Cecilia menyelamatkan siswa itu dengan berani, seperti ksatria wanita yang gagah dan hal itu sukses membuat para murid terpesona.
"Jangan lengah, perhatikan sekeliling dengan baik." Tegur seorang paladin.
"Monster Plokami adalah monster tingkat tinggi, itu lumayan berbahaya jangan memotong tentakelnya karena itu percuma.
Tenkatel yang terpotong akan beregenerasi dengan sangat cepat, untuk menghemat tenaga kalian harus menyerang mengenai kepalanya." Jelas seorang knight.
Kami semua mengangguk dan mulai bekerja sama, para monster Plokami lain yang bersembunyi mulai berdatangan membuat knight dan paladin terkejut.
Masih belum menggunakan serangan Assasin karena mungkin masih bisa di atasi.
Para murid bekerja sama melawan monster Plokami, bagian healer mereka khusus di tempatkan di belakang.
Para defender melindungi tim penyerang dengan perisai ajaib nya dari serangan tentakel berlendir Plokami yang menjijikan.
"Liona, pakailah pedang dan padukan dengan apimu." Saran Elios, ahli strategi di kelas pedang.
"Baik."
Aku mulai mengumpulkan manaku di bantu dengan batu sihir yang di hadiahkan Alex tempo lalu.
Ignis, nama roh apiku bekerja sama dengan baik bersamaku. Ignis mengalirkan energinya ke dalam pedangku.
Aku tidak bisa menggunakan sihir tanpa perantara karena mungkin akan merepotkan diriku sendiri.
Tentakel yang menjijikan mulai menyerang ke arahku, aku menepis tentakel-tentakel itu dengan pedang, benar saja regenerasinya sangat cepat.
Aku berlari, di bantu dengan sihir angin Elios agar memudahkan ku menyerang kepalanya.
Srett
Sial! Tanganku terluka karena kurangnya kecepatan menyerang kepalanya.
Elios membantuku berdiri, aku benci lemah. Aku mulai menyerang lagi dengan memotong kupingnya, semua orang juga bekerja sama dengan baik.
Ada tiga monster Plokami yang sedang bertarung dan semuanya mempunyai kecerdasan.
Seorang knight membantu dengan mengecoh Plokami yang sedang ku lawan, yang lain mulai memotong bagian tubuhnya dengan membabi buta.
"Liona, sekarang!" Ujar Elios.
Aku berlari kembali, dan di bantu dengan sihir angin, mengalirkan manaku dan energi api pada pedang.
Kakkkkkkk
Suara teriakan Plokami luar biasa tidak enak di dengar, membuat gendang telinga sakit.
Aku berhasil!
Aku berhasil menusuk kepalanya, monster Plokami tumbang dengan darah berwarna ungu yang berceceran.
Melihat salah satu temannya mati, monster Plokami lain menjadi lengah, sehingga lebih mudah di tangani.
Akhirnya semua monster Plokami tewas terbunuh dengan kepala terpotong atau tertusuk.
"Kerja bagus nak." Ujar seorang ksatria paruh baya, memuji ku.
Aku tersenyum dan berpandangan dengan Elios yang menatapku dengan penghargaan.
"Meskipun gagal satu kali, namun selanjutnya kau bisa. Kemampuanmu sungguh berkembang Liona." Puji Elios.
"Itu juga berkat otakmu yang jenius dan sihir anginmu." Balasku tersenyum.
Tampak semua orang menghela nafas lega, yang terluka segera di obati oleh para healer, karena aku sendiri seorang healer, luka tadi sembuh dengan cepat.
"Mari berjalan lebih jauh untuk beristirahat." Ujar pemimpin ksatria.
Setelah di amati ternyata itu adalah putra mahkota! putra mahkota menyamar menjadi pemimpin knight.
Dia memandangku dan aku langsung mengalihkan pandanganku, terkejut kenapa dia menatapku?
Kami melanjutkan perjalanan lagi, melawan monster Plokami memakan waktu yang cukup lama, para murid sudah kelelahan.
Semuanya mencari tempat yang di rasa aman dan dekat dengan sungai.
"Tadi kau hebat sekali, selama enam bulan ini kemampuan berpedangmu jauh lebih baik." Prasina menatapku dengan antusias.
"Yah mungkin itu juga karena faktor gen dari ayahku." Ujarku dengan rendah hati.
"Kau hebat Liona." Ujar yang lainnya.
Ah aku jadi malu, aku sangat suka dengan pujian. Di novel karena Liona manja dia tidak ikut ekspedisi.
Saat di novel itu menjelaskan Cecilia yang menang bertarung berturut-turut dengan para monster.
Namun jika ku lihat saat ini, kemampuannya tidak sebagus apa yang di deskripsikan di novel, apakah itu penipu?
Kami terus berjalan dan menemukan tempat yang luas, itu juga seperti bekas terpasang tenda dan tentunya dekat dengan sungai.
Semua orang membasuh wajahnya dan terlihat lebih segar.
"Hai."
Deg
Aku melihat ke arah seseorang yang menyapaku, itu Cecilia. Kenapa dia menyapaku? Aku sangat ingin menghindarinya.
"Oh hai." Jawabku kikuk.
"Tadi kamu sangat hebat, aku melihatmu dengan Elios bekerja sama." Katanya sambil tersenyum.
Oh jangan terus mengajakku bicara bisakah kau pergi, aku ingin sekali mengucapkan itu.
"Ah ya terimakasih, itu juga berkat strategi Elios dan bantuan sihir anginnya."
"Tetap saja kau sangat hebat, aku sangat kagum padamu." Cecilia berkata dengan raut tulus.
Tolong pergilah!
"Liona!" Elios memanggilku dan menyeretku, untunglah. Aku hanya mengucapkan terimakasih dan sampai jumpa lalu mengikuti Elios.
"Kenapa?" Tanyaku menatap Elios.
"Kau dekat dengannya?" Elios menatapku sambil mengernyitkan dahinya.
"Tidak, dia hanya menyapaku saja." Ujarku sambil menggeleng.
"Liona, kau tahu kan firasatku selalu akurat! Entah mengapa aku tidak menyukainya, itu memberikan perasaan buruk padaku." Elios memandangku dengan serius.
Aku memikirkan firasat Elios, memang biasanya firasatnya selalu akurat dan tepat.
Elios tidak di jelaskan dalam novel atau bisa di katakan dia hanya pemeran lewat saja, namun dalam buku sejarah yang ku baca keluarga Elios Akrivis di berkati dengan kemampuan aneh.
Tidak dijelaskan apa itu, namun mungkin masih berhubungan dengan indra firasatnya yang selalu akurat.
"Tenang saja, aku juga tidak ingin dekat dengannya."
Kami hanya mengobrol sampai prasina datang membawa daging buruan yang di berikan oleh seorang knight.
Memanggang dan makan, untung aku membawa bumbu-bumbu jadi rasanya tidak hambar.
Aku merasakan tatapan intens sedari aku makan, aku bertatapan lagi dengannya!
Ternyata putra mahkota yang selalu menatapku, itu membuatku risih, aku tidak ingin menjadi perhatian para pemeran utama.
"Kenapa kau terlihat tidak nyaman?" Tanya Arthur Adefto temanku yang lain.
"Ah mungkin sedikit kelelahan." Ujarku sambil tersenyum, aku tidak mempedulikan lagi putra mahkota yang menatapku.
Meskipun risih, namun aku tidak bisa begitu terang-terangan, untung disini tidak ada monster dan semua murid bisa istirahat dengan baik.
Malam yang tidak bisa berkata-kata.
***
Keesokan paginya kita semua bersiap-siap pergi, membereskan tenda dan kayu bakar.
Kita naik kuda lagi menuju ke daerah timur, ada beberapa monster ringan yang bisa di tangani dengan mudah sepanjang perjalanan.
Cecilia juga sering mengajakku untuk berbicara, membuatku tidak nyaman.
Meskipun dia tahu aku tidak nyaman, namun dia tetap saja mendekatiku benar-benar menyebalkan.
"Kenapa wanita itu terus mendekatimu?" Tanya Arthur berbisik kearahku.
"Aku tidak tahu." Balasku dengan menggeleng.
"Mungkin karena dia terpesona dengan kehebatan pedang Liona kita." Prasina mengatakan itu dengan bangga.
Aku heran yang seharusnya bangga dan menyanjung diri sendiri adalah aku, tapi kenapa Prasina terlihat seolah dia yang melakukan itu?
"Dia pemaksa." Elios menatap Cecilia yang berada di depan dengan sinis.
Aku hanya ingin tertawa, padahal di novel Cecilia adalah seorang yang bahkan membenci dirinya adalah dosa.
Semua orang sangat menyayangi dan mengaguminya, ada beberapa pemeran utama pria yang menyukai Cecilia.
Mungkin di masa depan kami akan bertemu, tapi aku tentu saja hanya akan melihat tidak mendekatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
شيشي هدى
gue pikir dia teriak manggil kakaknya
2022-11-30
2
Frando Kanan
emng Cecilia ini asliny antagonis?
2021-12-28
0
Ida Blado
,aq suka cerita yg seoerti ini,terjebak dlm dunia novel dn bereinkarnasi jdi prran antagonis,menghindari pokok masalah dn mlh di kejar2 tokoh utama.tpi syg banyakan narasinya dripada interaksinya,,
2021-11-18
0