...Aku memecah kesunyian halaman rumah...
sakit dengan suara angkot yang berisik.
Banyak orang memandang kami.
Mas Toni yang terbangun karena angkot
berhenti, perlahan membuka matanya dan
mengerjap-ngerjapkannya supaya tak terasa
mengantuk lagi.
"Aku telpon ibu dulu mas, Fatma dirawat
dibangsal mana," sambil mengeluarkan ponsel
jadul dibalik saku celana.
Tak berapa lama, panggilanku akhirnya
mendapat jawaban.
"Bu....kami sudah sampai, Fatma dirawat di
bangsal mana?" tanyaku cemas.
"Masuk saja nak, nanti tanya keperawat
ruangan Dahlia nomer 12A ya, di lantai satu
kok tempatnya," jelas Zainab.
"Iya bu....kami segera kesana!" sahutku dan
langsung mematikan ponsel jadul.
"Ayo mas! mereka sudah menunggu kita
didalam," panggil Malik pada Toni
disebelahnya yang terlihat bingung.
Dia hanya menganggukkan kepalanya saja
tanpa menjawab perkataanku.
Aku ke bagian personalia rumah sakit
menanyakan kamar Fatma yang di sebut bu
Zainab tadi ditelepon.
Selang beberapa menit kemudian aku sudah
sampai di depan kamar perawatan Fatma.
Mas Toni yang sudah tidak sabar langsung
masuk kedalam kamar itu.
Dia melihat Fatma terbaring di brankar dengan
kepala terbalut perban serta cairan infus yang
tergantung di sebelahnya.
Kedua orangtuanya duduk di sofa sebelah
brankar disudut kamar.
Dia melihat ibu Zainab bercucuran air mata.
Toni langsung menghampiri mereka dan memeluk mereka berdua sambil menanyakan
keadaan Fatma.
"Adekmu masih belum sadar nak, dokter
bilang luka di kepalanya gak begitu parah,
dokter juga bilang kalau harus menunggu
sampai 24 jam baru Fatma akan sadar dari
pingsannya."
Jelas Zainab sambil terisak.
"Adekmu mengalami shock parah, makanya
walaupun lukanya sudah di atasi dan diobati,
dia belum sadar juga." Ahmad menambahkan.
Aku hanya melihat dan mendengarkan mereka
bertiga membicarakan keadaan Fatma.
"Syukurlah lukanya gak parah, tinggal
menunggu dia sadar," batinku lega.
"Kita harus tau kenapa Fatma bisa kecelakaan,
dia kalo menyetir gak pernah kenceng....
sewajarnya, pasti ada yang menghalanginya.
Entah itu sengaja atau tidak," Toni mulai emosi.
"Sudahlah nak, kita tunggu adekmu bangun
dulu, barulah kita tanyakan dia kejadian
sebenarnya.
Toni hanya mengangguk pasrah.
Kehadiranku seakan tenggelam karena
mereka bertiga yang tengah memikirkan
keadaan Fatma.
Tiba....tiba...
Krieeeettt....
Pintu kamar terbuka, terlihat seorang suster
membawa cairan infus di nampan yang
dia bawa.
"Maaf semuanya...sekarang waktunya
mengganti cairan infus pasien, mohon
tenang ya! seru suster ramah sambil
tersenyum.
Kami hanya mengangguk saja dan menepi.
Memberi suster celah untuk lewat.
Selang beberapa lama, setelah suster
mengecek kondisi Fatma, dia pun keluar dari
kamar rawat.
Bu Zainab yang menyadari kehadiranku
mulai menyapa dan menyuruhku duduk di
sampingnya.
"Maaf nak Malik, kami tadi mengacuhkanmu,
sini duduk dulu nak! suruhnya sambil
menepuk sofa disebelahnya.
"Sebenarnya saya mau pamit bu, pak. Mas
Toni juga sudah disini, jadi bisa gantian
jaga Fatma," terangku pada mereka.
"Iya...gak pa-pa Lik, kamu pulang aja biar gak kemaleman di jalan, kasian anakmu," mas Toni berucap.
"Ibu, kalo mau pulang...ikut Malik saja!
istirahat dulu, habis dari pengajian ibu
belum istirahat dan belum makan juga,"
suruh pak Ahmad.
"Tapi...Fatma...," ucap bu Zainab terputus.
"Sudah ada kami disini bu, jadi pulang saja!
biar kami yang jaga Fatma disini! sambung
pak Ahmad.
Setelah dibujuk suami dan anaknya, akhirnya
bu Zainab mau ikut pulang bersamaku.
......................
Sesampainya dirumah bu Zainab.
Aku mengantarkan bu Zainab di depan
rumahnya, setelah beliau masuk...aku
langsung berpamitan karena malam sudah
hampir larut.
Ku kendarai motor bututku menuju rumah.
Aku terkejut ketika sampai dirumah ...ternyata,
Annisa masih belum tidur. Padahal ini sudah
lewat dari jam tidurnya.
Mereka bertiga menungguku pulang. Pantas
saja belum tidur.
Setelah mengucapkan salam akupun
menyuruh mereka masuk kedalam rumah..
Karena diluar, udara sudah mulai dingin.
Mereka tidak sabar mendengar ceritaku
tentang keadaan Fatma. Terutama Annisa,
dia menahan kantuk yang sedari tadi
menguasainya.
Kuceritakan secara lengkap tentang keadaan
Fatma, bahwa dia baik-baik saja, lukanya
tidak parah dan akan secepatnya pulang dari
rumah sakit.
Mereka yang mendengarnya merasa lega,
Annisa sudah mulai melepaskan kantuknya
yang menguasai sedari tadi. Dia tertidur
dipangkuanku.
Kami akhirnya beranjak menuju kamar
masing-masing. Rumah ini hanya punya dua
kamar tidur yang hanya muat satu ranjang
kecil dan satu lemari baju saja.
Aku menatap wajah mungil di depanku,
"Sampai segitunya dia menyayangi Fatma,
tidur telat hanya untuk mendengar kabar nya,"
ucapku lirih.
...----------------...
Paginya ...aku terlupa akan sesuatu.
Langsung saja aku menelpon nomer ponsel
Aisyah yang kemarin aku ketik di ponselku.
Aku mengabarkan keadaan Fatma yang
semalam masih belum sadarkan diri, dan juga
memberitahukannya kalau bu Zainab
sendirian dirumah.
Aku melanjutkan pekerjaanku seperti biasa,
mencari penumpang dijalanan yang panas
dan berdebu.
Sementara itu di Rumah sakit Harapan Bangsa.
Fatma membuka matanya perlahan, dilihatnya
sekeliling...bau obat menyeruak menusuk
hidungnya.
Dia memanggil lirih orang disampingnya
yang masih tertidur.
"Mas...mas Toni...," lirih Fatma.
Toni yang masih belum bangun dari
tidurnya tak mendengar adiknya memanggil.
Fatma melihat bapaknya yang tertidur di
brankar bawahnya, dia memanggil bapaknya
lirih...berharap bapaknya mendengar
panggilannya.
Pak Ahmad yang terusik dengan suara-suara
akhirnya membuka mata perlahan dan
menguceknya.
Pak Ahmad mencari asal suara dan terkejut
karena anaknya sudah sadar.
"Ya Allah, Fatma....kamu sudah sadar nak,"
seru pak Ahmad gembira.
Toni yang terusik dengan suara keras sang
bapak akhirnya membuka matanya.
Dia melihat Fatma yang dipeluk oleh bapaknya.
"Alhamdulillah kamu sudah sadar nak, bapak
panggilkan dokter dulu ya...biar bisa mengecek
kondisimu," sambil berlalu keluar kamar
mencari dokter jaga.
"Alhamdulillah kamu sadar juga Fat, kami
khawatir kamu kenapa-napa...apalagi ibu,
dia semalem sampe gak mau makan,"
terang Toni.
"Ibu...dimana dia mas?" tanya Fatma sambil
mencari keberadaan ibunya diruangan.
"Kamu tenang saja, ibu semalem pulang dan
istirahat di rumah, Malik yang mengantar ibu
pulang," lanjut Toni lagi.
Dokter masuk kedalam kamar perawatan
dan langsung memeriksa keadaan Fatma.
Dibelakangnya pak Ahmad mengikuti.
Dokter tersenyum sambil menjelaskan
keadaan Fatma panjang lebar. Mereka
semua mengucap rasa syukur karena
besok pagi Fatma sudah boleh pulang.
......................
Terlihat tiga orang wanita berjilbab berjalan
di lorong rumah sakit menuju kamar perawatan
Fatma. Mereka adalah Zainab, Aisyah dan
ibunya yang mewakili ibu-ibu anggota
pengajian PKK.
Fatma sumringah, mulai tersenyum lebar
melihat Ibu dan yang lain menjenguknya.
"Bu...semalem ibu sama mas Malik pulang ya?
kupikir ibu gak dibolehin kesini sama bapak,"
sambil melirik bapaknya.
"Masak ketemu anak gak boleh to Fat...yang
bener aja kamu, bilang aja kalo mau di jenguk
Malik," Ahmad tak terima.
"Sudahlah pak, anak masih sakit kok diladeni,
nak Malik semalem emang kesini sama
kakakmu, gak lama dia sama ibu pulang,
bapakmu yang nyuruh," Zainab menyela.
"Oo...jadi begitu buk...oh ya Ais sama bu Lis,
makasih ya sudah jenguk Fatma," ucap Fatma
sambil tersenyum.
"Iya..santai saja...kami hari ini lagi banyak
waktu, makanya nyempetin jenguk kamu
disini," sahut Aisyah.
Dering ponsel berbunyi.
Zainab memeriksa layar ponselnya.
"Nak Malik nelpon, panjang umurnya...baru aja
diomongin," sambil menerima panggilan.
Setelah menjawab salam, Malik yang khawatir
dengan keadaan Fatma langsung mengucap
syukur dan ingin berbicara dengan Fatma.
"Ada apa mas Malik, Fatma sudah baikan.
gak usah khawatir lagi ya," jawab Fatma
sumringah. Senyumnya melebar dikala
mendengar suara Malik apalagi Malik
khawatir akan keadaannya.
Di satu sisi.... Aisyah yang melihat reaksi
Fatma, mulai menyadari kalau Fatma menyukai
Malik.
"Ternyata kamu disukai anak majikanmu mas,
sepertinya aku punya banyak saingan, dan
harus sadar diri kalau aku hanya gadis
kampung yang tidak mempunyai karir
seperti Fatma," batinnya berkata.
"Sudah terungkap di depan mata bahwa sinar
mata Fatma yang cerah dan berbinar hanya
untuk Malik seorang," batin Aisyah lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Mas Gigo
Mantaps,,, realita kehidupan,,,
2023-04-27
0
Sulaiman Efendy
KIRAIIN TRUNGKAP KLO FATMA HAMIL..
2023-04-26
0
🎐Tsubaki
penasaran si Fatma kecelakaannya gimana
2022-01-29
0