Aisyah hanya tersenyum melihat celoteh
riang Fatma dengan Malik ditelepon.
Walaupun senyumnya menyiratkan sedikit
rasa kecewa.
Dia sudah menyukai Malik ketika mereka
pertama kali bertemu, walaupun penampilan
Malik sederhana, tapi Aisyah menyukai tutur
kata Malik yang memang terdengar santun.
Fatma sudah menutup obrolannya di telepon,
dia memberikan ponsel ibunya sambil berkata.
"Nanti mas Malik bilang mau kesini bu, setelah
pulang narik dia mampir bentar," raut wajahnya
berbinar.
"Kan besok kamu udah pulang, gak kasian
sama Malik apa? biar besok aja dirumah
jenguk kamu lagi!" suruh Zainab.
"Fatma juga udah bilang kok kalo besok
pulang, mas Malik aja yang pengen kesini,"
sahut Fatma lagi.
"Ya sudahlah kalo begitu, asalkan dia kesini
atas kemauannya sendiri," lanjut Zainab lagi.
Zainab memperhatikan Aisyah, dia merasa
Aisyah menatap Fatma dengan pandangan
yang sulit diartikan.
"Ehhh...sampe lupa....mari sini duduk bu Lis,
nak Aish...," tawar Zainab mempersilahkan
keduanya duduk disampingnya.
Mereka berdua hanya mengangguk sambil
tersenyum dan duduk di sebelah Zainab.
"Ini buk...buat Fatma, tadi ibu-ibu yang lain
pada nitip," ujar Aisyah menyodorkan
bingkisan berisi buah dan makanan ringan.
"Makasih ya Ais...salam buat ibu-ibu yang
lain juga ya...makasih atas pemberiannya,"
Fatma yang melihat zainab menerima
bingkisan dari Aisyah, akhirnya membuka
suaranya kembali.
"Iya....nanti aku sampein," angguk aisyah
mantap.
"Toni...kemana dia pak? kenapa gak
kelihatan?" Zainab bertanya sambil mencari
sekeliling ruangan dimana anaknya berada.
"Tadi dia pamit ke toilet sebentar, sekalian
cuci muka bilangnya," jawab Ahmad.
"Owh...gitu...bapak sama Toni udah makan
apa belum?
ibu belikan sarapan tadi di jalan," tanya Zainab
pada suaminya
"Aku sama Toni belum beli makanan apapun,
ngeliat Fatma bangun jadi lupa
segalanya...he..he...," cengir Ahmad.
"Bapak sarapan dulu, pergi ke toilet cuci
muka langsung ke kantin rumah sakit saja pak,
sekalian ajak Toni, nih sarapannya di bawa!"
sodor Zainab memberikan bungkusan plastik
biru.
"Iya...bu, mumpung ada yang jaga Fatma,
aku permisi ya bu Lis, nak ais...," toleh Ahmad
kearah ibu dan anak disamping istrinya duduk.
"Silahkan saja pak, gak usah terburu-buru,"
sahut Lisna.
Ahmad beranjak pergi dari kamar perawatan
Fatma, dia segera ke toilet untuk mencari Toni,
dan mengajaknya makan bersama di kantin
rumah sakit.
Toni yang sudah selesai dengan hajatnya,
segera keluar dari toilet dan....
Kruuuukkk....kriuuuukkkk...
Perutnya berbunyi pertanda minta diisi.
"Sampe laper gini, gimana gak laper ...dari
semalem ni perut gak diisi," rintihnya pelan
sambil memegang perutnya.
Ahmad yang mendekat kearah Toni langsung
menyapa anaknya.
"Ton, kamu tuh ditungguin lama amat sih...ayo ke kantin rumah sakit!
tapi bapak mau ke dalam dulu ya, pegang nih!"
sambil menyodorkan bungkusan plastik dan
beranjak masuk kedalam Toilet di depannya.
Toni hanya meringis dan mengangguk tanpa
bersuara. Dia melihat-lihat isi bungkusan
plastik ditangannya.
"Ehmm...baunya wangi nih, tapi...harus
jauh-jauh dari sini," gumamnya seorang diri
sambil menyingkir dari depan toilet.
Ahmad segera keluar dan mencari keberadaan
anaknya, mereka berdua melangkah bersama
menuju kantin rumah sakit yang jaraknya tidak
terlalu jauh dari toilet tadi.
...----------------...
Sore hari....Malik yang sudah seharian bekerja,
mengganti bajunya di kamar mandi terminal.
Dia mau menjenguk Fatma, orang yang selama
ini sudah menyayangi Annisa.
Dua orang berbadan tinggi besar, berbicara
di depan kamar mandi.
"Gimana kalo kita bujuk aja Toni bro....dia
jualan di Kota S sana udah setahun gak
terendus," usul pria berambut cepak.
"Jangan...bisa berabe, dia itu cerdik bro,
mana mungkin pasarnya mau di kasih sama
orang begitu saja," tolak pria berambut
gondrong sebahu.
"Jadi gimana dong...kita udah nyari mangsa
baru tapi hasilnya nol, apalagi dikampung ini
mereka pada tobat, gak mau berurusan sama
kita lagi...jalan satu-satunya kita harus
menemui Toni dan berbicara dengannya,"
ucap pria cepak lagi.
Sebelum pria gondrong menjawab pria cepak,
Malik melintas di depan mereka dan
mendengar secara tak sengaja percakapan
mereka berdua.
"Hmmm....mereka kenal sama mas Toni.
Sebenarnya ada hubungan apa mereka sama
mas Toni?", batin Malik sambil bertanya-tanya.
Mereka berdua berhenti berbicara ketika Malik
melintas persis di depan mereka berdua.
Malik memandang mereka sepintas, raut
wajahnya terlihat bertanya-tanya akan sesuatu.
Kedua pria itu tak peduli akan Malik yang
melintas, mereka hanya tau kalo Malik
salah satu supir yang mangkal di terminal ini.
"Ah...sudahlah bro ...nanti aku hubungin
si bos dulu gimana baiknya," tutup pria
gondrong sambil mengajak temannya pergi
dari tempat itu.
...----------------...
Malik sudah mengendarai angkotnya kerumah
sakit Harapan Bangsa yang jaraknya lumayan
memakan waktu. Dia sengaja lebih awal
pulang narik agar bisa menjenguk Fatma
yang sudah sadar.
Sore hari itu.....angin berhembus sepoi-sepoi,
lumayan memberikan efek segar pada Malik
yang membuka jendela angkotnya.
Selang beberapa lama tibalah dia di halaman
RS Harapan Bangsa. Malik langsung
melangkahkan kakinya ke kamar perawatan
Fatma, penampilannya yang casual, hanya
memakai kaos lengan pendek dan celana
bluejeans, jaket yang dia pakai, dia lepas dan
digantungkan kelengannya begitu saja.
Para perawat berbisik ketika Malik melintas
didepan mereka. Penampilannya, walaupun
sederhana tapi terlihat Malik lebih tampan
dari biasanya.
Tok....tok....tok.
Pintu kamar Fatma di ketok seseorang.
Aisyah beranjak membuka pintu melihat
siapa yang datang, sedangkan Fatma sudah
menduga siapa dibalik pintu itu.
Dikamar perawatan VIP hanya ada Fatma yang
terbaring di brankarnya, sedangkan Aisyah
duduk di sofa sebelah brankar Fatma untuk
menemaninya.
Keluarga Fatma pulang sebentar, begitupula
ibu Lis, ibunya Aisyah pulang duluan karena
ada urusan, jadi tinggallah Aisyah di rumah
sakit menemani Fatma.
"Assalamualaikum," salam Malik.
"Waalaikumsalam," jawab Keduanya
bersamaan ketika Aisyah membuka pintu
kamar.
"Mas Malik....mari...silahkan masuk mas!"
senyum teduh Aisyah pada pria didepannya.
"Kamu....kamu disini ya Ais?" tanya Malik
tersenyum lebar ketika tau Aisyah yang
menemani Fatma di rumah sakit ini.
"Iya mas....keluarga Fatma pulang sebentar,
nanti juga kesini lagi sebelum Maghrib tiba,"
jelas Aisyah.
Malik melangkah, mendekati Fatma di
brankarnya. Fatma duduk perlahan, dia
sumringah melihat Malik didepannya.
"Gimana keadaanmu Fat...udah baikan?"
tanya Malik.
Sambil mengangguk Fatma berucap.
"Alhamdulillah mas, udah enakan...besok
pagi kan juga udah boleh pulang," jawab Fatma tersenyum lebar.
"Itu....sakit gak?" Malik menyentuh perban di
kepala Fatma.
Ketika Malik perhatian kepada Fatma, ada
sepasang mata melihat dengan penuh
kecemburuan.
"Oh...ini....masih perih, cuma sudah rada
baikan kok mas.. gak perih kayak tadi pagi,
lagian juga udah di ganti sama dokter tadi,"
sahut Fatma lagi.
Malik yang terlupa akan sesuatu......
"Oh ya.....Aisyah...kenapa kamu berdiri di sudut
sana? sini kita ngobrol!" ajak Malik pada
Aisyah yang terlupakan tadi.
"Ehm....gimana ya....Nanti malah ganggu Mas
malik sama Fatma lagi," ujarnya tak enak hati.
"Gak lah...gak ganggu kok...iya kan Fat?" Malik
melihat kearah Fatma sedangkan Fatma
hanya bisa mengangguk pelan sambil
memaksakan senyumnya.
"Mas malik nih...jadi terganggu deh sama
Aisyah yang tiba-tiba di ajak ngobrol,"batin
Fatma jengkel.
Aisyah mendekat kearah sofa sambil
tersenyum melihat mereka berdua.
Sementara Fatma yang sengaja memegang
tangan Malik untuk mengusap kepalanya
yang diperban.
Malik hanya tersenyum gemas melihat
kelakuan Fatma, ya....begitulah Fatma,
si manja yang selalu ingin diperhatikan
orang-orang sekitarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
🎐Tsubaki
mampir thoorr..
2022-02-08
0
Muhtar Ndori
malik gk peka.... ad yg cemburu🤣🤣
2021-09-25
0
den x
mantap
2021-09-20
0