Sore hari ini...angin bertiup semilir. Sejuk
terasa.
"Lumayan lah angin ini bisa
ngademin badan yang lengket," batinku
sambil mengendarai motor menuju rumah
setelah pulang kerja.
Pekkkk....kepekkkk....kepekkk
"Lho....lho....kenapa lagi ini motor?," heran Malik.
Terdengar suara motor bututnya yang aneh
dan tiba-tiba berhenti di tengah jalan.
"Aih...kalo kayak gini. Mau gak mau harus
aku bawa ke bengkel mas Kadir nih,"
gumamku seorang diri sambil menghela
nafas.
Aku menuntun motor bututku.
...----------------...
Setibanya di bengkel mas Kadir. Aku
celingukan mencari seseorang yang
memang aku ingin hindari tuk sementara
waktu.
"Syukurlah dia belum datang. Pasti dia
masuk sore lagi hari ini," gumamku
seorang diri.
"Lik, kenapa bengong disana? motornya
rusak lagi ya? bawa masuk sini!," ajaknya.
Mas Helmi menyuruhku masuk membawa
motot. Cuma dia karyawan mas Kadir
yang paling lama bekerja disini.
"Tau nih mas. Tadi suara motor
ini ...pek..kepekkk...kepekkk...eh langsung
mendadak mati walopun dah aku coba
nyalain lagi," aku menirukan suara motor
yang bermasalah.
"Gak bisa ditunggu ni motor Lik. Lumayan
lama benerinnya! harus bongkar mesinnya
dulu!," terang mas Helmi.
"Gak pa-pa mas. Asalkan nanti bisa aku
layak pakai lagi. Mau beli motor baru
belum ada dana mas. Annisa bentar lagi
kan mau masuk sekolah dini. Eh ...kok jadi
curhat aku mas ...he...he..," cengirku pada
mas Helmi.
"Santuy ajah Lik. Semua orang punya
kesulitan juga kok. Cuma beda aja
masalahnya," sambil tersenyum ramah.
"Telpon aku aja mas. kalo udah selesai ya!,"
ujarku.
"Siap ndan," sahut mas Helmi.
"Mas Kadir kok gak keliatan? kemana
dia mas? biasanya kan selalu bantuin
montir-montirnya," tanyaku heran sambil
mencari sosok mas Kadir.
"Ada urusan Lik. ba2ru aja pergi kok orangnya,"
jawab mas Helmi.
"Owh...begitu ya mas. Ya udah mas. Aku
tinggal ya...udah sore gini," sambil berlalu
pergi keluar bengkel.
"Orang itu...kenapa juga harus papasan.
padahal aku udah cepet-cepet mau pulang
dari sini," lirihku kesal.
Dia menyadari kehadiranku dan tersenyum
ramah. seol2ah tidak ada apapun yang terjadi.
"Kali ini bawa mobil siapa mas?," tegurnya basa-basi.
"Bawa motorku," kujawab enteng.
"Owh...gitu ya. Kirain bawa mobil mas Toni
lagi," ujarnya sambil tersenyum.
"Nggak." Jawabku singkat.
Aku tak menghiraukan tatapan herannya.
Mungkin dia bertanya-tanya kenapa aku
berubah seperti ini. Apa mungkin dia
pura-pura gak tau aku ini siapa?.
Aku berlalu meninggalkan dia di belakang
tanpa sepatah katapun. Ku lebarkan
langkahku agar bisa jauh dari tempat ini.
"Pinter banget dia akting nya. Seakan-akan
gak bersalah sudah membawa kabur istri
orang," geramku sambil mengepalkan tangan.
...----------------...
Sementara itu. Andi yang mengernyit
heran nampak memikirkan sesuatu.
"Mas Malik kenapa ya? tiba-tiba saja berubah
dingin padaku. Padahal kemaren waktu
ngambil angkotnya. Baik bener dia....ramah,"
gumamnya seorang diri.
"Andi.....bantuin aku sini! jangan melamun
di tengah pintu, pamali ," panggil Helmi.
"Eeeh...iya mas, maaf....," Andi melangkah
masuk menghampiri Helmi dan bekerja
bersama.
...----------------...
Malam hari di kota tempat Toni
menawarkan barang yang dijualnya.
Dia berada disebuah pub malam. Disanalah
dia menjajakan barang haram itu.
Langganannya sudah banyak. Tidak peduli
lelaki ataupun perempuan. Mereka yang
tau kehadiran Toni langsung saja
mengerumuninya.
Pantas saja Toni selalu pulang malam
diatas jam 10. Dia menjerat mangsanya di
salah satu pub malam terbesar di kota
seberang, yang perjalanannya saja bisa
menghabiskan waktu 2 jam lebih dari
kampungnya tinggal.
Setelah dirasa barangnya sudah banyak
berkurang. Dia tersenyum senang menghitung
hasil yang dia dapat malam ini.
"Lumayan....cukup lah untuk hari ini." Sambil
mencium bau uang di tangannya.
Setelah mengantongi uang yang bertumpuk
itu. Toni dihampiri wanita-wanita malam yang
ingin bersenang-senang dengannya.
"Mas...kalo punya duit itu. Ya dibagi-bagi
sama kita," wanita itu mengerling nakal
sambil mengelus paha Toni.
"Kita keluar aja mas! Disini berisik. Mas
bisa pilih salah satu dari kami atau....,"
Wanita itu menghentikan obrolannya.
Dia mendekatkan mulut ke telinga Toni
sambil berbisik.
"Mas Toni bisa bawa kami semua check-in," usulnya pada Toni.
Selama ini Toni hanya berani menjual barang
itu tanpa memakainya. Dan urusan perempuan.
Dialah juaranya. Dia memang terkenal baik dan
sopan di kampungnya. Tapi, di luar sana watak
aslinya terlihat kalau dia memang tidak bisa
mengendalikan hawa nafsunya.
"Yeeee...kalian ini kalo ada duit aja. Matanya
langsung ijoo," cibir Toni pada wanita-wanita
itu.
"Sorry beb....aku gak tertarik sama kalian.
Aku udah punya pilihanku sendiri, tapi....
jangan kuatir. Temenin aku minum nanti aku
kasih 2 lembar duit merah. Satu orang dua
lembar...gimana?," Toni mengedipkan
matanya pada beberapa wanita disana.
"Boleh...siapa takut. Kuy tambah minumannya,"
teriak wanita paling sexy.
Mereka menghabiskan malam bersama
sambil di kelilingi minuman haram.
Setelah dirasa hampir mabuk. Toni
mengeluarkan ponselnya dan menelpon
seorang wanita.
"Hai...sayang. Kamu jemput aku ya ditempat
biasa! Kepalaku udah pusing nih...buruan gak
pake lama," langsung mematikan teleponnya.
Tak berapa lama. Seorang perempuan cantik
datang menghampiri Toni dan langsung
memapah sambil membawanya pergi.
Perempuan itu mencari kunci mobi Toni.
Dan membantu Toni masuk ke dalam
mobil.
Didalam mobil, Toni yang mulai mabuk mulai mengelus paha perempuan itu. Tangannya mulai bergerak nakal. Dan menjelajah wajah perempuan didepannya.
Perempuan itu menghentikan gerakan Toni dan mulai berbisik sesuatu. Toni terdiam di tempatnya sambil menyeringai licik.
Perempuan itu mulai menjalankan mobil dan melesatkannya. Menjauh dari pub malam itu.
...----------------...
Hotel El-kiano
Toni yang mulai sadar dari pusingnya.
Tersenyum melihat wanitanya sedang
memapah dan merangkulnya.
"Cindy....wanitaku sayang," gumamnya sambil
mengelus pipi wanita yang di panggilnya
Cindy.
Mereka sudah tiba didalam kamar hotel.
Waktu sudah menjelang pagi.
Toni langsung memeluk Cindy dari belakang
ketika Cindy menutup pintu kamar.
"Mas...mandi dulu sana! bau alkohol,"
suruh Cindy.
Toni hanya tersenyum simpul.
Dia merengkuh tubuh Cindy. Mencium pipi
hingga turun ke bibir Cindy yang ranum.
Cindy tak tinggal diam. Dia yang selama ini
merindukan sentuhan kekasihnya membalas
ciuman Toni.
Keduanya sudah berada di ranjang. Ciuman
mereka tak terlepas. Mereka berdua sama-sama menghangatkan suasana.
Setelah selesai dengan pemanasan.
Akhirnya mereka melakukan penyatuan
sampai terkulai lemas kehabisan tenaga.
Dan akhirnya tertidur pulas.
Mereka tau yang dilakukannya itu adalah
suatu dosa besar. Tapi mereka tidak peduli.
Mereka berdua hanya mementingkan hawa
nafsu semata yang nantinya akan
membuat mereka lebih terjerat dan
terjerumus lebih dalam lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
🎐Tsubaki
yah mas Toni, ternyata dirimuh...
2022-01-14
0
Aroel Andykha
cerita intinya mana,,,pada hal judulx supir untuk sang nyonya
2022-01-11
0
Yulie_82
nyonya nya mana. yak....????
2022-01-11
0