Hari sungguh terik, tidak terasa saatnya
makan siang tiba. Ku parkirkan kendaraanku
di tempat biasa di pangkalan angkot.
Ku edarkan pandanganku pada tiap-tiap
orang yang berlalu lalang, sambil mencari
orang-orang yang sudah biasa menemaniku
makan siang.
...----------------...
Kulihat bapak-bapak seprofesi denganku
melambaikan tangannya, tanda menyapa
dari jauh.
Beginilah hidup di jalanan mencari
nafkah, kami tidak menganggap supir lain
adalah saingan, tapi adalah teman berbagi rasa
dan lelah.
Ku masuki sebuah warung makan
langganan, dan ternyata tepat sekali,
mereka sudah ada disana.
"Woiiii.....Mj sini kamu, malah celingak
celinguk disana," teriak seseorang
memanggilku.
"Yaelah, udah disini aja bang!, pantesan
dicariin diluar tadi kagak ada, udah nemplok
disini rupanya," ku balas teriakan pria tadi.
"Eh artis angkot kita dateng nih," celetuk
seorang pria di sebelahnya lagi.
Aku hanya terkekeh mendengar mereka
memanggilku. Mereka sengaja memanggil
Mj ( eitss...ini bukan Michael Jackson penyanyi
legendaris ya, tapi namaku Malik Jayadi...he )
ataupun artis angkot.
Wajahku yang tidak kalah tampan dengan
model majalah cover boys, dan satu lagi disini
mereka selalu saja berkata kalau aku mirip
dengan Reski Aditya, artis sinetron yang
terkenal itu, hanya saja nasib kita yang
berbeda.
Kuhampiri meja mereka sambil tersenyum
lebar.
"Kalian ini ya kalau gak godain aku
sehariiiii.... aja gak bisa kayaknya, aku kan
pengennya di godain cewek bukan di godain
pak-bapak kayak kalian," sungut ku sebal yang
hanya berpura pura saja.
"Artis kita lagi kenapa nih, kurang kasih
sayang ya mas," gurau mas Yanto sambil
tergelak.
"Lagi PMS kali," celetuk yang lain sambil
tertawa.
Serentak kami tertawa lepas bersama. Kalau
sudah ngumpul begini, beban pikiran yang
menumpuk, sejenak bisa berkurang.
Merekalah teman-temanku di pangkalan yang
selalu menghibur, banyolan mereka tiada
duanya. Apalagi hanya aku yang selalu jadi
bahan candaan buat mereka, maklumlah
mereka semua sudah menikah dan punya
anak, sementara aku kan sudah jadi orangtua
tunggal alias duda tapi duda keren lohhh.
"Kita-kita udah pada mesen makan lho, Mj
pesen aja makan, nanti bayar sendiri ya!! mas
Yanto berceloteh lagi.
"Sekali-kali mbok ya dibayarin gituhhh, gak
kasian ya sama aku yang sendirian tanpa
istri??."
Aku berusaha sok memelas.
"Cup..cup....cup... nanti abang traktir ya!, abang
beliin permen deh biar diem," timpal bang Udin
yang satu majikan denganku.
"Aishh.....kalian ini selalu anggap aku anak
kecil, mentang mentang udah bangkotan,"
gurauku sambil meledek mereka.
"Ni anak kayaknya harus dikasih pelajaran
woii, masak kita di katain bangkotan, asem
sekali , ketek ku aja kagak asem lho." Balas
mas Rudi tak terima dengan tampang yang di
buat-buat sangar.
"Kalau kalian udah ngumpul, warung ku pasti
rame, bukannya rame pelanggan, ramenya
tuh gegara kalian, ngoceeeeehhhhhh terus
gak kelar-kelar." Mbok lastri pemilik warung
menimpali ocehan kami sambil membawa
nampan berisi minuman pesanan
kami semua.
"Artis kita nih mbok, udah macem-macem
sama seniornya!," imbuh Mas Memet, supir
angkot kampung sebelah.
"Ha...ha..ha..kok ya bisa ngatain Malik artis,
udah jelas gantengan nak Malik lah." Mbok
Lastri membelaku sambil tersenyum.
Aku yang jadi bahan obrolan mereka, hanya
bisa sumringah saja.
"Udah mbok tawarin anak bungsu si mbok
sama nak Malik, eh nak Malik malah nolak
mentah-mentah, anak si mbok kan gadis
yang manis dan baik," ucap mbok Lastri
murung sebelum pergi meninggalkan
meja kami.
Ku gapai lengan rentanya sambil tersenyum
"Mbok, bukan karena fisik aku menolak Retno,
dia kan masih muda, dia pantas mendapatkan
pria yang lebih layak daripada aku."
"Iya nak, si mbok tau, ya sudahlah bentar lagi
makanan kalian udah siap, di tunggu aja,
Retno yang kemari nanti." Sambil berjalan
meninggalkan kami.
Suasana yang terasa canggung karena
ucapan mbok Lastri tadi, akhirnya sudah
mulai mereda.
Tiba-tiba......
Braakkkkk......
Terdengar suara meja yang di gebrak oleh
seseorang. Kami semua terkejut dan serentak
menoleh ke arah sumber suara.
"Kamu nih, ngagetin saja, untung manusia
disini pada kuat jantungnya, kalo gak
bisa-bisa ada yang stroke mendadak." Mas
Yanto menoyor kepala bang Memet yang
di teriakin huuuuuu sama teman-teman
yang lain.
"Lagian kaku amat sih, tegang amat kayak
lagi jalan di kuburan, makanya kugebrak
ajah mejanya biar rame, biar seru juga sih
....he he...peace," sambil membentuk jari
telunjuk dan tengah membentuk huruf V.
"Makanan kita dah dateng tuh." Tunjuk mas
Yanto kearah Retno yang membawa nampan
berisi makanan.
"Gara-gara Mj nih kita kelaperan, nunggu
dia tuh bentar tapi berasa lama," cibir
bang Udin.
Tak kutanggapi ucapannya, karena aku tau
dia hanya bercanda. Retno hanya tersenyum
pada kami, tidak ada sepatah katapun yang
keluar dari mulut mungilnya.
Kami makan dengan santai, warung
makan ini memang berbeda dari yang lain,
rasanya enak dan porsi yang di tawarkan
lumayan banyak. Harganya juga sama
seperti warung lainnya.
Itulah yang membuat geng kami
betah makan di tempat ini dan tidak bisa
pindah ke warung lain.
...----------------...
Kami sudah mulai beroperasi lagi ( narik
angkot ya maksudnya 😁). Melangkah
ke arah kendaraan masing masing
dan mulai melanjutkan pekerjaan
yang tertunda.
Ku telusuri jalanan kampung lagi, berharap
masih ada orang-orang yang mau pergi ke kota
ataupun pergi ke kampung lainnya.
Satu persatu kendaraanku yang kosong
mulai terisi penumpang, ya walaupun
tak penuh, setidaknya kan lumayan bisa
menambah kebutuhan dapur.
Terdengar bisik-bisik di bagian belakang.
"Eh... itu mas supirnya ganteng ya, lumayan
kan bisa cuci mata," seorang gadis berkata.
"Beneran deh, kalo di permak penampilannya,
pasti kalah tuh artis ibu kota," timpal gadis
lainnya.
"Kalian kalo ada cowok bening, kebiasaan
banget ya, nyerocos gak ada henti-hentinya,"
sungut yang lain.
"Huuuuuuu.......," seru mereka bersamaan.
Aku yang jadi bahan obrolan mereka,
hanya bisa tersenyum sambil
menggelengkan kepala perlahan.
"Remaja sekarang memang beda,
terang-terangan sekali kalo ngebahas
cowok," batinku.
Hari mulai beranjak senja, ku kendarai
motor butut kesayanganku menuju rumah
setelah memulangkan kembali angkot dan
membayar uang setoran seperti biasa.
"Tumben tadi Fatma gak keluar menyapaku?
apa mungkin dia sudah punya pria yang di
sukainya? ya semoga saja begitu, itu lebih
baik baginya," batinku.
Jalanan senja ini entah kenapa terasa
lengang, ku kendarai motorku dengan pelan.
Terlihat di samping jalan ada seorang wanita,
membawa bungkusan plastik dan tas
punggung yang besar.
Sepertinya aku mengenal wanita tadi, otakku
berkelana, ketika aku melintas disampingnya
perasaanku mulai tak karuan. Kulihat dia dari
kaca spion motor. Benar saja, dia.......
Wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Sutikno 23
lanjut thor
2022-09-30
0
Noe Aink
kurang asik ceritanya gk greget..
2022-08-29
0
🎐Tsubaki
siapakah wanita itu?
2022-01-05
0