Mentari sudah hampir tenggelam, Malik
merasa sudah cukup menjenguk Fatma.
Besok bisa lanjut jenguk dia lagi bersama
Annisa di rumah Fatma.
"Udah jam segini Fat, aku harus pulang...kasian
Nissa, pasti nungguin aku," pamit Malik undur
diri.
Fatma hanya mengangguk mengiyakan sambil
tersenyum tanpa menjawabnya. Dia merasa
masih belum puas melihat pria yang disukai
berada disisinya dan meladeninya berbincang.
Malik menoleh kearah Aisyah, tak lupa
berpamitan dan menanyakan kapan Aisyah
pulang.
"Aku nunggu mas Toni....bentar lagi
juga pasti dateng kok mas, mungkin masih di
perjalanan.
"Baiklah kalo begitu, aku duluan ya!" pamit
Malik lagi sambil berlalu pergi setelah
mengucapkan salam.
Aisyah memandangi punggung Malik sampai
dia tak terlihat lagi.
Fatma yang menyadari wajah lesu Aisyah
bertanya.
"Ais...kamu kenapa? wajahmu
seperti lemas begitu, kamu capek
ya? nungguin aku disini?" kernyit Fatma.
"Eh...oh..ennggak kok Fat, mungkin karena
udah senja ajah, jadi penglihatanku rada
meredup, makanya muka jadi terlihat lemas,"
jawab Aisyah beralasan sambil tersenyum
"Aku mau mandi....tolong aku ya!" pinta Fatma.
"Okey...sini!" sambil memapah Fatma yang
sudah duduk di tepi brankar.
...----------------...
Di suatu rumah sederhana, di kampung
sebelah.
Terlihat ada sepasang suami-istri meributkan
sesuatu hal.
"Kan ...mas sendiri yang bilang, kita akan
jalan malam ini, kenapa malah males sih?
padahal kerja aja enggak kok," sungut Ros
kesal.
"Makanya gak kerja itu, mas mau rehat di
rumah aja, lain kali kan kita bisa perginya,"
Andi beralasan seolah tak peduli.
"Jadi aku akan dikurung terus....selama aku
masih disini?" nada suara Ros mulai
meninggi.
"Sudahlah...kamu tuh gak usah ngajak ribut
deh...udah maghrib, setan udah pada keluar
cari mangsa," Andi tak menanggapi
kemarahan Rosyanti.
"Gak usah pake bilang setan segala mas...lha
disini juga ada satu di depanku," ujar Ros.
"Eh...mana...mana Yan? kamu bisa ngeliat
setan ya?" tanya Andi mulai ketakutan.
"Bisa....tuh setannya," sambil menunjuk
kearah Andi.
Klotak........
Andi menoyor kepala Rosyanti sambil berkata.
"Suami sendiri di bilang setan...lha...situ siapa?
istrinya setan?" sungut Andi sebal pada
istrinya sendiri yang sudah membuatnya
setengah takut.
"Kita tuh bisa cerai kapanpun mas, ingat
ya ...kita hanya menikah secara agama saja,
berkas perceraian sama mas Malik saja aku
belum menandatanganinya," ancam Rosyanti.
"Ck....itu lagi yang dibahas, kalo kamu mau
kita pisah...silahkan, emang ada lelaki
yang mau sama kamu? ingat ya ...reputasimu
sebagai wanita itu udah ...ko...it," cecar Andi.
Rosyanti yang mendengar perkataan suaminya,
hanya merengut sambil keluar dari kamarnya.
Dia menekan remot tv di ruang keluarga,
menonton acara yang sebenarnya sudah
bosan diliatnya.
Andi tersenyum senang, karena istrinya
tidak berani menjawab perkataannya.
"Tidur dulu ah...nanti malem bisa begadang
nonton bola," sambil merebahkan dirinya di
ranjang yang nyaman.
Rosyanti yang menonton, mengganti channel
televisinya secara acak, karena sebenarnya
dia memang hanya mengalihkan perhatiannya
dari Andi.
Malam ini....rasa suntuk, bosan dan lelah
menguasai raga dan jiwa Rosyanti.
Dengan televisi yang menyala, dia tertidur
di kursi kayu panjang.
...----------------...
Matahari menyembul menampakkan sinar
paginya. Tampak 3 orang sudah mengemas
kembali keperluan orang tercinta mereka.
Fatma yang masih tertidur di brankarnya,
tidak menyadari bahwa hari sudah pagi.
Dan dia akhirnya bisa kembali kerumahnya.
Prannggg.....
Toni yang tidak sengaja menjatuhkan
piring stainless bekas makan Fatma
kemarin, tanpa sadar membangunkan adiknya
yang tertidur lelap.
Fatma membuka matanya perlahan, dia
merasakan sinar mentari dibalik tirai jendela yang terbuka.
"Uhukk...uhukkk..," Fatma terbatuk ringan.
Dia mulai duduk perlahan dibantu dengan
kakaknya.
"Mas, itu udah di kemas semuanya?" sambil
melihat tas besar yang ada disofa.
"Udah dong...kami semua yang beresin,
sekarang ibu memanggil dokter kesini dan
bapak pergi ke tempat administrasi," Toni
menjelaskan keberadaan orangtuanya.
Dokter datang bersama Zainab memeriksa
kembali keadaan Fatma dan mengganti
perban baru di kepalanya akibat benturan.
"Udah gak pa-pa kok, paling hanya sedikit
lemas, infus juga sudah habis dan tidak usah
di ganti, nanti saya resepkan obat dan bisa
langsung di tebus ya buk," terang dokter
perihal keadaan Fatma.
"Terimakasih dokter Evan," sahut Zainab.
sambil mengangguk mengiyakan ucapan
dokter Evan.
Setelah semuanya selesai, mereka segera
meninggalkan RS Harapan Bangsa.
Didalam mobil, Toni yang menyetir terlihat
menyembunyikan sesuatu. Raut wajahnya
tak bisa diartikan. Yang lain tidak menyadari
karena sibuk memperhatikan kenyamanan
Fatma ketika duduk ditempatnya.
...----------------...
"Alhamdulillah...sampe rumah juga, 4 hari
di RS berasa 4 minggu, apalagi makanannya
tawar semua," ucap Fatma bersemangat
turun dari mobil.
Toni yang memapah Fatma berjalan hanya
diam saja, dia tidak mau adiknya kecewa
karena suatu hal yang tidak diketahui Fatma.
"Disuruh make kursi roda malah gak mau,"
tegur Zainab.
"Fatma tuh bukannya gak bisa jalan bu,
kan cuma lemes aja," bantah Fatma.
"Ya sudah...bawa adikmu kekamar nya Ton!"
lanjut Zainab lagi.
"Jangan bu....biar aku duduk di ruang tamu aja,
pasti sumpek kalo dikamar mulu," tolak Fatma.
Tanpa basa-basi lagi Toni memapah Fatma
dan mendudukkannya di sofa ruang tamu.
Mereka mulai sibuk dengan urusan
masing-masing, apalagi Fatma yang baru
pulang harus mengurus kerjaan kantor
sebisanya, tanpa menghambat kondisinya
sekarang.
...----------------...
Sore hari dirumah majikan Malik.
"Wah...mobil sudah penuh di garasi, pasti
semua orang ada dirumah," gumam Malik
seorang diri sambil masuk ke rumah Fatma.
Setelah mengucapkan salam, dia melihat
Fatma yang menyender di kursi malas yang
berada diruang tamu sambil memangku
laptop di pahanya.
"Udah pulang kamu Fat....baru aja pulang
tapi sudah pegang laptop ajah, emang
kerjaanmu banyak?" ucap Malik bertubi-tubi.
"Eh...sini mas, minum dulu...," tawar Fatma.
"Gak banyak sih...cuma kalo gak dicicil
bakalan numpuk mas, lagian gak aku paksa
kok, kalo aku capek...ya tinggal aja," terang
Fatma lagi.
"Aku gak bisa lama disini, Mau ngabarin
Annisa, dia pasti seneng banget kamu udah
pulang, dia bilang kangen sama kamu, soalnya
kamu jarang maen kerumah," kata Malik
panjang lebar.
Sambil tersenyum Fatma hanya mengangguk.
"Nissa...tante juga kangen kamu nak,
semoga kita bisa hidup satu rumah," batin
Fatma.
Setelah berpamitan, Malik berlalu dari
hadapan Fatma. Zainab memandangnya
dari jendela dapur yang mengarah ke halaman
rumah.
"Malik....seandainya kamu tau, kalo
dari dulu kita disini sudah menganggapmu
sebagai keluarga," sambil menghela nafasnya
perlahan.
...----------------...
Bulan menampakkan dirinya....Annisa yang
bersemangat menjenguk Fatma sudah tidak
sabar pergi kerumah tantenya itu setelah
makan malam selesai.
"Kita beyangkat sekayang Yah," rengek Nissa
tak sabar.
Kakek neneknya hanya mampu tersenyum
kecil melihat tingkah cucu perempuan mereka.
"Sabar napa sayang....biar ayahmu ganti baju
dulu!" ucap Neneknya sambil memegang bahu sang cucu yang duduk di depannya.
Malik sudah rapi dengan gaya casualnya.
"Lets go...kita berangkat!" ajak Malik pada
anaknya.
"Asyikkk....ayo Yah...buyuan," sahut Nissa
riang.
Mereka berdua menikmati udara malam yang
masih semilir. Nissa yang sudah lama tidak
merasakan naik motor, hanya tertawa senang
sambil berceloteh riang...khas anak kecil
seumurannya.
Nissa bergelayut manja pada sang ayah.
Ayahnya yang menyetir hanya memegang
lebih kuat tangan anaknya dan
melingkarkannya di pinggang.
Sementara disana....ada sepasang suami istri
yang memperhatikan Malik dan Nissa yang
melintas. Mereka menatap keduanya dengan
pandangan berbeda. Yang satu menatap
sendu dan sedih sedangkan satunya menatap
heran karena tak biasanya Malik membonceng
anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BISNIS HARAM APA YG DIJUAL SI TONY, APA NARKOBA.....???
2023-04-26
0
👑
Hai kakak, ni Septy mampir
semangat
2022-04-11
0
🎐Tsubaki
terima nasib aja lah u Ros, kan u yg milih jalan itu..
2022-02-10
0