Malam hari dirumah Andi.
"Eh...Ti...kamu kenapa belom mandi? dah
sore loh?" tanya Andi.
"Ah...males mas, lagian cuma dirumah gini,
ngapain mandi mulu." Jawab Rosyanti malas.
"Mandi gih....abis isyak kita makan malem
diluar, mumpung aku libur lagi," lanjut Andi.
"Yang bener mas? kamu gak boong kan?"
tanya Rosyanti berbinar.
"Ya gak lah...lagian aku bosen makan
masakanmu mulu...malem ini pengen
makan mie ayam bakso," lanjut Andi.
"Kalo gitu...aku mandi bentar, terus siap-siap."
Ujar Ros semangat.
"Ya udah...sana gih!" seru Andi.
Ros yang selama ini sudah bosan dirumah.
Akhirnya kembali bersemangat ketika diajak
suaminya pergi keluar mencari makanan.
Mereka sudah bersiap dan mengendarai motor.
Setelah berkeliling mencari gerobak mie ayam,
akhirnya mereka memutuskan nongkrong
sekalian makan mie ayam di tempat.
"Disini lumayan rame mas, sepertinya enak
makanannya. Mana bisa lesehan lagi," ucap
Rosyanti mengajak Andi.
"Ya sudah kamu pesen makan sana! biar aku
cari tempat duduk," lanjut Andi.
"Okay...," sahut Ros.
Belum beranjak dari tempatnya berdiri, Ros
melihat Malik melintas. Di belakangnya ada
Nissa yang memeluk ayahnya dari belakang.
Malik menyetir dengan satu tangan dan
perlahan, agar Nissa bisa melihat sekeliling.
Sudah lama Nissa tidak keluar di malam hari.
Dengan sorot mata sedih dan sendu, Ros
melihat dan memperhatikan mereka berdua
sambil menghela nafasnya perlahan.
Pikirannya dipenuhi Malik dan Annisa, gadis
kecilnya.
Andi yang tak sengaja melihat Malik, hanya
menatap heran ke arahnya.
"Tumben Malik bawa anaknya malem-malem.
Biasanya kan dia hanya bawa anaknya kalo
masih siang," batin Andi.
Pesanan sudah siap dan Andi melahap
makanan di depannya, sementara Rosyanti
memakannya dengan tak selera. Bukannya
karena tak enak...tapi, karena memikirkan
orang-orang di masalalunya.
...----------------...
"Yeayy....Sampe Yah," seru Nissa ketika sudah
sampai di halaman rumah Fatma.
"Masuk yuk! tapi, Nissa gak boleh ganggu
tante ya! tante masih sakit lho," ucap Malik
pada anak gadisnya.
Nissa hanya mengangguk semangat.
Mereka melangkah ke dalam rumah yang
sebelumnya sudah di bukakan pintu oleh
Zainab.
Zainab yang menuntun Nissa masuk, merasa
senang akan kehadiran bocah mungil yang
manis ini.
"Tante....," seru Nissa sambil berlari kepelukan
Fatma yang duduk di sofa ruang tamu.
"Wah...udah tambah tinggi ajah nih," Fatma
mengelus kepala Nissa.
Annisa yang mendapat perhatian dari Fatma,
hanya bisa menyengir lebar.
Malik yang melihat tingkah anaknya hanya
menggelengkan kepalanya.
"Duduk aja mas...ngapain berdiri disitu!" suruh Fatma.
Malik duduk di samping Fatma, posisinya
agak jauh dari tempat Fatma duduk.
"Tante....ini kepalanya masih sakit gak?" Nissa
mengusap kepala Fatma yang masih di
perban.
"Udah gak...kok...sayaangg," sambil mencubit
pipi Nissa gemas.
"Ini ...dimakan dulu cemilannya!" suruh Zainab
yang sudah kembali dari dapur membawa
makanan ringan dan minuman.
"Duh...maaf sekali bu, ngerepotin ..seharusnya
kami yang bawa makanan buat Fatma," lirih Malik.
"Gak usah sungkan nak Malik...kita ini kan
sudah seperti keluarga sendiri," sahut Zainab.
"Makasih bu...," ucap Malik.
"Nissa...mau makan eskrim gak? eyang punya
eskrim rasa coklat di kulkas," tawar Zainab.
Nissa mengangguk setuju sambil mengucap.
"Iya ...Nissa mau eskyim eyang," tangannya
terbuka lebar.
"Eyang ambil dulu ya!" lanjut Zainab dan
berlalu pergi.
"Bilang apa Nis, kalo diberi sesuatu?" tanya Malik.
"Makasih ya ...tante Fatma," cengir Nissa lebar.
"Lho...makasihnya nanti sama eyang
dong...kan eyang yang bawa eskrimnya,"
sahut Fatma tersenyum kecil.
"Iya deh Tante," lanjut Nissa lagi.
Malik melihat sekeliling dan bertanya.
"MasToni sama bapak kemana? kok mereka gak ada?"
"Mas Toni pergi ke rumah Rudy...temennya.
Kalo bapak sih udah tidur mas, kecapean
mungkin," jawab Fatma.
Mereka bertiga tertawa karena kelucuan Nissa.
Rumah yang biasanya selalu sepi karena
orang-orangnya sibuk dengan urusan
masing-masing jadi berwarna akan celotehnya.
Zainab melihat Malik, Fatma dan Annisa.
Dia hanya bisa berharap kalo anaknya Fatma
bisa mendapat lelaki sebaik Malik.
"Malik mungkin minder karena orang gak mampu, padahal anaknya baik, Fatma juga gak
masalah akan statusnya...tapi, hati memang
tak bisa di paksakan," batin Zainab.
Setelah dirasa cukup lama menjenguk,
akhirnya Malik dan Nissa berpamitan.
Fatma berjalan perlahan mengantar kepergian
mereka didepan teras rumah.
"Sepi lagi deh ini rumah," gumamnya seorang diri.
"Makanya nikah nak, usiamu juga sudah pas
kok untuk menikah, apalagi mas kamu tuh,
temen-temennya udah pada punya anak,
Malik aja yang adik kelasnya udah punya anak,
ah...kalian ini emang gak sayang orang tua,"
keluh Zainab panjang lebar sambil masuk
kembali kedalam rumah.
Fatma yang berjalan perlahan tak dihiraukan
oleh Zainab karena perasaan kesalnya tadi.
"Ibuk...nih...baperan amat jadi orang tua,"
gumam Fatma seorang diri melanjutkan
langkahnya.
...----------------...
"Assalamualaikum," serentak ayah dan anak
memberi salam.
"Waalaikumsalam.... lama ya kalian pulangnya.
Emang Nissa gak ngantuk?" tanya sang nenek.
"Enggak Yangti (eyang putri), tadi Nissa
makan eskyim..makanya gak ngantuk," sambil
tersenyum lebar.
"Aduh...jangan ngompol ya kalo bobo!
sekarang masuk yuk...Yang kung ( eyang
kakung) nunggu kalian di depan Tivi!" suruh
Nenek Nissa.
Mereka melangkah masuk bersama, Malik
hanya menahan tawanya ketika melihat
bapaknya yang sudah tertidur di depan televisi.
"Bukannya nonton...eh...malah di tonton,"
gumamnya pada sang ibu.
"Eyang kung dah bobo kok...Nissa kebelet pipis
Yangti," tarik Nissa pada tangan neneknya.
"Langsung kekamar mandi yok sayang," ajak
neneknya.
Sementara Malik berlalu pergi kekamar dan
mengganti bajunya.
Nissa sudah masuk dan menemani Malik di
kamar. Selang beberapa lama akhirnya mereka
terlelap, terpikat sang malam.
...----------------...
Toni bersama Cindy di sebuah bar terdekat
dari kampungnya.
"Untung aja...Fatma gak kenapa-napa," Toni
mulai emosi.
"Maaf mas....aku gak sengaja, aku hanya
mengantuk setelah pulang kerja," Cindy merasa bersalah.
"Sudahlah...kamu gak usah pake mobilku lagi!
kalo Fatma ngeh itu mobil kakaknya sendiri
yang nabrak ....bisa bahaya. Sementara, kamu
yang nyetir dan aku gak ada didalam mobil," Toni masih terbawa emosi.
"Dia luka dikepalanya...di jahit lagi...untunglah
gak lebih dari itu...ngeliat dia kaya gitu aja, aku
merasa bersalah banget...tau," lanjut Toni
masih emosi.
Cindy hanya menunduk atas kesalahannya,
dia juga gak berpikir akan melukai Fatma, adik
dari orang yang dia cintai.
"Kemaren itu...terakhir kali kamu minjem dan
make mobil aku, jadi gak usah banyak alasan!"
ancam Toni.
Cindy hanya bisa mengehela nafasnya.
Dia menyesal karena telah menyebabkan
Fatma kecelakaan.
Minuman yang tersaji di meja mereka tidak
bisa mendinginkan suasana yang terlanjur
tegang semenjak Toni tau kalo Cindylah
yang menyebabkan Fatma kecelakaan.
Nasi sudah menjadi bubur, padahal Cindy mau
menguasai hati dan pikiran Toni, tapi...Toni
masih saja menganggap keluarga yang utama.
Dan dirinya hanyalah sampingan untuk dahaga
Toni saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BRRTI FATMA INSIDENNYA GARA2 CINDY..
2023-04-26
0
Lidia Dwi Pangkey
oh cindy to yg nabrak fatma
2021-09-14
0
Gaos Yes
terus ya
2021-09-05
0