bertanya. "Ada apa Li'er?"
"Chen'er...dantianya...dia..."
Li Wei, "Katakan yang jelas!"
"Chen'er, dantian ini...dantian kembar dengan elemen api dan es"
Li Wei terkejut bukan main. "Bagaimana bisa? Bukankah dantian Chen'er adalah dantian cacat?"
"Kamu periksa saja sendiri, Wei'er", Liu Hongli melepaskan pegangan tangannya pada Liu Chen.
Kemudian Li Wei yang kini memeriksanya. Setelah mengalirkan Qi untuk memeriksa apa yang terjadi, iapun memiliki reaksi yang sama. Ia tidak percaya dengan ini. Dantian yang seharusnya cacat dan tak bisa digunakan, kini menjadi dantian khusus.
Dantian khusus adalah dantian yang terdapat sebuah elemen di dalamnya. Misalkan dantian khusus es, maka orang tersebut dapat menciptakan es menggunakan Qi nya.
Sementara itu, dantian biasa juga bisa mengeluarkan sebuah elemen. Orang tersebut bebas memilih mempelajari elemen apapun, namun mereka tidak dapat bebas mempelajari semua elemen.
Sebab, jika memiliki elemen yang banyak maka kultivasi mereka akan melambat. Juga, mereka harus membagi ruang pada dantian mereka. Jika gagal dan tak bisa membagi ruang untuk setiap elemen, maka dantian itu akan hancur dan membuat pemiliknya tewas. Sangat sulit membagi ruang pada dantian.
Jadi tidak ada orang yang mau mempelajari lebih dari satu elemen, karna resiko yang besar itu.
Sementara itu, dantian khusus memiliki kekuatan elemen yang lebih kuat dari pada elemen dengan dantian biasa. Dantian khusus ada bermacam macam, tidak banyak orang yang memilikinya.
Dantian khusus api dan es, memiliki garis tipis yang memisahkan antara kedua elemen ini. Sehingga pemilik dantian ini dapat mengeluarkan elemen api maupun es. Tanpa adanya resiko.
Pagi hari kini telah tiba, cahaya matahari langsung masuk ke dalam kamar Liu Chen melalui jendela.
Li Wei dan Liu Hongli nampak masih memperhatikan Liu Chen. Mereka berjaga semalaman dan tidak ada yang tidur karna masih khawatir dengan Liu Chen.
Hingga perlahan mata Liu Chen terbuka.
"Chen'er!"
Awalnya penglihatannya buram, namun lama kelamaan menjadi semakin jelas. Ia bisa melihat wajah kedua orangtuanya yang nampak khawatir. "Ibu..ayah..?"
Li Wei langsung memeluk Liu Chen karna sangat senang. "Chen'er, kau tau? Kami mengkhawatirkan mu"
"I-ibu..aku sulit bernapas..uhuk.."
Li Wei langsung melepaskan pelukannya dan tersenyum sambil menghapus air mata yang sedikit keluar. "Maaf Chen'er, ibu terlalu senang melihatmu kembali sadar"
"Apa yang ibumu katakan benar, Chen'er. Kami sangat senang kamu bisa cepat siuman" ucap Liu Hongli sambil tersenyum. Iapun mengelus kepala putranya itu.
"Memangnya ada apa denganku?" ucap Liu Chen yang nampak bingung.
"Kamu pingsan setelah beberapa menit berteriak semalam. Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Chen'er?" ucap Liu Hongli. Li Wei nampak mengangguk mendengar pertanyaan yang dilontarkan suaminya. Ia juga ingin tau jawaban Liu Chen.
"Semalam, aku merasa seluruh tubuhku sakit. Jadi aku berteriak. Apa aku mengganggu ibu dan ayah?" ucap Liu Chen dengan murung.
"Tidak Chen'er, kami malah mengkhawatirkan mu. Kami takut terjadi sesuatu padamu" kata Li Wei sambil mengelus puncuk kepala Liu Chen.
"Terima kasih ayah..ibu, karna sudah mengkhawatirkanku" ucap Liu Chen sambil tersenyum.
Liu Hongli dan Li Wei hanya tersenyum dan mengangguk.
Hingga Liu Hongli teringat sesuatu. "Chen'er, sepertinya kamu bisa berkultivasi. Sekarang dantian mu bisa digunakan dan kamu bisa menjadi kultivator kuat dimasa depan"
"Benarkah?!", Liu Chen terkejut sekaligus senang. Ia ingin menjadi seperti kakaknya menjadi seorang kultivator yang kuat. Namun karna dantian cacatnya, ia mengurungkan niat tersebut. Kini, ada kesempatan lagi bagi Liu Chen. Ia pasti takkan melewatkan kesempatan ini.
Liu Hongli mengangguk. "Bahkan dantianmu saat ini adalah dantian kembar api dan es"
Liu Chen memiringkan kepalanya karna tak mengerti apa yang dimaksud. Namun yang jelas, ia sangat senang saat ini karna ia bisa menjadi kultivator.
"Ayah, aku ingin ayah mengajariku cara berkultivasi sekarang" ucap Liu Chen dengan semangat.
Liu Hongli menggelengkan kepala. "Jangan sekarang, kamu baru saja sembuh. Nanti besok saja"
Wajah Liu Chen menjadi murung. Namun itu tak lama, Liu Chen kembali senang. Karna ia masih tetap bisa berlatih walaupun harus menunda esok hari.
"Baiklah ayah"
"Nanti jangan terlalu memaksakan dirimu. Ingat itu" ucap Li Wei.
Liu Chen mengangguk sambil tersenyum.
"Sekarang kamu istirahat saja. Ibu dan ayah akan pergi ke kebun" ucap Li Wei sambil berdiri dari tempatnya duduk.
"Baik"
Li Wei langsung membungkukkan tubuhnya. Kemudian mencium kening anaknya itu sambil sedikit mengusap kepala Liu Chen. "Ibu dan ayah akan segera bersiap ke kebun. Sebelum itu, ibu akan masak terlebih dahulu dan ibu akan mengantarkan makanannya padamu nanti setelah makanan selesai dibuat"
Liu Chen mengangguk. Setelah itu, kedua orang tuanya pun berjalan keluar sambil melihat ke belakang terlebih dahulu dan tersenyum. Mereka pun segera menutup pintu.
Liu Chen mengusap keningnya itu. "Ibu, aku akan menjadi kuat seperti kakak dan ayah agar bisa melindungi ibu, ayah maupun kakak", ucapnya sambil tersenyum.
Setelah berada di luar kamar Liu Chen, Li Wei dan Liu Hongli saling memandang.
"Sebenarnya apa yang terjadi pada Chen'er? Bagaimana bisa dantian nya tiba tiba berubah menjadi dantian khusus. Apalagi dantian itu adalah dantian api dan es yang mana kedua elemen itu saling bertolak belakang?" ucap Li Wei sambil menatap suaminya.
"Entahlah Wei'er, akupun tidak tau. Tapi kita seharusnya senang karna kini Chen'er bisa menjadi kultivator. Dia bisa mewujudkan mimpi nya untuk menjadi kultivator terkuat", Liu Hongli menatap istrinya sambil tersenyum.
Li Wei mengangguk. "Aku juga senang karna Chen'er dapat mewujudkan keinginan nya untuk menjadi kuat. Tapi..."
Li Wei menatap suaminya dengan khawatir. "Chen'er memiliki dantian kembar api dan es. Bagaimana jika ada oranglain yang ingin menculiknya atau bagaimana jika ada orang yang ingin membunuhnya karna menganggap Chen'er adalah ancaman.
Sebab, elemen es termasuk elemen yang sangat langka. Ditambah, dantian Chen'er merupakan dantian kembar"
Liu Hongli menatap ke arah depan dan menghela nafas. Iapun berucap dengan serius, "Bagaimanapun aku akan melindunginya. Dari aliran hitam maupun dari saudara saudaraku yang saat ini masih mencariku"
Li Wei mengangguk. "Akupun akan melindungi Chen'er dari orang orang jahat"
Liu Hongli mengalihkan perhatian ke arah Li Wei dan tersenyum. Lalu mengangguk. "Kita akan melindunginya bersama sama"
Li Wei mengangguk. Mereka pun pergi dari sana.
Di dalam kamar, Liu Chen sangat bersemangat untuk esok hari. Ia sudah tidak sabar untuk berlatih dengan ayahnya dan menjadi kuat.
"Aku sudah tidak sabar untuk esok hari!"
Waktu terus berjalan hingga akhirnya hari berganti. Liu Chen sudah bangun pagi pagi sekali karna sudah tidak sabar.
Ia pun membersihkan dirinya terlebih dahulu. Setelah itu, iapun keluar dari kamarnya dengan memakai pakaian berwarna hijau muda. Lalu rambut hitam yang cukup panjang diikat ke belakang dengan menyisakan sedikit rambut di depan. Juga iris matanya yang berwarna hitam. Ia berjalan ke arah ruang tamu untuk menunggu ayahnya.
"Aku sudah tidak sabar!" gumam Liu Chen dengan semangat.
Setelah sekitar 1 jam menunggu, Li Wei menghampiri Liu Chen. "Chen'er, kenapa kamu ada disini?"
Liu Chen menjawab dengan semangat. "Chen'er sedang menunggu ayah. Ibu, aku sudah tidak sabar berlatih dengan ayah. Dimana ayah sekarang ibu? Apa ayah masih tidur?"
"Iya Chen'er ayahmu masih tidur. Karna kamu menunggu ayahmu, maka ibu akan membuatnya bangun", Li Wei tersenyum ke arah Liu Chen.
"Ibu tidak perlu, aku akan menung-"
Li Wei sudah pergi menuju kamarnya sebelum Liu Chen menyelesaikan ucapannya. Liu Chen hanya menghela nafas panjang.
"Li'er bangun!", Li Wei mencoba membangunkan Liu Hongli yang masih tertidur. Namun Liu Hongli cukup sulit di bangunkan.
Li Wei langsung memegang tangan Liu Hongli dan langsung...
Krakkk
"Aahhkkk"
Seketika terdengar retakan tulang beserta teriakan.
Liu Hongli langsung bangun dan terduduk dari posisi berbaringnya. "Siapa yang melakukan ini pada-"
Liu Hongli terdiam ketika melihat Li Wei yang merupakan pelaku yang menyakiti tangannya.
Li Wei melepaskan pegangan tangan nya dan tersenyum ke arah suaminya seakan tak bersalah. "Sayang, Chen'er menunggumu. Kenapa kau membuatnya menunggu seperti itu? Kau juga sangat sulit di bangunkan. Sebaiknya kau segera bangun sekarang juga dan temui Chen'er"
"Tapi Wei'er, kenapa kau mengganggu ku tidur?", Liu Hongli menatap ke arah Li Wei.
"Karna Chen'er sepertinya sudah menunggumu sangat lama. Kasihan dia"
"Baiklah-baiklah", Liu Hongli meniup niupi tangannya yang mana bagian tulangnya agak retak. "Ini sangat sakit, apa kau tak bisa membangunkanku dengan lebih lembut, Wei'er?", Liu Hongli menatap ke arah Li Wei sambil terus meniup niupi tangannya yang sakit.
"Kau itu sulit dibangunkan. Jadi tidak ada pilihan lain. Sekarang, temui Chen'er. Jika kau tidak menemui nya sekarang. Maka..."
"Ah, i-iya, aku akan langsung menemui Chen'er. Sampai jumpa, Wei'er!", Liu Hongli langsung berdiri dari posisi duduknya. Iapun pergi membuka pintu dan berjalan pergi dengan cepat.
Ketika akan pergi menuju kamar Liu Chen, tiba tiba Liu Chen sudah ada dihadapannya. "Ada apa ayah? Kenapa ayah berteriak?", ucap bingung Liu Chen.
"Ah, tidak apa apa Chen'er. Tidak ada, tidak ada. Ah, sebaiknya kita pergi berlatih sekarang saja", Liu Hongli mendorong dorong Liu Chen dengan pelan agar berjalan menuju keluar.
Liu Chen tak bertanya lebih. Ia langsung berjalan menuju keluar rumah. Sebelum itu terjadi...
"Chen'er, Li'er kita makan dulu. Setelah itu, baru kau boleh berlatih dengan ayahmu Chen'er", Liu Wei tiba tiba keluar dari kamar dan mengatakan hal itu dengan senyuman lembut.
Liu Hongli maupun Liu Chen menoleh kebelakang ketika mendengar suara itu.
"Baik ibu", Liu Chen mengangguk.
"Baik", Liu Hongli pun ikut mengangguk.
Mereka pergi menuju ruang makan. Sementara Li Wei masuk ke dalam dapur untuk memasak.
Setelah selesai makan, Liu Hongli pergi untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Setelah itu, ia dan anaknya pun berjalan keluar rumah.
Liu Hongli berniat menjelaskan bagaimana cara berkultivasi terlebih dahulu. Dia juga akan mengawasi pelatihan Liu Chen.
Liu Chen nampak serius mendengarkan. Ia mendengarkan semua perkataan ayahnya dan mengangguk.
Liu Chen mulai duduk bersila dan memejamkan matanya. Ia mulai fokus untuk merasakan energi alam sekitar.
Setelah merasakan energi alam, Liu Chen mulai memasukkannya ke dalam dantian miliknya secara perlahan agar tidak terjadi kesalahan.
Liu Hongli nampak terus memperhatikan Liu Chen. Liu Chanyi saat itu berhasil melakukan kultivasi setelah 1 bulan berlatih. Itu merupakan waktu rata rata bagi para kultivator bisa berhasil berkultivasi untuk pertama kalinya.
"Apa Chen'er juga akan berhasil setelah 1 bulan seperti kakaknya? Atau lebih lama?" gumam Liu Hongli sambil terus memperhatikan.
Bagaimanapun, Liu Hongli tak berharap Liu Chen dapat berhasil kurang dari 1 bulan. Karna bagaimanapun hasilnya, ia tetap bangga pada anaknya ini.
Sebab, Liu Chen awalnya memiliki dantian cacat. Namun tiba tiba memiliki dantian kembar dengan elemen api dan es. Yang mana orang dengan dantian tersebut sangat langka.
Bahkan mungkin hanya ada 1.000 tahun sekali.
Waktu terus berlalu hingga 8 jam pun telah terlewati. Belum ada tanda tanda Liu Chen akan membuka mata nya.
"Kenapa Chen'er belum juga membuka matanya? Apa Chen'er berhasil?", Liu Hongli langsung menggelengkan kepalanya kala befikir Liu Chen sudah berhasil. Tidak mungkin seseorang berhasil berkultivasi untuk pertama kalinya dengan secepat itu.
"Apa Chen'er tertidur?", Liu Hongli berjalan menuju Liu Chen dan berniat membangunkannya karna merasa Liu Chen tertidur.
Namun sebelum sampai, Liu Chen sudah membuka matanya yang membuat Liu Hongli berhenti berjalan mendekat.
"Aku berhasil!", Liu Chen berdiri dari duduknya dan tersenyum dengan senang.
Liu Hongli melihat ke arah Liu Chen. Lalu, seketika dia terkejut ketika melihat Liu Chen berada pada tingkat pemula bintang 2 dengan sekali coba.
Apalagi Qi di sekitar yang sedikit. Membuat seseorang akan sulit menaikkan kultivasi. Namun saat ini, Liu Chen langsung mendapat tingkat pemula bintang 2 dengan berkultivasi selama 8 jam. Benar benar jenius kultivasi. Bahkan jenius pun tidak akan bisa secepat itu. Liu Chen lebih pantas disebut monster kultivasi.
"Ayah, aku berhasil! Aku berhasil!", Liu Chen menghampiri Liu Hongli dengan semangat.
Liu Hongli segera tersadar dari keterkejutannya. Iapun mengelus pucuk kepala Liu Chen dan tersenyum bangga ke arahnya. "Kau memang hebat, Chen'er. Kau benar benar jenius. Dalam sekali coba, kau berhasil"
Liu Chen tersenyum dan mengangguk. "Ini semua berkat ayah yang mengajarkanku"
Liu Hongli melepaskan tangannya dari kepala Liu Chen. Ia kemudian agak membungkukkan badannya untuk mensejajarkan tingginya dengan Liu Chen.
"Dengarkan ayah, jika kau memiliki kekuatan, gunakanlah kekuatan itu untuk kebaikan. Kau mengerti?"
Liu Chen mengangguk. "Aku mengerti ayah"
Liu Hongli kembali berdiri dengan tegak. Hingga sebuah suara dapat di dengar keduanya.
"Chen'er, Li'er ayo makan. Ibu sudah menyiapkan makan siang"
Li Wei keluar dari rumahnya dan menghampiri ayah dan anak itu.
"Iya ibu"
Mereka pun berjalan menuju ke dalam rumah.
"Sayang, kamu masak apa hari ini?", Liu Hongli menatap ke arah samping, tepatnya ke arah Li Wei.
Li Wei mengalihkan perhatiannya ke arah suaminya. "Aku memasak racun"
Liu Hongli terkejut, "Sayang, kamu bercanda kan?"
Melihat raut wajah terkejut suaminya membuat Li Wei tertawa. "Tentu saja aku bercanda. Kamu pikir aku benar benar memasak racun?"
Liu Hongli cemberut karna ditertawakan Li Wei. Hal itu membuat Li Wei makin tertawa.
Liu Chen pun ikut tertawa ketika melihat ayah dan ibunya ini. Mereka pun akhirnya masuk ke dalam rumah.
Sudah 3 hari Liu Chen terus berkultivasi dengan diawasi oleh ayahnya. Ia akan berhenti ketika akan makan, tidur dan ketika melakukan kerjaan lainnya. Sekarang kebun dijaga oleh ibunya saja. Karna ayahnya di rumah untuk menjaga Liu Chen.
Li Wei akan berangkat ke kebun ketika pagi hari dan pulang saat siang hari.
"*Bakat Chen'er akan sia sia jika hanya terus disini. Disini tidak ada Qi yang tebal. Juga, aku tak pernah memberinya sumber daya karna aku tak memiliki uang yang banyak* " batin Liu Hongli sambil memperhatikan Liu Chen.
Liu Hongli pun menghela nafas ketika memikirkan nya. "Kini Chen'er sudah berada pada tingkat pemula bintang 3. Sungguh monster kultivasi. Aku tak mengira Chen'er sudah berada pada tingkat pemula bintang 3 hanya dengan waktu 3 hari" batin nya.
"Bagaimana Chen'er dimasa depan nanti?" gumam Liu Hongli sambil menatap ke arah langit yang nampak mendung.
Liu Hongli berjalan menemui Liu Chen. "Chen'er, sudahi dahulu kultivasimu. Sepertinya hujan akan turun"
Liu Chen membuka matanya kala mendengar suara Liu Hongli. "iya"
Liu Chen pun berdiri dan menghampiri Liu Hongli. Mereka pun masuk ke dalam rumah dan duduk di kursi ruang tamu.
"Ayah, bagaimana tingkatan kultivasi?" tanya Liu Chen sambil menatap Liu Hongli.
Liu Hongli mengalihkan perhatian ke arah anaknya. "Ayah belum memberitaumu ya?"
Liu Chen mengangguk. Liu Hongli pun mulai menjelaskan."Tingkatan kultivasi di dunia kita dari yang terlemah hingga yang terkuat adalah:
*Pemula\=1-9
*Qi condensation\=1-9
*Qi foundation\=1-9
*Master\=1-9
*Grandmaster\=1-9
*Prajurit\=1-9
*Jendral\=1-9
*Kaisar
Jadi tingkatan terkuat adalah tingkat kaisar dan yang terlemah adalah pemula. Kau mengerti Chen'er? Sementara kamu berada pada tingkat pemula bintang 3"
Liu Chen mengangguk angguk. Lalu menundukkan kepala dengan ekspresi murung. "Hah...aku sangat lemah ayah. Aku hanya tingkat pemula bintang 3. Seharusnya aku bisa mencapai tingkat pemula bintang 5. Aku tidak berbakat"
Liu Hongli hampir tersedak nafasnya sendiri ketika mendengar ucapan Liu Chen. "Chen'er, kamu termasuk jenius bahkan bisa disebut monster kultivasi. Dalam 3 hari kamu bisa mencapai tingkat pemula bintang 3. Apalagi saat kau belajar berkultivasi untuk pertama kali. Kamu berhasil hanya dengan waktu beberapa jam.
Jika orang dengan rata rata mungkin 1 bulan. Sementara seorang jenius hanya butuh waktu 2 minggu. Tapi kamu hanya butuh beberapa jam untuk berhasil, Chen'er.
Kamu tidak bisa disebut jenius. Tapi lebih dari jenius. Jangan terburu buru untuk meningkatkan kekuatan Chen'er. Kamu juga perlu menikmati hidupmu"
Liu Chen menatap ke arah ayahnya dan menggelengkan kepala. "Aku akan rutin berlatih ayah. Demi melindungi ayah, ibu maupun kakak suatu saat nanti. Aku tak mau kalian kenapa napa. Juga aku ingin membanggakan kalian. Itulah tujuanku untuk menjadi kuat ayah"
Lou Hongli tersenyum. Lalu mengelus kepala putra keduanya ini. "Tapi jangan memaksakan dirimu, Chen'er. Kau mengerti?"
Liu Chen mengangguk dan tersenyum. "Aku tau ayah, ibu juga sudah berkata seperti itu"
"Baiklah kalau kau sudah mengerti. Sekarang istirahatlah. Latihan saat ini sudah selesai"
"Baik ayah", Liu Chen berdiri dan pamit pada ayahnya. Setelah itu ia pun masuk ke dalam kamar.
Keesokan harinya, seperti biasa Liu Chen bangun pagi pagi dan membersihkan dirinya. Karna ibu dan ayahnya belum bangun, Liu Chen pun berjalan keluar dan menutup pintu.
Liu Chen mengambil nafas dalam dalam dan menghembuskannya perlahan. "Kira kira kakak sedang apa, ya?"gumam nya.
Liu Chen menatap ke arah langit dan memikirkan Liu Changyi, kakaknya.
Ia hanya bisa bertemu Liu Changyi setahun sekali. Karna Liu Changyi sudah 3 tahun diangkat menjadi murid di sekte bangau putih, jadi Liu Changyi sudah 3 kali menemui Liu Chen dan ayah maupun ibunya.
Hingga tiba tiba sesuatu terlintas di pikiran Liu Chen. "Apa jika aku menjual hewan buas maka aku bisa mendapatkan uang?"
Liu Chen melihat kearah jalan menuju hutan. Iapun melirik ke arah rumah sederhana nya. Kemudian kembali mengalihkan perhatian ke arah menuju hutan dekat desa.
"Kalau tidak salah, hewan buas bisa dijual. Baiklah...sudah kuputuskan. Aku akan masuk ke dalam hutan. Tapi bagaimana jika ayah dan ibu mencariku?", Liu Chen melirik ke arah rumahnya.
Lalu berfikir sejenak. "Aku tidak akan lama. Lagi pula, aku pasti bisa jika hanya berhadapan dengan hewan buas biasa. Dan kurasa tidak pernah ada orang yang bilang jika di hutan dekat desa ada demonic beast. Jadi aku tidak perlu khawatir.
Aku ingin membantu ayah dan ibu untuk mendapatkan uang. Juga, aku ingin mendapat pengalaman bertarung" gumam Liu Chen. Iapun mengalihkan perhatian ke arah jalan menuju hutan.
Liu Chen menarik nafas dalam dalam dan menghembuskan nya. Iapun mulai melangkah menuju hutan tanpa diketahui kedua orangtua nya.
Di langit nampak agak gelap karna matahari belum muncul sepenuhnya. Namun Liu Chen dapat melihat jalan.
Setelah beberapa menit, akhirnya Liu Chen sampai di depan hutan. Hutan itu nampak seperti hutan biasanya, banyak pepohonan dan udara yang sejuk.
Liu Chen mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam hutan. Ia melihat ke kiri dan kanan dengan waspada. Karna bisa saja hewan buas datang menyerang.
Sudah lebih dari 20 menit Liu Chen berjalan, namun tidak ada hewan yang juga muncul. Mungkin karna hari masihlah sangat pagi dan matahari belum menampakkan dirinya sepenuhnya.
"Jika terus begini, lebih baik aku pulang saja. Tidak ada hewan disini. Sepertinya mereka belum bangun", Liu Chen hendak membalikkan tubuhnya. Namun setelah melihat ke belakang, terdapat seekor serigala dengan dua tanduk di kepala dan bulu berwarna abu.
Gggrrrr
Liu Chen dapat melihat bahwa serigala itu bukanlah serigala biasa. Iapun mulai waspada melihat kehadiran serigala.
"Apa serigala itu adalah demonic beast?", Liu Chen langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak pernah ada orang yang mengatakan bahwa dihutan ini terdapat seekor demonic beast. Namun dari ukurannya..."
Liu Chen melihat ukuran serigala itu kira kira setinggi 3 meter. Yang tentu lebih besar dari serigala pada umumnya dan lebih besar dari pada Liu Chen.
Serigala itu bernama serigala tanduk hitam. Sebab, tanduknya berwarna hitam.Namun Liu Chen sama sekali tak mengetahui tentang nama serigala tersebut.
Serigala tanduk hitam mulai melompat dan bersiap menerkam Liu Chen. Namun Liu Chen dengan sigap menghindarinya.
Serigala tanduk hitam langsung mengarahkan salah satu kaki depannya dan berniat memotong tubuh anak manusia di depannya. Namun lagi lagi Liu Chen menghindar yang membuat cakarnya itu mengenai tanah dan membuat sebuah cekungan kecil.
Liu Chen menelan ludahnya sendiri. "Sepertinya...serigala itu...bukan serigala biasa.."
Liu Chen berbalik dan mulai berlari masuk hutan semakin dalam secepat yang ia bisa. Tentunya, serigala itu takkan membiarkannya lepas begitu saja. Serigala tanduk hitam berlari mengejar Liu Chen.
Serigala tanduk hitam memang unggul dalam hal serangan, namun serigala tanduk hitam kurang unggul dalam kecepatan. Sehingga serigala tanduk hitam masih berada di belakang Liu Chen. Namun jarak antara mereka cukup dekat.
Liu Chen semakin memasuki hutan. Ia sesekali menengok ke belakang untuk melihat apakah serigala tanduk hitam masih mengejarnya. Namun serigala tanduk hitam tetap saja mengejarnya yang membuat Liu Chen semakin mempercepat larinya.
Dia sudah 5 menit berlari. Namun serigala tanduk hitam masih belum pergi meninggalkan nya.
Saat Liu Chen menengok ke belakang, ia tak menyadari jalan di depan nya. Di depannya, terdapat retakan tanah yang membentuk menjadi sebuah jurang.
Hingga, ketika Liu Chen kembali mengalihkan perhatian ke depan, Liu Chen menghentikan larinya secara tiba tiba ketika melihat jurang di depannya.
Namun sayang, ia sudah terlalu dekat dengan jurang itu yang membuat Liu Chen terjatuh. "AAAAA!!"
Serigala tanduk hitam langsung memelankan laju larinya. Hingga iapun menengok ke arah jurang tempat Liu Chen mulai terjatuh.
Ggggrrr
Serigala tanduk hitam langsung membalikkan badannya dan berjalan menjauh. Sebab, mangsanya sudah berhasil lolos darinya. Dia tak mungkin mau masuk ke dalam jurang hanya untuk menangkap sebuah mangsa. Yang mungkin saja dia akan mati terlebih dahulu sebelum memakan mangsanya.
"AAAAAA!!!"
Wajah Liu Chen ada di bawah yang menghadap tanah. Liu Chen memejamkan mata seakan ia sudah pasrah. Namun ia tetap berteriak karna takut.
Hingga ada sebuah cahaya yang bersinar di bawah dan Liu Chen masuk ke dalam nya.
Sementara itu, Liu Hongli maupun Li Wei nampak mencari sesuatu di sekitar rumah.
"Chen'er kamu dimana?", Li Wei berjalan menuju dapur sambil menengok ke kanan maupun kiri.
"Chen'er jangan bersembunyi", Liu Hongli berjalan keluar rumah dan mencari di sekitar halaman. Namun tetap saja, sekeras apapun mereka mencari Liu Chen dirumah, mereka belum juga menemukan nya.
Li Wei menemui Liu Hongli yang ada di luar. Dari ekspresi nya, ia terlihat khawatir. "Li'er, apa kau menemukan Chen'er?"
Liu Hongli berbalik ketika mendengar suara istrinya. Iapun menggelengkan kepala. "Aku tidak menemukannya. Apa Chen'er pergi keluar?"
"Chen'er jarang keluar kecuali saat Chen'er akan membantu di kebun. Sementara 3 hari ini Chen'er hanya di rumah denganmu", Li Wei menatap ke arah Liu Hongli.
"Kita tanyakan saja pada warga disini. Mungkin mereka melihat Chen'er"
Li Wei mengangguk. Mereka berdua pun keluar untuk menanyakan keberadaan Liu Chen.
Sementara itu, Liu Chen berada di suatu tempat yang tidak diketahui. Liu Chen mulai membuka matanya kala ia merasa sudah berada di tanah. Apalagi, dia tidak merasa jatuh dari ketinggian. Namun tubuhnya sedikit sakit.
Posisi Liu Chen saat ini masih tengkurap, iapun melihat ke sekitar. Ia dapat melihat tanah tempatnya terjatuh terdapat rumput rumput hijau. Bukan hanya itu, namun ada juga pepohonan seperti dihutan. Padahal Liu Chen yakin, dia jatuh ke jurang.
Namun kini ia berada di hutan. Namun hutan itu tidak Liu Chen kenal. Hutan itu bukanlah hutan di dekat desanya.
"Bagaimana bisa aku ada disini?" gumam Liu Chen.
Liu Chen mulai berdiri. Tangannya agak sakit karna terjatuh. Walaupun terjatuhnya tidak setinggi di jurang. Namun tetap cukup menyakitkan.
Tangan kanan nya memegangi tangan kiri nya. Ia melihat ke kanan maupun kiri. Saat melihat ke belakang, Liu Chen melihat ada sebuah gua.
Lalu Liu Chen melihat ke arah langit yang terlihat matahari sudah terbit.
"Dimana aku sekarang? Apa yang harus kulakukan?" gumam Liu Chen.
Liu Chen melihat lagi ke arah gua. "Ada sesuatu di gua itu. Aku bisa merasakan aura yang misterius disana. Apa aku kesana saja? Mungkin ada orang disana"
Setelah berfikir beberapa saat, Liu Chen pun akhirnya memilih untuk melihat ke dalam gua.
Saat berada tepat di depan gua, Liu Chen agak ragu untuk masuk. Sebab di dalam gua sangat gelap. Namun karna rasa penasarannya yang besar tentang gua ini, Liu Chen pun akhirnya masuk ke dalam gua dengan perlahan.
Liu Chen terus melihat ke sekeliling untuk melihat keadaan yang ada. Rasa takutnya seakan hilang saat ini karna rasa penasaran yang lebih besar.
"Halo..apa ada orang?" teriak Liu Chen.
Suara Liu Chen langsung menggema di dalam gua.
"Halo!", Liu Chen kembali berteriak. Namun tetap tidak ada seseorang yang menjawab. Hanya gema dari suaranya yang dapat di dengar Liu Chen.
Liu Chen terus berjalan sangat dalam. Keadaan sekitar pun nampak lebih gelap lagi.
"Aduh..!"
Hingga tiba tiba Liu Chen terjatuh karna menyandung sebuah batu.
"Disini sangat gelap. Sangat sulit melihat gua ini" gumam Liu Chen. Lagi lagi, suaranya menggema di dalam gua.
Liu Chen kemudian berdiri dan membersihkan debu debu yang ada di pakaiannya. Setelah itu, Liu Chen kembali berjalan masuk ke dalam.
"Sebenarnya kenapa aku bisa ada disini?" batin nya.
"Namun berkat itu, aku tak terjatuh dari ketinggian tebing. Tapi kini aku tak tau berada dimana. Mungkin ayah dan ibu sedang mencariku" batinnya yang merasa menyesal karna berfikir kedua orangtuanya pasti khawatir karnanya.
Liu Chen meraba raba dinding di sampingnya yang membuat Liu Chen dapat terus maju. Namun terkadang Liu Chen akan terjatuh karna tersandung. Tapi Liu Chen kembali berdiri dan semakin masuk lebih dalam ke gua.
Hingga sebuah sinar membuat Liu Chen semakin mempercepat langkah kakinya menuju arah sinar cahaya tersebut.
Saat sampai, Liu Chen terkejut ketika melihat bebatuan yang bersinar berwarna hijau di bawah dinding dinding gua. Apalagi, tempatnya berdiri sekarang sangatlah luas. Bukan seperti gua, namun seperti lapangan.
"Tempat apa ini?", Liu Chen memandang sekelilingnya dengan takjub. Ini adalah pertama kalinya bagi Liu Chen pergi ke tempat seperti ini.
Hingga sebuah cahaya berada tepat di depan Liu Chen. Melihat itu, Liu Chen agak mundur beberapa langkah dan menatap ke arah cahaya tersebut dengan waspada.
Lama kelamaan cahaya tersebut meredup. Memperlihatkan seorang kakek tua yang transparan.
Wajahnya terlihat tegas dan berwibawa. Ia memegangi kepalanya seakan baru saja dipukul.
Kakek tua itu memiliki janggut dan rambut panjang berwarna putih dengan mata berwarna merah yang nampak mengintimidasi. Ia juga mengeluarkan aura yang cukup kuat dari tubuhnya.
"Aduh..!! Kepalaku sakit. Siapa sebenarnya yang berani menendang batu roh!" teriaknya marah. Ia melihat sekitar dan pandangan nya terpaku pada Liu Chen.
Kakek tua itu menunjuk nunjuk Liu Chen dengan tangan kanan. Sementara tangan kirinya masih memegangi kepalanya. "Kau! Kau yang menendang batu roh, jawab aku! Apa itu benar?"
Melihat dirinya sedang ditunjuk oleh seseorang yang memiliki tatapan intimidasi seperti itu membuat Liu Chen agak ketakutan. Bagaimanapun dia hanyalah seorang anak yang baru berumur 11 tahun. Mendapat tatapan seperti itu pastilah membuatnya sedikit takut.
Liu Chen tak bisa menjawabnya, lebih tepatnya ia tak mengerti apa yang kakek tua itu katakan.
"Jika orangtua bertanya jawab. Jangan terus diam seperti itu!" bentak nya.
Liu Chen mundur beberapa langkah ke belakang. "Ak-aku tidak mengerti. A-apa maksud ka-kakek"
Hingga kakek tua itu mengingat sesuatu. Iapun menurunkan tangan yang memegang kepalanya. Ia menatap Liu Chen penuh selidik.
Diapun akhirnya tersenyum. "Kemarilah, nak"
Liu Chen berhenti berjalan mundur. Namun ia sama sekali tak maju menghampiri kakek tua itu. Ia sebenarnya agak heran dengan perubahan sikap kakek tua yang sebelumnya terlihat sangat marah. Kini terlihat ramah.
"Kemarilah, aku takkan menyakitimu. Percayalah, dan maaf untuk tadi", kakek tua itu masih tersenyum seramah mungkin agar anak berumur 11 tahun di depannya itu tak takut lagi padanya.
Liu Chen agak ragu sejenak. Namun ia memperhatikan ke arah wajah kakek tua itu. Terlihat kakek tua itu tidak terlihat marah lagi seperti tadi.
Liu Chen pun memberanikan diri mendekat beberapa langkah ke depan. Hingga kini jaraknya dengan kakek tua itu hanyalah sekitar 3 meter.
Hingga tiba tiba kakek tua itu terbang mendekat ke arah Liu Chen. Kakek itu terbang dengan rendah dan hanya beberapa centi dari tanah.
Liu Chen ingin mundur, namun ia takut kakek itu akan marah lagi. Jadi dia hanya diam sambil menundukkan kepala dengan agak ketakutan.
Hingga sesuatu yang tak ia duga terjadi. Kakek tua itu mengusap kepala Liu Chen. Hingga membuat Liu Chen akhirnya berani mengangkat wajahnya dan menatap ke arah kakek tua itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!