Annisa sudah menungguku didipan teras
rumah. Dia duduk sambil memainkan
bonekanya. Sepertinya dia asyik sekali
bermain. Sampai-sampai aku yang tak
bersuara mendekati, tapi dia tidak
menyadari keberadaanku.
"Baaaaa...," ku kagetkan dia.
Dia terperanjat dengan aksiku.
"Ayaaaahhhh.....Nissa hayus di bawa ke
yumah cakit lho, nih...dug...dug...dug,"
tangannya menempel ke bagian dada
sebelah kiri sambil memancungkan
bibirnya.
"Aha..ha... anak ayah kan gak sakit, cuma
kaget...kaget nak," aku tertawa sambil
mencubit pipinya gemas.
"Maafin ayah napa, ayah kan mau bikin
kejutan sama Nissa, lagian ayah udah
pulang...eh...Nissa malah gak tau kalo ayah
uda disini," aku pura-pura ngambek
padanya.
"Nissa main sama Molly yah," sambil
mengacungkan bonekanya.
"Ini ada eskrim lho, rasa strawberry sama
rasa coklat, kamu mau makan yang mana
dulu?," tawarku.
Dia terlihat memikirkan sesuatu. Mungkin
dia bingung harus makan eskrim yang
mana dulu.
"Ayah tunggu sini ya," dia beranjak dari
dipan dan berlari masuk kedalam rumah.
Dua menit berlalu, dia membawa 3 gelas
plastik kecil. Aku hanya mengernyit
saja....bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang
anak ini akan lakukan? padahal kan tinggal
makan saja eskrimnya.
"Ayah...cini esklimnya, tapi...yang cokkat aja
duyu yah.. ," pintanya padaku.
Diambilnya eskrim yang aku sodorkan
padanya.
Dia mematahkan eskrim dengan
sendok. Setengah eskrim coklat dia
masukkan dalam gelas yang berbeda.
Jadi 2 gelas sudah terisi eskrim coklat.
"Yang scrobeyi mana yah," pintanya lagi.
Aku memberikan sisa eskrim padanya.
Dia mematahkan lagi eskrim itu menjadi dua
bagian, satu bagian dia taruh di gelas kosong
dan satu bagian lain dia campur dengan
eskrim coklat tadi. Dan sekarang 3 gelas
sudah terisi dengan eskrim.
Aku tersenyum melihatnya seperti itu.
"Ini semua mau Nissa makan sendirian ya?,"
tanyaku sambil tersenyum.
Nissa menggelengkan kepalanya.
"Nissa mau yang eskyim ini ajah. Yang ini
buat nenek, yang ini buat kakek," terangnya
sambil memegang gelas berisi campuran
eskrim strawberry dan coklat.
Nissa meletakkan gelasnya didipan.
Dia membawa 2 gelas sisanya masuk ke
dalam rumah. Terdengar dia memanggil
kakek dan neneknya.
"Anak pintar. Dia mau berbagi makanannya
dengan orang lain," batinku.
"Sudah yah. Nenek sama kakek lagi makan
eskyim. Sekarang kita makan eskyimnya yah,"
tawarnya padaku. Nissa sudah menyiapkan
sendok untuk memakan eskrimnya.
"Enak yah....yummy...bangett...," katanya
spontan.
"Tau yummy banget tuh darimana sayang?,"
Sambil menggelengkan kepalaku.
"Ya dayi tipi yah, banget ...banget...gitu,"
dengan gaya khas balita seusianya.
Aku tersenyum melihat tingkahnya. Setelah memakan eskrimnya sampai habis. Aku menggendong Nissa menuju kamar mandi. sudah sesore ini dia belum mandi karena sengaja menungguku makan eskrim.
Adzan Maghrib mulai terdengar. Kami
melaksanakan perintahnya dengan khidmat
dan khusyuk. Dalam doa, kami selalu meminta
kedamaian hidup dan ketenangan hati.
...----------------...
Ting....ting....ting
Terdengar suara sendok beradu dengan piring.
"Pasti Nissa yang memainkannya," gumamku
seorang diri.
Tap...tap...tap....
Suara langkah kaki terdengar menyusulku dari belakang. Kutolehkan pandanganku. Bapak keluar dari kamarnya.
"Bapak... tadi pagi, pagi sekali sih berangkatnya. Malik kan gak sempet pamit pak," ucapku padanya.
"Bapak udah janji sama pak Marjuki Lik.
Sawahnya harus di garap dan disuburkan
kembali. Maklum lah udah beberapa bulan
dianggurin," jawabnya.
"Kita makan dulu aja pak. keburu waktu Isya!,"
ajakku.
Kami beriringan menuju dapur. Didipan kayu
dapur, ibu dan Nissa sudah menunggu kami.
Makan malam seadanya khas kampung telah
tersaji. Menunggu untuk kami nikmati.
...----------------...
Pikiranku menyeruak kembali karena
kebenaran yang diungkapkan mas Kadir
padaku.
Ku hisap rokok dalam-dalam. Mengobati
kalutnya hatiku. Aku mulai merokok lagi
disaat gundah melanda hati dan pikiran.
Orangtuaku menghampiri. Kami bertiga duduk
santai didipan kayu luar menikmati dinginnya
angin malam dan pemandangan malam yang
temaram.
"Gak usah mikirin hal yang udah berlalu nak.
Biarkan saja dia, kamu harus melanjutkan
hidupmu! baik ada dia disini ataupun tidak,"
ibu menyampaikan pemikirannya.
"Ibumu benar Lik! ngapain kamu harus
memikirkan orang yang sudah tidak berharga
buatmu. Buang-buang waktu saja lho nak,"
bapak menambahkan.
Kusundutkan rokok yang masih tersisa
setengah.
"Makasih ya buk...pak...hanya
kalian yang mengerti keadaan Malik
selama ini."
"Kalo bukan kami siapa lagi yang bisa
menghiburmu Lik. Masa Fatma ibu suruh
kemari untuk menghiburmu sih," ibu
menggodaku.
"Fatma lagi nih yang mulai dibahas," sahutku.
"Daripada bahas perempuan itu. Ya wajarlah
ibu ngebahas Fatma. Anak gadis yang
manis, pintar dan baik," ibu sumringah.
"Calon mantu idamannya ibuk ya? tapi kan
ibu tau sendiri kalo Malik nganggep dia
tuh gimana," Jelasku lagi.
"Ibu tau sih. Tapi masalahnya kamu harus
membuka hatimu buat perempuan lain Lik.
ini asyik-asyik nariiiiikkk mulu gak ada
liburnya udah sebulanan ini," sungut ibuku
kesal.
"Belum ada yang pas di hati buk. Kalau
udah ada nanti Malik pasti kasih tau ibu dan
bapak....oke," kerlingku membalas kekesalan
ibu.
"Annisa tumben banget ya dia tidur awal
malam ini. jadi sepi gak denger celotehnya,"
akhirnya bapak buka suara setelah
mendengar perdebatan kecil antara aku dan ibu.
Kami hanya mengangguk tanda setuju.
...----------------...
Pagi menjelang. Aku melihat ada gelagat
seorang perempuan di seberang jalan depan
rumah. Dia terlihat gusar dan mondar-mandir
berkali-kali.
Aku hanya melihat dari jauh. Tak tau dia
siapa. Ku panaskan motor butut
kesayanganku sebelum berangkat
ke rumah pak Ahmad.
Annisa mendekat kepadaku. Sepertinya dia
baru bangun tidur dan mencariku.
Molly...boneka kesayangannya ada di
pelukannya.
"Ayah...Nissa mau naik motor bareng
ayah!," rengeknya padaku.
"Ayah kan harus kerja. Masak Nissa harus
ikut. Diluar itu panas banget lho," ujarku
lagi sambil meringis kepanasan.
"Tapi Nissa kan pengen ikut ayah. Nissa
pengen tau ayah kerja dimana," rengeknya
lagi.
Ku gendong gadis kecil ini. Ku seka peluh
yang mulai menetes dari dahinya.
"Emmm....gimana kalo nanti ayah libur.
ayah ajak Nissa naik motor. Kita keliling
kampung...oke," sambil ku acungkan jari
kelingking padanya.
"Oke.....ayah janji lho," dia mengaitkan jari
kelingkingnya yang mungil.
"Sekarang. Ayah harus pergi kerja. Nissa
masuk dulu sana. Mandi yang bersih! bauk
acem tawuuu...," kutirukan kata-katanya yang
biasa dia ucapkan padaku ketika pulang kerja.
Nissa berlari masuk ke dalam rumah sambil
memanggil neneknya.
Aku hanya menggelengkan kepala.
"Bocah itu...pasti dia bosan dirumah terus. Fatma kan udah jarang kesini semenjak kerja
di kota sebelah," gumamku seorang diri.
Perempuan itu memperhatikan kami sejak
tadi. Dipakainya topi ketika aku melihatnya.
"Daritadi cuma berdiri disana. ngapain coba?
aneh sekali, orang gila kali ya cuma berdiri
sambil mondar-mandir gak jelas," batinku
sambil meninggalkan rumah.
Aku melesatkan motorku di jalanan kampung
ini. Aku sudah tak mau tahu lagi. Apa yang
akan terjadi dengan wanita itu. Wanita
pengkhianat.
Pikiranku sudah normal kembali karena
aku harus mengalihkannya pada Annisa.
Gadis kecilku satu-satunya.
Aku bersiul sambil memecah kesunyian jalan
ini dengan suara motor butut ini. namanya
juga motor butut, pasti suaranya merdu
dan spesial....ha...ha...ha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Qirana
Semangat lagi
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
2021-09-26
0
Lidia Dwi Pangkey
memangnya wanita itu rosyanti ibunya nisa ya
2021-09-13
0
Roses
mantap
2021-09-06
0