Bab 15. Terungkap

...Aku memecah kesunyian halaman rumah...

sakit dengan suara angkot yang berisik.

Banyak orang memandang kami.

Mas Toni yang terbangun karena angkot

berhenti, perlahan membuka matanya dan

mengerjap-ngerjapkannya supaya tak terasa

mengantuk lagi.

"Aku telpon ibu dulu mas, Fatma dirawat

dibangsal mana," sambil mengeluarkan ponsel

jadul dibalik saku celana.

Tak berapa lama, panggilanku akhirnya

mendapat jawaban.

"Bu....kami sudah sampai, Fatma dirawat di

bangsal mana?" tanyaku cemas.

"Masuk saja nak, nanti tanya keperawat

ruangan Dahlia nomer 12A ya, di lantai satu

kok tempatnya," jelas Zainab.

"Iya bu....kami segera kesana!" sahutku dan

langsung mematikan ponsel jadul.

"Ayo mas! mereka sudah menunggu kita

didalam," panggil Malik pada Toni

disebelahnya yang terlihat bingung.

Dia hanya menganggukkan kepalanya saja

tanpa menjawab perkataanku.

Aku ke bagian personalia rumah sakit

menanyakan kamar Fatma yang di sebut bu

Zainab tadi ditelepon.

Selang beberapa menit kemudian aku sudah

sampai di depan kamar perawatan Fatma.

Mas Toni yang sudah tidak sabar langsung

masuk kedalam kamar itu.

Dia melihat Fatma terbaring di brankar dengan

kepala terbalut perban serta cairan infus yang

tergantung di sebelahnya.

Kedua orangtuanya duduk di sofa sebelah

brankar disudut kamar.

Dia melihat ibu Zainab bercucuran air mata.

Toni langsung menghampiri mereka dan memeluk mereka berdua sambil menanyakan

keadaan Fatma.

"Adekmu masih belum sadar nak, dokter

bilang luka di kepalanya gak begitu parah,

dokter juga bilang kalau harus menunggu

sampai 24 jam baru Fatma akan sadar dari

pingsannya."

Jelas Zainab sambil terisak.

"Adekmu mengalami shock parah, makanya

walaupun lukanya sudah di atasi dan diobati,

dia belum sadar juga." Ahmad menambahkan.

Aku hanya melihat dan mendengarkan mereka

bertiga membicarakan keadaan Fatma.

"Syukurlah lukanya gak parah, tinggal

menunggu dia sadar," batinku lega.

"Kita harus tau kenapa Fatma bisa kecelakaan,

dia kalo menyetir gak pernah kenceng....

sewajarnya, pasti ada yang menghalanginya.

Entah itu sengaja atau tidak," Toni mulai emosi.

"Sudahlah nak, kita tunggu adekmu bangun

dulu, barulah kita tanyakan dia kejadian

sebenarnya.

Toni hanya mengangguk pasrah.

Kehadiranku seakan tenggelam karena

mereka bertiga yang tengah memikirkan

keadaan Fatma.

Tiba....tiba...

Krieeeettt....

Pintu kamar terbuka, terlihat seorang suster

membawa cairan infus di nampan yang

dia bawa.

"Maaf semuanya...sekarang waktunya

mengganti cairan infus pasien, mohon

tenang ya! seru suster ramah sambil

tersenyum.

Kami hanya mengangguk saja dan menepi.

Memberi suster celah untuk lewat.

Selang beberapa lama, setelah suster

mengecek kondisi Fatma, dia pun keluar dari

kamar rawat.

Bu Zainab yang menyadari kehadiranku

mulai menyapa dan menyuruhku duduk di

sampingnya.

"Maaf nak Malik, kami tadi mengacuhkanmu,

sini duduk dulu nak! suruhnya sambil

menepuk sofa disebelahnya.

"Sebenarnya saya mau pamit bu, pak. Mas

Toni juga sudah disini, jadi bisa gantian

jaga Fatma," terangku pada mereka.

"Iya...gak pa-pa Lik, kamu pulang aja biar gak kemaleman di jalan, kasian anakmu," mas Toni berucap.

"Ibu, kalo mau pulang...ikut Malik saja!

istirahat dulu, habis dari pengajian ibu

belum istirahat dan belum makan juga,"

suruh pak Ahmad.

"Tapi...Fatma...," ucap bu Zainab terputus.

"Sudah ada kami disini bu, jadi pulang saja!

biar kami yang jaga Fatma disini! sambung

pak Ahmad.

Setelah dibujuk suami dan anaknya, akhirnya

bu Zainab mau ikut pulang bersamaku.

......................

Sesampainya dirumah bu Zainab.

Aku mengantarkan bu Zainab di depan

rumahnya, setelah beliau masuk...aku

langsung berpamitan karena malam sudah

hampir larut.

Ku kendarai motor bututku menuju rumah.

Aku terkejut ketika sampai dirumah ...ternyata,

Annisa masih belum tidur. Padahal ini sudah

lewat dari jam tidurnya.

Mereka bertiga menungguku pulang. Pantas

saja belum tidur.

Setelah mengucapkan salam akupun

menyuruh mereka masuk kedalam rumah..

Karena diluar, udara sudah mulai dingin.

Mereka tidak sabar mendengar ceritaku

tentang keadaan Fatma. Terutama Annisa,

dia menahan kantuk yang sedari tadi

menguasainya.

Kuceritakan secara lengkap tentang keadaan

Fatma, bahwa dia baik-baik saja, lukanya

tidak parah dan akan secepatnya pulang dari

rumah sakit.

Mereka yang mendengarnya merasa lega,

Annisa sudah mulai melepaskan kantuknya

yang menguasai sedari tadi. Dia tertidur

dipangkuanku.

Kami akhirnya beranjak menuju kamar

masing-masing. Rumah ini hanya punya dua

kamar tidur yang hanya muat satu ranjang

kecil dan satu lemari baju saja.

Aku menatap wajah mungil di depanku,

"Sampai segitunya dia menyayangi Fatma,

tidur telat hanya untuk mendengar kabar nya,"

ucapku lirih.

...----------------...

Paginya ...aku terlupa akan sesuatu.

Langsung saja aku menelpon nomer ponsel

Aisyah yang kemarin aku ketik di ponselku.

Aku mengabarkan keadaan Fatma yang

semalam masih belum sadarkan diri, dan juga

memberitahukannya kalau bu Zainab

sendirian dirumah.

Aku melanjutkan pekerjaanku seperti biasa,

mencari penumpang dijalanan yang panas

dan berdebu.

Sementara itu di Rumah sakit Harapan Bangsa.

Fatma membuka matanya perlahan, dilihatnya

sekeliling...bau obat menyeruak menusuk

hidungnya.

Dia memanggil lirih orang disampingnya

yang masih tertidur.

"Mas...mas Toni...," lirih Fatma.

Toni yang masih belum bangun dari

tidurnya tak mendengar adiknya memanggil.

Fatma melihat bapaknya yang tertidur di

brankar bawahnya, dia memanggil bapaknya

lirih...berharap bapaknya mendengar

panggilannya.

Pak Ahmad yang terusik dengan suara-suara

akhirnya membuka mata perlahan dan

menguceknya.

Pak Ahmad mencari asal suara dan terkejut

karena anaknya sudah sadar.

"Ya Allah, Fatma....kamu sudah sadar nak,"

seru pak Ahmad gembira.

Toni yang terusik dengan suara keras sang

bapak akhirnya membuka matanya.

Dia melihat Fatma yang dipeluk oleh bapaknya.

"Alhamdulillah kamu sudah sadar nak, bapak

panggilkan dokter dulu ya...biar bisa mengecek

kondisimu," sambil berlalu keluar kamar

mencari dokter jaga.

"Alhamdulillah kamu sadar juga Fat, kami

khawatir kamu kenapa-napa...apalagi ibu,

dia semalem sampe gak mau makan,"

terang Toni.

"Ibu...dimana dia mas?" tanya Fatma sambil

mencari keberadaan ibunya diruangan.

"Kamu tenang saja, ibu semalem pulang dan

istirahat di rumah, Malik yang mengantar ibu

pulang," lanjut Toni lagi.

Dokter masuk kedalam kamar perawatan

dan langsung memeriksa keadaan Fatma.

Dibelakangnya pak Ahmad mengikuti.

Dokter tersenyum sambil menjelaskan

keadaan Fatma panjang lebar. Mereka

semua mengucap rasa syukur karena

besok pagi Fatma sudah boleh pulang.

......................

Terlihat tiga orang wanita berjilbab berjalan

di lorong rumah sakit menuju kamar perawatan

Fatma. Mereka adalah Zainab, Aisyah dan

ibunya yang mewakili ibu-ibu anggota

pengajian PKK.

Fatma sumringah, mulai tersenyum lebar

melihat Ibu dan yang lain menjenguknya.

"Bu...semalem ibu sama mas Malik pulang ya?

kupikir ibu gak dibolehin kesini sama bapak,"

sambil melirik bapaknya.

"Masak ketemu anak gak boleh to Fat...yang

bener aja kamu, bilang aja kalo mau di jenguk

Malik," Ahmad tak terima.

"Sudahlah pak, anak masih sakit kok diladeni,

nak Malik semalem emang kesini sama

kakakmu, gak lama dia sama ibu pulang,

bapakmu yang nyuruh," Zainab menyela.

"Oo...jadi begitu buk...oh ya Ais sama bu Lis,

makasih ya sudah jenguk Fatma," ucap Fatma

sambil tersenyum.

"Iya..santai saja...kami hari ini lagi banyak

waktu, makanya nyempetin jenguk kamu

disini," sahut Aisyah.

Dering ponsel berbunyi.

Zainab memeriksa layar ponselnya.

"Nak Malik nelpon, panjang umurnya...baru aja

diomongin," sambil menerima panggilan.

Setelah menjawab salam, Malik yang khawatir

dengan keadaan Fatma langsung mengucap

syukur dan ingin berbicara dengan Fatma.

"Ada apa mas Malik, Fatma sudah baikan.

gak usah khawatir lagi ya," jawab Fatma

sumringah. Senyumnya melebar dikala

mendengar suara Malik apalagi Malik

khawatir akan keadaannya.

Di satu sisi.... Aisyah yang melihat reaksi

Fatma, mulai menyadari kalau Fatma menyukai

Malik.

"Ternyata kamu disukai anak majikanmu mas,

sepertinya aku punya banyak saingan, dan

harus sadar diri kalau aku hanya gadis

kampung yang tidak mempunyai karir

seperti Fatma," batinnya berkata.

"Sudah terungkap di depan mata bahwa sinar

mata Fatma yang cerah dan berbinar hanya

untuk Malik seorang," batin Aisyah lagi.

Terpopuler

Comments

Mas Gigo

Mas Gigo

Mantaps,,, realita kehidupan,,,

2023-04-27

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

KIRAIIN TRUNGKAP KLO FATMA HAMIL..

2023-04-26

0

🎐Tsubaki

🎐Tsubaki

penasaran si Fatma kecelakaannya gimana

2022-01-29

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 PROLOG
2 Bab 2. Montir baru
3 Bab 3. Dialah Fatma.
4 Bab 4. PSG -- Persatuan supir gesrek
5 Bab 5. Sekelebat bayangan masalalu.
6 Bab 6. Penyesalan
7 Bab 7. kejutan
8 Bab 8. Kesempatan
9 Bab 9. Tidak mau tahu.
10 Bab 10. Membujuk
11 Bab 11. Tak dihiraukan
12 Bab 12. Menghindar.
13 Bab 13. Berkenalan
14 Bab 14. Rumah sakit
15 Bab 15. Terungkap
16 Pengumuman......cuplikan sekilas
17 Bab 16. Cemburu
18 Bab 17. Perasaan
19 Bab 18. Sakit Hati
20 Bab 19. Kenyamanan semu
21 Bab 20. Insiden kecil
22 Bab 21. Lancang
23 Bab 22. Khawatir
24 Bab 23. Lelucon kecil
25 Bab 24. Mainan baru.
26 Bab 25. Kecurigaan
27 Bab 26. Tertangkap
28 Bab 27. Musibah keluarga Wiguna
29 Bab 28. Awal mula
30 Bab 29. Keputusan Zainab.
31 Bab 30. Menuju awal baru
32 Bab 31. Sebuah pengalaman baru
33 Bab 32. Memikirkan
34 Bab 33. Tergiur
35 Bab 34. Sudah ketagihan.
36 Bab 35. Naik turunnya kehidupan
37 36. Bertemu pria tak dikenal.
38 Bab 37. Harus bertahan
39 Bab 38. Sepenggal kisah Elisa
40 Bab 39. Kemanakah aku harus pergi
41 Bab 40. Keinginan
42 Bab 41. Awal kekecewaan
43 Bab 42. Elisa dimasa lalu
44 Bab 43. Kesalahan pertama kami
45 Bab 44. Marshella
46 Bab 45. Rahasia Marshella
47 Bab 46. Kisah singkat Marshella
48 Bab 47. Amarah Elisa
49 Bab 48. Pencarian Fatma menemukan titik terang.
50 Bab 49. Sumiyati bernafas dengan lega.
51 Bab 50. Dendi dan keluarganya.
52 Bab 51. Kebahagiaanku kembali perlahan
53 Bab 52. Kisah singkat Cipto Cahyono
54 Bab 53. Lingkungan kosan
55 Bab 54. Kenyamanan Fatma.
56 Bab 55. Pertengkaran ibu dan anak tiri
57 Bab 56. Rencana yang telah disusun.
58 Bab 57. Berkelanjutan
59 Bab 58. Rencana jebakan
60 Bab 59. Visual Supir untuk sang nyonya
61 Bab 60. Menjalankan rencana jebakan.
62 Bab 61. Pertolongan Elisa
63 Bab 62. Bertemu di rumahsakit.
64 Bab 63. Sudah sadar kembali
65 Bab 64. Kekecewaan yang mendalam
66 Bab 65. Penyitaan hak milik
67 Bab 66. Kecemburuan Alexandra Cahyono.
68 Bab 67. Sembuh total.
69 Bab 68. Ujian datang tanpa henti
70 Bab 69. 2nd Male lead muncul kepermukaan
71 Bab 70. Menjalankan keinginan Sandra
72 Bab 71. Fatma yang berusaha move on
73 Bab 72. Sarapan bersama Shella
74 Bab 73. Berkenalan dengan Evans Anderson
75 Bab 74. Usaha Rexy kembali pada Sandra.
76 Bab 75. Pertemuan pertama Malik dengan Rexy
77 Bab 76. Cipto yang mulai berbicara
78 Bab 77. Kesalahan terbesar dalam hidup
79 Bab 78. Rexy yang khawatir
80 Bab 79. Alexandra yang cemburu
81 Bab 80. Marshella yang sudah tidak ketakutan
82 Bab 81. Kabar yang mengejutkan
83 Bab 82. Malik bersedih
84 Bab 83. Rencana licik kedua Sandra
85 Bab 84. Kecurigaan Marwah terbukti.
86 Bab 85. Cipto yang mulai terpancing
87 Bab 86.
88 Bab 87. Tawaran Evans
89 Bab 88. Cipto punya rencana lain
90 Bab 89.
91 Bab 90. Kegundahan Shella
92 Bab 91. Evans yang sedang galau.
93 Bab 92. Area permainan
94 Bab 93. Tak sengaja bertemu
95 Bab 94. Keputusan Cipto
96 Bab 95. Kehilangan kesempatan dan pekerjaan
97 Bab 96. Tak ada lagi kesempatan
98 Bab 97. Pulang kampung
99 Bab 98. Bertemu dengannya lagi
100 Bab 99. Kesialan Sandra
101 Bab 100. Pertemuan kembali dengan Malik
102 Bab 101. Kesedihan Elisa yang berlanjut
103 Bab 102. Rencana Jessy selanjutnya
104 Bab 103. Mulai melangkah tanpa mu
105 Bab 104. Pengintaian Rexy
106 Bab 105.
107 Bab 106. Rahasia bunda Marwah
108 Bab 107. Menyerah atau bertindak
109 Bab 108. Acara peresmian apotek baru
110 Bab 109. Kesedihan Elisa yang terulang
111 Bab 110. Takdir yang menentukan segalanya
112 Bab 111. Kehidupan yang mulai berubah
113 Bab 112. Kebahagiaan Elisa
114 Bab 113. Masih berencana
115 Bab 114. Rencana Evans yang berhasil
116 Bab 115. Patah hati
117 Bab 116. Cerita dibalik kedatangan Elisa
118 Bab 117. Cerita dibalik kedatangan Elisa part2
119 Bab 118. Jebakan
120 Bab 119. Akhirnya tertangkap.
121 Bab 120. Mendekati anakmu
122 Bab 121. Meyakinkan Annisa
123 Bab 122. Rencana pernikahan
124 Bab 123. Fatma dan Evans telah halal.
125 Bab 124. Janji suci pernikahan
126 Bab 125. Honeymoon
127 Pengumuman bonus chapter
128 B. C Setahun Kemudian.
129 B.C Part 2.
130 B.C Part 3
131 B. C Part 4
132 Bonchap End
133 PENGUMUMAN NOVEL BARU
134 Pengumuman
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Bab 1 PROLOG
2
Bab 2. Montir baru
3
Bab 3. Dialah Fatma.
4
Bab 4. PSG -- Persatuan supir gesrek
5
Bab 5. Sekelebat bayangan masalalu.
6
Bab 6. Penyesalan
7
Bab 7. kejutan
8
Bab 8. Kesempatan
9
Bab 9. Tidak mau tahu.
10
Bab 10. Membujuk
11
Bab 11. Tak dihiraukan
12
Bab 12. Menghindar.
13
Bab 13. Berkenalan
14
Bab 14. Rumah sakit
15
Bab 15. Terungkap
16
Pengumuman......cuplikan sekilas
17
Bab 16. Cemburu
18
Bab 17. Perasaan
19
Bab 18. Sakit Hati
20
Bab 19. Kenyamanan semu
21
Bab 20. Insiden kecil
22
Bab 21. Lancang
23
Bab 22. Khawatir
24
Bab 23. Lelucon kecil
25
Bab 24. Mainan baru.
26
Bab 25. Kecurigaan
27
Bab 26. Tertangkap
28
Bab 27. Musibah keluarga Wiguna
29
Bab 28. Awal mula
30
Bab 29. Keputusan Zainab.
31
Bab 30. Menuju awal baru
32
Bab 31. Sebuah pengalaman baru
33
Bab 32. Memikirkan
34
Bab 33. Tergiur
35
Bab 34. Sudah ketagihan.
36
Bab 35. Naik turunnya kehidupan
37
36. Bertemu pria tak dikenal.
38
Bab 37. Harus bertahan
39
Bab 38. Sepenggal kisah Elisa
40
Bab 39. Kemanakah aku harus pergi
41
Bab 40. Keinginan
42
Bab 41. Awal kekecewaan
43
Bab 42. Elisa dimasa lalu
44
Bab 43. Kesalahan pertama kami
45
Bab 44. Marshella
46
Bab 45. Rahasia Marshella
47
Bab 46. Kisah singkat Marshella
48
Bab 47. Amarah Elisa
49
Bab 48. Pencarian Fatma menemukan titik terang.
50
Bab 49. Sumiyati bernafas dengan lega.
51
Bab 50. Dendi dan keluarganya.
52
Bab 51. Kebahagiaanku kembali perlahan
53
Bab 52. Kisah singkat Cipto Cahyono
54
Bab 53. Lingkungan kosan
55
Bab 54. Kenyamanan Fatma.
56
Bab 55. Pertengkaran ibu dan anak tiri
57
Bab 56. Rencana yang telah disusun.
58
Bab 57. Berkelanjutan
59
Bab 58. Rencana jebakan
60
Bab 59. Visual Supir untuk sang nyonya
61
Bab 60. Menjalankan rencana jebakan.
62
Bab 61. Pertolongan Elisa
63
Bab 62. Bertemu di rumahsakit.
64
Bab 63. Sudah sadar kembali
65
Bab 64. Kekecewaan yang mendalam
66
Bab 65. Penyitaan hak milik
67
Bab 66. Kecemburuan Alexandra Cahyono.
68
Bab 67. Sembuh total.
69
Bab 68. Ujian datang tanpa henti
70
Bab 69. 2nd Male lead muncul kepermukaan
71
Bab 70. Menjalankan keinginan Sandra
72
Bab 71. Fatma yang berusaha move on
73
Bab 72. Sarapan bersama Shella
74
Bab 73. Berkenalan dengan Evans Anderson
75
Bab 74. Usaha Rexy kembali pada Sandra.
76
Bab 75. Pertemuan pertama Malik dengan Rexy
77
Bab 76. Cipto yang mulai berbicara
78
Bab 77. Kesalahan terbesar dalam hidup
79
Bab 78. Rexy yang khawatir
80
Bab 79. Alexandra yang cemburu
81
Bab 80. Marshella yang sudah tidak ketakutan
82
Bab 81. Kabar yang mengejutkan
83
Bab 82. Malik bersedih
84
Bab 83. Rencana licik kedua Sandra
85
Bab 84. Kecurigaan Marwah terbukti.
86
Bab 85. Cipto yang mulai terpancing
87
Bab 86.
88
Bab 87. Tawaran Evans
89
Bab 88. Cipto punya rencana lain
90
Bab 89.
91
Bab 90. Kegundahan Shella
92
Bab 91. Evans yang sedang galau.
93
Bab 92. Area permainan
94
Bab 93. Tak sengaja bertemu
95
Bab 94. Keputusan Cipto
96
Bab 95. Kehilangan kesempatan dan pekerjaan
97
Bab 96. Tak ada lagi kesempatan
98
Bab 97. Pulang kampung
99
Bab 98. Bertemu dengannya lagi
100
Bab 99. Kesialan Sandra
101
Bab 100. Pertemuan kembali dengan Malik
102
Bab 101. Kesedihan Elisa yang berlanjut
103
Bab 102. Rencana Jessy selanjutnya
104
Bab 103. Mulai melangkah tanpa mu
105
Bab 104. Pengintaian Rexy
106
Bab 105.
107
Bab 106. Rahasia bunda Marwah
108
Bab 107. Menyerah atau bertindak
109
Bab 108. Acara peresmian apotek baru
110
Bab 109. Kesedihan Elisa yang terulang
111
Bab 110. Takdir yang menentukan segalanya
112
Bab 111. Kehidupan yang mulai berubah
113
Bab 112. Kebahagiaan Elisa
114
Bab 113. Masih berencana
115
Bab 114. Rencana Evans yang berhasil
116
Bab 115. Patah hati
117
Bab 116. Cerita dibalik kedatangan Elisa
118
Bab 117. Cerita dibalik kedatangan Elisa part2
119
Bab 118. Jebakan
120
Bab 119. Akhirnya tertangkap.
121
Bab 120. Mendekati anakmu
122
Bab 121. Meyakinkan Annisa
123
Bab 122. Rencana pernikahan
124
Bab 123. Fatma dan Evans telah halal.
125
Bab 124. Janji suci pernikahan
126
Bab 125. Honeymoon
127
Pengumuman bonus chapter
128
B. C Setahun Kemudian.
129
B.C Part 2.
130
B.C Part 3
131
B. C Part 4
132
Bonchap End
133
PENGUMUMAN NOVEL BARU
134
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!