Sudah 3 hari Liu Chen terus berkultivasi dengan diawasi oleh ayahnya. Ia akan berhenti ketika akan makan, tidur dan ketika melakukan kerjaan lainnya. Sekarang kebun dijaga oleh ibunya saja. Karna ayahnya di rumah untuk menjaga Liu Chen.
Li Wei akan berangkat ke kebun ketika pagi hari dan pulang saat siang hari.
"*Bakat Chen'er akan sia sia jika hanya terus disini. Disini tidak ada Qi yang tebal. Juga, aku tak pernah memberinya sumber daya karna aku tak memiliki uang yang banyak* " batin Liu Hongli sambil memperhatikan Liu Chen.
Liu Hongli pun menghela nafas ketika memikirkan nya. "Kini Chen'er sudah berada pada tingkat pemula bintang 3. Sungguh monster kultivasi. Aku tak mengira Chen'er sudah berada pada tingkat pemula bintang 3 hanya dengan waktu 3 hari" batin nya.
"Bagaimana Chen'er dimasa depan nanti?" gumam Liu Hongli sambil menatap ke arah langit yang nampak mendung.
Liu Hongli berjalan menemui Liu Chen. "Chen'er, sudahi dahulu kultivasimu. Sepertinya hujan akan turun"
Liu Chen membuka matanya kala mendengar suara Liu Hongli. "iya"
Liu Chen pun berdiri dan menghampiri Liu Hongli. Mereka pun masuk ke dalam rumah dan duduk di kursi ruang tamu.
"Ayah, bagaimana tingkatan kultivasi?" tanya Liu Chen sambil menatap Liu Hongli.
Liu Hongli mengalihkan perhatian ke arah anaknya. "Ayah belum memberitaumu ya?"
Liu Chen mengangguk. Liu Hongli pun mulai menjelaskan."Tingkatan kultivasi di dunia kita dari yang terlemah hingga yang terkuat adalah:
*Pemula\=1-9
*Qi condensation\=1-9
*Qi foundation\=1-9
*Master\=1-9
*Grandmaster\=1-9
*Prajurit\=1-9
*Jendral\=1-9
*Kaisar
Jadi tingkatan terkuat adalah tingkat kaisar dan yang terlemah adalah pemula. Kau mengerti Chen'er? Sementara kamu berada pada tingkat pemula bintang 3"
Liu Chen mengangguk angguk. Lalu menundukkan kepala dengan ekspresi murung. "Hah...aku sangat lemah ayah. Aku hanya tingkat pemula bintang 3. Seharusnya aku bisa mencapai tingkat pemula bintang 5. Aku tidak berbakat"
Liu Hongli hampir tersedak nafasnya sendiri ketika mendengar ucapan Liu Chen. "Chen'er, kamu termasuk jenius bahkan bisa disebut monster kultivasi. Dalam 3 hari kamu bisa mencapai tingkat pemula bintang 3. Apalagi saat kau belajar berkultivasi untuk pertama kali. Kamu berhasil hanya dengan waktu beberapa jam.
Jika orang dengan rata rata mungkin 1 bulan. Sementara seorang jenius hanya butuh waktu 2 minggu. Tapi kamu hanya butuh beberapa jam untuk berhasil, Chen'er.
Kamu tidak bisa disebut jenius. Tapi lebih dari jenius. Jangan terburu buru untuk meningkatkan kekuatan Chen'er. Kamu juga perlu menikmati hidupmu"
Liu Chen menatap ke arah ayahnya dan menggelengkan kepala. "Aku akan rutin berlatih ayah. Demi melindungi ayah, ibu maupun kakak suatu saat nanti. Aku tak mau kalian kenapa napa. Juga aku ingin membanggakan kalian. Itulah tujuanku untuk menjadi kuat ayah"
Lou Hongli tersenyum. Lalu mengelus kepala putra keduanya ini. "Tapi jangan memaksakan dirimu, Chen'er. Kau mengerti?"
Liu Chen mengangguk dan tersenyum. "Aku tau ayah, ibu juga sudah berkata seperti itu"
"Baiklah kalau kau sudah mengerti. Sekarang istirahatlah. Latihan saat ini sudah selesai"
"Baik ayah", Liu Chen berdiri dan pamit pada ayahnya. Setelah itu ia pun masuk ke dalam kamar.
Keesokan harinya, seperti biasa Liu Chen bangun pagi pagi dan membersihkan dirinya. Karna ibu dan ayahnya belum bangun, Liu Chen pun berjalan keluar dan menutup pintu.
Liu Chen mengambil nafas dalam dalam dan menghembuskannya perlahan. "Kira kira kakak sedang apa, ya?"gumam nya.
Liu Chen menatap ke arah langit dan memikirkan Liu Changyi, kakaknya.
Ia hanya bisa bertemu Liu Changyi setahun sekali. Karna Liu Changyi sudah 3 tahun diangkat menjadi murid di sekte bangau putih, jadi Liu Changyi sudah 3 kali menemui Liu Chen dan ayah maupun ibunya.
Hingga tiba tiba sesuatu terlintas di pikiran Liu Chen. "Apa jika aku menjual hewan buas maka aku bisa mendapatkan uang?"
Liu Chen melihat kearah jalan menuju hutan. Iapun melirik ke arah rumah sederhana nya. Kemudian kembali mengalihkan perhatian ke arah menuju hutan dekat desa.
"Kalau tidak salah, hewan buas bisa dijual. Baiklah...sudah kuputuskan. Aku akan masuk ke dalam hutan. Tapi bagaimana jika ayah dan ibu mencariku?", Liu Chen melirik ke arah rumahnya.
Lalu berfikir sejenak. "Aku tidak akan lama. Lagi pula, aku pasti bisa jika hanya berhadapan dengan hewan buas biasa. Dan kurasa tidak pernah ada orang yang bilang jika di hutan dekat desa ada demonic beast. Jadi aku tidak perlu khawatir.
Aku ingin membantu ayah dan ibu untuk mendapatkan uang. Juga, aku ingin mendapat pengalaman bertarung" gumam Liu Chen. Iapun mengalihkan perhatian ke arah jalan menuju hutan.
Liu Chen menarik nafas dalam dalam dan menghembuskan nya. Iapun mulai melangkah menuju hutan tanpa diketahui kedua orangtua nya.
Di langit nampak agak gelap karna matahari belum muncul sepenuhnya. Namun Liu Chen dapat melihat jalan.
Setelah beberapa menit, akhirnya Liu Chen sampai di depan hutan. Hutan itu nampak seperti hutan biasanya, banyak pepohonan dan udara yang sejuk.
Liu Chen mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam hutan. Ia melihat ke kiri dan kanan dengan waspada. Karna bisa saja hewan buas datang menyerang.
Sudah lebih dari 20 menit Liu Chen berjalan, namun tidak ada hewan yang juga muncul. Mungkin karna hari masihlah sangat pagi dan matahari belum menampakkan dirinya sepenuhnya.
"Jika terus begini, lebih baik aku pulang saja. Tidak ada hewan disini. Sepertinya mereka belum bangun", Liu Chen hendak membalikkan tubuhnya. Namun setelah melihat ke belakang, terdapat seekor serigala dengan dua tanduk di kepala dan bulu berwarna abu.
Gggrrrr
Liu Chen dapat melihat bahwa serigala itu bukanlah serigala biasa. Iapun mulai waspada melihat kehadiran serigala.
"Apa serigala itu adalah demonic beast?", Liu Chen langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak pernah ada orang yang mengatakan bahwa dihutan ini terdapat seekor demonic beast. Namun dari ukurannya..."
Liu Chen melihat ukuran serigala itu kira kira setinggi 3 meter. Yang tentu lebih besar dari serigala pada umumnya dan lebih besar dari pada Liu Chen.
Serigala itu bernama serigala tanduk hitam. Sebab, tanduknya berwarna hitam.Namun Liu Chen sama sekali tak mengetahui tentang nama serigala tersebut.
Serigala tanduk hitam mulai melompat dan bersiap menerkam Liu Chen. Namun Liu Chen dengan sigap menghindarinya.
Serigala tanduk hitam langsung mengarahkan salah satu kaki depannya dan berniat memotong tubuh anak manusia di depannya. Namun lagi lagi Liu Chen menghindar yang membuat cakarnya itu mengenai tanah dan membuat sebuah cekungan kecil.
Liu Chen menelan ludahnya sendiri. "Sepertinya...serigala itu...bukan serigala biasa.."
Liu Chen berbalik dan mulai berlari masuk hutan semakin dalam secepat yang ia bisa. Tentunya, serigala itu takkan membiarkannya lepas begitu saja. Serigala tanduk hitam berlari mengejar Liu Chen.
Serigala tanduk hitam memang unggul dalam hal serangan, namun serigala tanduk hitam kurang unggul dalam kecepatan. Sehingga serigala tanduk hitam masih berada di belakang Liu Chen. Namun jarak antara mereka cukup dekat.
Liu Chen semakin memasuki hutan. Ia sesekali menengok ke belakang untuk melihat apakah serigala tanduk hitam masih mengejarnya. Namun serigala tanduk hitam tetap saja mengejarnya yang membuat Liu Chen semakin mempercepat larinya.
Dia sudah 5 menit berlari. Namun serigala tanduk hitam masih belum pergi meninggalkan nya.
Saat Liu Chen menengok ke belakang, ia tak menyadari jalan di depan nya. Di depannya, terdapat retakan tanah yang membentuk menjadi sebuah jurang.
Hingga, ketika Liu Chen kembali mengalihkan perhatian ke depan, Liu Chen menghentikan larinya secara tiba tiba ketika melihat jurang di depannya.
Namun sayang, ia sudah terlalu dekat dengan jurang itu yang membuat Liu Chen terjatuh. "AAAAA!!"
Serigala tanduk hitam langsung memelankan laju larinya. Hingga iapun menengok ke arah jurang tempat Liu Chen mulai terjatuh.
Ggggrrr
Serigala tanduk hitam langsung membalikkan badannya dan berjalan menjauh. Sebab, mangsanya sudah berhasil lolos darinya. Dia tak mungkin mau masuk ke dalam jurang hanya untuk menangkap sebuah mangsa. Yang mungkin saja dia akan mati terlebih dahulu sebelum memakan mangsanya.
"AAAAAA!!!"
Wajah Liu Chen ada di bawah yang menghadap tanah. Liu Chen memejamkan mata seakan ia sudah pasrah. Namun ia tetap berteriak karna takut.
Hingga ada sebuah cahaya yang bersinar di bawah dan Liu Chen masuk ke dalam nya.
Sementara itu, Liu Hongli maupun Li Wei nampak mencari sesuatu di sekitar rumah.
"Chen'er kamu dimana?", Li Wei berjalan menuju dapur sambil menengok ke kanan maupun kiri.
"Chen'er jangan bersembunyi", Liu Hongli berjalan keluar rumah dan mencari di sekitar halaman. Namun tetap saja, sekeras apapun mereka mencari Liu Chen dirumah, mereka belum juga menemukan nya.
Li Wei menemui Liu Hongli yang ada di luar. Dari ekspresi nya, ia terlihat khawatir. "Li'er, apa kau menemukan Chen'er?"
Liu Hongli berbalik ketika mendengar suara istrinya. Iapun menggelengkan kepala. "Aku tidak menemukannya. Apa Chen'er pergi keluar?"
"Chen'er jarang keluar kecuali saat Chen'er akan membantu di kebun. Sementara 3 hari ini Chen'er hanya di rumah denganmu", Li Wei menatap ke arah Liu Hongli.
"Kita tanyakan saja pada warga disini. Mungkin mereka melihat Chen'er"
Li Wei mengangguk. Mereka berdua pun keluar untuk menanyakan keberadaan Liu Chen.
Sementara itu, Liu Chen berada di suatu tempat yang tidak diketahui. Liu Chen mulai membuka matanya kala ia merasa sudah berada di tanah. Apalagi, dia tidak merasa jatuh dari ketinggian. Namun tubuhnya sedikit sakit.
Posisi Liu Chen saat ini masih tengkurap, iapun melihat ke sekitar. Ia dapat melihat tanah tempatnya terjatuh terdapat rumput rumput hijau. Bukan hanya itu, namun ada juga pepohonan seperti dihutan. Padahal Liu Chen yakin, dia jatuh ke jurang.
Namun kini ia berada di hutan. Namun hutan itu tidak Liu Chen kenal. Hutan itu bukanlah hutan di dekat desanya.
"Bagaimana bisa aku ada disini?" gumam Liu Chen.
Liu Chen mulai berdiri. Tangannya agak sakit karna terjatuh. Walaupun terjatuhnya tidak setinggi di jurang. Namun tetap cukup menyakitkan.
Tangan kanan nya memegangi tangan kiri nya. Ia melihat ke kanan maupun kiri. Saat melihat ke belakang, Liu Chen melihat ada sebuah gua.
Lalu Liu Chen melihat ke arah langit yang terlihat matahari sudah terbit.
"Dimana aku sekarang? Apa yang harus kulakukan?" gumam Liu Chen.
Liu Chen melihat lagi ke arah gua. "Ada sesuatu di gua itu. Aku bisa merasakan aura yang misterius disana. Apa aku kesana saja? Mungkin ada orang disana"
Setelah berfikir beberapa saat, Liu Chen pun akhirnya memilih untuk melihat ke dalam gua.
Saat berada tepat di depan gua, Liu Chen agak ragu untuk masuk. Sebab di dalam gua sangat gelap. Namun karna rasa penasarannya yang besar tentang gua ini, Liu Chen pun akhirnya masuk ke dalam gua dengan perlahan.
Liu Chen terus melihat ke sekeliling untuk melihat keadaan yang ada. Rasa takutnya seakan hilang saat ini karna rasa penasaran yang lebih besar.
"Halo..apa ada orang?" teriak Liu Chen.
Suara Liu Chen langsung menggema di dalam gua.
"Halo!", Liu Chen kembali berteriak. Namun tetap tidak ada seseorang yang menjawab. Hanya gema dari suaranya yang dapat di dengar Liu Chen.
Liu Chen terus berjalan sangat dalam. Keadaan sekitar pun nampak lebih gelap lagi.
"Aduh..!"
Hingga tiba tiba Liu Chen terjatuh karna menyandung sebuah batu.
"Disini sangat gelap. Sangat sulit melihat gua ini" gumam Liu Chen. Lagi lagi, suaranya menggema di dalam gua.
Liu Chen kemudian berdiri dan membersihkan debu debu yang ada di pakaiannya. Setelah itu, Liu Chen kembali berjalan masuk ke dalam.
"Sebenarnya kenapa aku bisa ada disini?" batin nya.
"Namun berkat itu, aku tak terjatuh dari ketinggian tebing. Tapi kini aku tak tau berada dimana. Mungkin ayah dan ibu sedang mencariku" batinnya yang merasa menyesal karna berfikir kedua orangtuanya pasti khawatir karnanya.
Liu Chen meraba raba dinding di sampingnya yang membuat Liu Chen dapat terus maju. Namun terkadang Liu Chen akan terjatuh karna tersandung. Tapi Liu Chen kembali berdiri dan semakin masuk lebih dalam ke gua.
Hingga sebuah sinar membuat Liu Chen semakin mempercepat langkah kakinya menuju arah sinar cahaya tersebut.
Saat sampai, Liu Chen terkejut ketika melihat bebatuan yang bersinar berwarna hijau di bawah dinding dinding gua. Apalagi, tempatnya berdiri sekarang sangatlah luas. Bukan seperti gua, namun seperti lapangan.
"Tempat apa ini?", Liu Chen memandang sekelilingnya dengan takjub. Ini adalah pertama kalinya bagi Liu Chen pergi ke tempat seperti ini.
Hingga sebuah cahaya berada tepat di depan Liu Chen. Melihat itu, Liu Chen agak mundur beberapa langkah dan menatap ke arah cahaya tersebut dengan waspada.
Lama kelamaan cahaya tersebut meredup. Memperlihatkan seorang kakek tua yang transparan.
Wajahnya terlihat tegas dan berwibawa. Ia memegangi kepalanya seakan baru saja dipukul.
Kakek tua itu memiliki janggut dan rambut panjang berwarna putih dengan mata berwarna merah yang nampak mengintimidasi. Ia juga mengeluarkan aura yang cukup kuat dari tubuhnya.
"Aduh..!! Kepalaku sakit. Siapa sebenarnya yang berani menendang batu roh!" teriaknya marah. Ia melihat sekitar dan pandangan nya terpaku pada Liu Chen.
Kakek tua itu menunjuk nunjuk Liu Chen dengan tangan kanan. Sementara tangan kirinya masih memegangi kepalanya. "Kau! Kau yang menendang batu roh, jawab aku! Apa itu benar?"
Melihat dirinya sedang ditunjuk oleh seseorang yang memiliki tatapan intimidasi seperti itu membuat Liu Chen agak ketakutan. Bagaimanapun dia hanyalah seorang anak yang baru berumur 11 tahun. Mendapat tatapan seperti itu pastilah membuatnya sedikit takut.
Liu Chen tak bisa menjawabnya, lebih tepatnya ia tak mengerti apa yang kakek tua itu katakan.
"Jika orangtua bertanya jawab. Jangan terus diam seperti itu!" bentak nya.
Liu Chen mundur beberapa langkah ke belakang. "Ak-aku tidak mengerti. A-apa maksud ka-kakek"
Hingga kakek tua itu mengingat sesuatu. Iapun menurunkan tangan yang memegang kepalanya. Ia menatap Liu Chen penuh selidik.
Diapun akhirnya tersenyum. "Kemarilah, nak"
Liu Chen berhenti berjalan mundur. Namun ia sama sekali tak maju menghampiri kakek tua itu. Ia sebenarnya agak heran dengan perubahan sikap kakek tua yang sebelumnya terlihat sangat marah. Kini terlihat ramah.
"Kemarilah, aku takkan menyakitimu. Percayalah, dan maaf untuk tadi", kakek tua itu masih tersenyum seramah mungkin agar anak berumur 11 tahun di depannya itu tak takut lagi padanya.
Liu Chen agak ragu sejenak. Namun ia memperhatikan ke arah wajah kakek tua itu. Terlihat kakek tua itu tidak terlihat marah lagi seperti tadi.
Liu Chen pun memberanikan diri mendekat beberapa langkah ke depan. Hingga kini jaraknya dengan kakek tua itu hanyalah sekitar 3 meter.
Hingga tiba tiba kakek tua itu terbang mendekat ke arah Liu Chen. Kakek itu terbang dengan rendah dan hanya beberapa centi dari tanah.
Liu Chen ingin mundur, namun ia takut kakek itu akan marah lagi. Jadi dia hanya diam sambil menundukkan kepala dengan agak ketakutan.
Hingga sesuatu yang tak ia duga terjadi. Kakek tua itu mengusap kepala Liu Chen. Hingga membuat Liu Chen akhirnya berani mengangkat wajahnya dan menatap ke arah kakek tua itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
camad CN
sip
2022-06-06
0
topmarkotop
yup
2022-04-27
1
Yanka Raga
like 😎
2022-01-01
1