Kami tiba di sebuah desa kecil dekat dengan perbatasan, ramai orang berlalu-lalang, meskipun banyak monster tapi para monster tidak bisa semudah itu mengacaukan perkampungan.
Itu karena sihir perlindungan dari kekaisaran, setiap enam bulan sekali para penyihir akan memperbaiki sihir perlindungan di setiap daerah.
Para masyarakat menatap kami dengan penuh kebanggaan, mungkin karena kami bertugas memberantas para monster.
Monster semakin banyak karena jumlah mereka yang terus bertambah akibat reproduksi yang terlalu cepat.
Tidak di ketahui penyebabnya, ada anggapan bahwa dark mage mempraktekan sihir terlarang yang mempercepat laju pertumbuhan para monster.
"Kita akan tiba di penginapan Anetos, jangan berjauhan." Peringat seorang knight.
Kami semua tiba di sebuah penginapan sederhana yang tampak nyaman, ukurannya lumayan bisa menampung seratus orang dalam satu waktu.
Setiap kamar berisi dua orang, tentu saja aku dengan prasina, Cecilia seperti ingin mengajakku sekamar namun aku menghindar dan menyeret prasina.
"Kau membenci murid jenius itu?" Tanya sina menatapku dengan kepala di miringkan.
"Tidak, hanya saja aku tidak nyaman." Balasku sambil tersenyum.
"Kau selalu ramah pada orang lain, tapi sikap tidak nyamanmu benar-benar terlihat jelas, Aku kira kau punya semacam kebencian."
"Tidak, lupakan saja mari beristirahat."
Kami tidak mengobrol lagi dan memutuskan untuk beristirahat, benar-benar hari yang melelahkan.
Ini di sebut desa proposo, desa di tepi perbatasan, sangat damai dan menyejukan.
***
Setelah kami beristirahat, aku mengajak Prasina, Elios, Arthur dan Luther berjalan-jalan di sekitar pasar.
Membeli barang yang di rasa berguna untuk ekspedisi kali ini.
Seperti biasa aku membeli rempah-rempah karena biasanya makan hasil buruan tanpa bumbu benar-benar tidak enak dan hambar.
Kita juga membeli roti dan makanan yang expired nya lumayan lama.
"Itu toko apa? Terlihat sepi." Luther menunjuk ke arah toko bobrok yang tampak usang.
"Mari pergi." Ujar Arthur dan Prasina antusias, padahal toko itu cukup menyeramkan seperti rumah hantu di pasar malam.
Kami semua sepakat dan pergi kesana, suara pintu berderak dan debu langsung berterbangan membuat kami semua terbatuk.
"Tempat apa ini? Apakah tidak ada orang?" Tanya Elios.
Kami semua menggeleng dan masuk lebih dalam, banyak buku-buku usang, batu sihir yang sudah kehilangan kekuatannya dan barang aneh lainnya.
"Hihihihi."
Sial suaranya sangat mirip dengan film hantu yang ku tonton saat di kehidupanku yang dulu.
"Menarik, selamat datang anak-anak muda yang berani." Katanya.
Ku lihat seorang wanita yang mirip dengan sadako, berwajah pucat dengan bola mata hitam memakai tudung berwarna ungu dengan seringai di bibirnya.
"Permisi, ini tempat apa ya?" Tanyaku dengan hati-hati.
"Ini tempat untuk meramal, dan aku adalah seorang seer hihihi." Ujarnya dengan akhiran ketawa yang membuat merinding.
"Ah kita akan pergi saja, maaf sudah mengganggu dan terimakasih." Elios mengajak kami untuk pergi, aku pun tidak melawan.
"Heh sungguh polos, sekali datang jangan harap untuk pergi hihihi."
Menyeramkan, ku lihat lidahnya memanjang, bibirnya jadi sobek persis seperti hantu Jepang Kuchisake onna!
"Iwhh apa itu?" Teriak prasina ketakutan.
Semua orang menjadi waspada, benar-benar hantu jepang Kuchisake onna, padahal tadi dia mirip dengan sadako!
"Dia seperti Kuchisake onna!" Ujarku.
"Hah? Kau kenal padaku?" Kuchisake onna bertanya dengan bingung melihat kearahku dengan darah menetes dari mulutnya yang robek.
"Aneh sekali, padahal aku tidak di kenali disini. Siapa kau?" Tanyanya dengan tajam.
Aku tidak menjawab, dia tampak marah dan mengeluarkan energi hantu yang pekat itu gelap dan membuat semua orang merinding.
Dia membawa gunting sambil tertawa dan tersenyum dengan lebar, menakutkan!
"Hii apa yang akan dia lakukan?" Tanya Luther dengan wajah pucat.
Kuchisake onna terbang ke arah prasina yang gemetar, mungkin karena prasina baru pertama kali melihat makhluk seperti itu dia ketakutan.
Kuchisake onna tertawa sambil memegang gunting berniat merobek bibir prasina dengan semangat.
Aku berlari dan menendangnya hingga menabrak dinding, ku lihat kepalanya terbentur sampai berdarah.
"Sialan manusia, aku akan membunuhmu dan merobek bibirmu!" Ucapnya dengan marah.
Ada angin yang entah dari mana bertiup kencang, untung saja Luther seorang defender dia melindungi kami dengan perisai sihirnya.
"Sial energi anginnya terlalu pekat karena di campur dengan kegelapan." Luther mengumpat sambil menahan perisainya.
"Kita harus memikirkan cara agar bisa kabur, atau membunuhnya." Aku menatap teman-temanku dengan serius, terlihat Luther sudah tidak mampu lagi menahan energi gelap dan angin.
"Bunuh dia menggunakan pedangmu, obati Luther terlebih dahulu agar mananya terisi kembali, kemudian aku, Arthur dan sina akan mengecoh Kuchisake onna dan aktifkan mantra perlindungan yang di ajari profesor sarache tempo lalu." Elios menjelaskan.
Kami mengangguk, aku mengobati dan mengisi mana Luther menggunakan ramuan yang ku bawa.
Mantra perlindungan sudah di aktifkan, meskipun efektivitasnya cukup namun untuk bertahan dari energi gelap hanya bisa di lakukan dengan cepat.
Elios, Arthur dan Prasina menyerang Kuchisake onna, aku mendekati belakang kepalanya dengan perlindungan dari perisai Luther.
"Manusia mati! Kalian semua mati!" Kuchisake onna mengamuk, energi gelap lebih pekat dan menyesakkan.
"Cepat." Teriak Elios, Luther juga sudah pucat kembali.
Aku mengalirkan manaku, dan menebas kepala Kuchisake onna dengan pedang.
Namun tidak kena, dia malah mengarahkan Gunting ke arahku, aku menghindar dan punggungku menabrak dinding.
"Liona! Apa kau tidak apa-apa?" Tanya Elios khawatir, aku hanya memberikan jempol.
Aku benar-benar ingin bangun, namun energi gelap menahanku. Teman-temanku batuk darah karena energi gelap yang sangat pekat.
Sial!
"Hihihi, mati!" Kuchisake onna mengarahkan guntingnya tepat pada mulutku.
Aku memaksakan diri untuk bergerak, dan menendang perutnya sampai guntingnya lepas dari tangan Kuchisake onna.
Energi gelap tampak goyah, aku mengaktifkan mantra perlindungan dan mengambil gunting dengan cepat.
Berlari menuju Kuchisake onna yang agak limbung, aku menusuknya tempat di mulutnya.
Dia memelotiku, lalu aku menusuk letak jantungnya dan menggunakan pedangku untuk menebas kepalanya.
Darah berceceran kemana-mana berbau bangkai menjijikan, Kuchisake onna berubah menjadi debu dan menghilang.
Aku dan teman-temanku terdiam, kemudian menghela nafas dengan lemas. Aku mengeluarkan ramuan dan memberikannya pada teman-temanku.
Tidak ada apa-apa lagi disana, ternyata itu Kuchisake onna yang menyamar menjadi seer, pantas saja sangat sepi disini.
"Kita pulang saja, sudah lama berada di luar."
Kami pergi dari sana, dan kembali menuju penginapan, karena berkeringat kami tidak melakukan apa-apa dulu dan langsung mandi.
"Tadi sangat hebat tapi benar-benar menyeramkan." Prasina berujar sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Kau benar." Ucapku.
"Oh, bagaimana kau tahu itu adalah Kuchisake onna? Aku baru pertama kali lihat ada makhluk semacam itu." Tanya Prasina.
"Ah aku tidak sengaja membaca dari buku kuno." Aku berbohong tanpa berkedip.
"Benarkah?"
"Tentu, mari tidur besok kita akan melanjutkan perjalanan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Rias Gremory
Bisa² nya Kuchisake Onna nyasar ke Isekai 🤣🤣🤣🤣🤣
2025-03-19
0
KooKie💜🐰
kuchisake onna kek nya ikut pindah dimensi deh😂
2022-02-14
4
Aqila Chayanx Aina
hantu indo ada g...mbak Kun, kakek cangkul, kuyang dkk gitu...😂
2021-12-30
0