Sambil bersiul aku keluar dari angkotku.
penumpang hari ini lumayan banyak. Jalanan berdebu disertai terik matahari, tak membuatku gentar. Ku masuki warung langganan seperti biasa. Mereka...teman seperjuangan sudah standby di meja biasanya yang kami tempati.
"MJ tuh pastiiii selalu telat...beda ya emang. Artis sama orang biasa kaya kita nih," ejek mas Yanto sambil terkekeh melihat teman-teman yang lain.
"Ya kali artis dateng duluan...bisa bubar penggemarnya ...ha...ha..ha," sahut bang Memet tertawa lebar.
"Mau makan ajah masih bahas artis. Kalian gak bosen apa ya...godain aku mulu," sungutku kesal.
"So pasti enggak," sahut mereka bersamaan.
Mereka saling pandang sesama yang lain sambil tertawa. Menyadari kekompakan mereka tadi.
Bagiku mereka ini merupakan hiburan tersendiri di tengah penat mulai menguasai diri.
"Lik, kamu tau gak....," mas Udin berhenti berucap ketika tangan mas Yanto dengan sengaja menyenggol lengannya.
Ku lihat mas Yanto memberi tanda agar mas Udin tak melanjutkan kata-katanya tadi.
"Udahlah...gak usah ada rahasia diantara kita. Lanjut aja mas Udin mau ngobrolin apaan," ujarku santai.
"Eemmm....anu Lik....itu....Rrros-yanti. Aku liat dia kemarin di kampung sebelah waktu aku pergi nyari penumpang disana," katanya tak enak hati.
"Oh....wanita itu. Udah basi mas Udin. Lagian udah gak ada urusan nya sama aku," sergahku santai sambil menyeruput minumanku yang sudah tersaji di meja.
Mereka semua berpandangan kaku. Ada yang mengendikkan bahunya.
"Santai aja mas. Aku gak sengaja liat dia pas kakinya menginjakkan kampung ini lagi," tambahku.
"Udah ...udah...makan dulu. Si mbok malah dicuekin tadi pas nganterin pesanan kita," ku ajak mereka untuk menikmati makanan yang sudah dipesan.
"Woi...makan...," Lanjut mas Yanto.
"Ini juga abis cuci tangan mo makan," timpal bang memet .
Kami semua diam seribu bahasa. Aku
menerka pikiran mereka. Mungkin mereka sudah tidak bisa menikmati makanan di depannya.
"Jadi gak nyaman nih ngeliat mereka makan gak berselera. apa aku kerjain ajah ya," pikirku sambil berkata dalam hati.
"Mas Yanto...itu orang yang kita omongin dateng," tunjukku kearah pintu masuk warung.
Serentak mereka semua menoleh kearah yang aku tunjuk.
"Sial....kita dikerjain MJ woi...liat aja tuh mukanya cengengesan," kata mas Udin menimpukku dg botol plastik kosong.
"Lagian...makan itu dinikmati bukan untuk dihayati...paham pak-bapak sekalian penghuni tetap terminal?" tak tertahankan rasanya melihat reaksi mereka Aku tertawa senang.
"Sue....emang nih bocah tengil." Mas Yanto yang paling senior berucap tak terima.
"Eitss...santai om. Nanti keliatan tambah tuwir kalo ngambek," ejekku lagi pada mas Yanto.
Kami semua hanya bisa tertawa.
...----------------...
"Nak Malik...," terdengar suara perempuan memanggilku.
Aku menoleh ke arah sumber suara.
"Lho...ibu Zainab...kenapa bisa ada di terminal ini buk? pak Ahmad kemana?," tanyaku heran.
"Ibu dari pengajian di kota sebelah nak. Tadi temen ibu turunin disini karena ada urusan mendadak. Jadi gak bisa nganterin ibu pulang," terang bu Zainab.
Aku hanya menganggukkan kepala tanda mengerti.
"Nak. Jumat depan ada pengajian di kampung Mulyosari. Ibu bawa anggota 15 orang. Kira-kira muat gak ya kalo masuk ke angkot?" tanyanya ragu.
"Oh...kayanya muat sih buk. Tapi kalo nanti gak muat. Aku bawa bangku kayu tambahan buat duduk di tengah." Terangku.
"Baguslah kalo gitu nak. lumayan kan kamu gak usah keliling cari penumpang," senyumnya ramah.
"Betul sekali buk, makasih ya!" ujarku lagi.
"Ya sudah...Ibu mau kedepan dulu. Tadi Toni bilang dia yang mau jemput ibuk," tambahnya lagi.
"Silahkan bu....hati-hati ya!" seruku pada bu Zainab.
Bu Zainab melangkah pergi meninggalkanku.
Ku lanjutkan berkeliling mencari penumpang lagi.
...----------------...
Disisi lain.
Zainab menunggu seseorang di depan terminal. Yang ditunggu tak kunjung tiba. Dia mengambil ponselnya dalam tas dan menelpon anak sulungnya.
Terdengar mereka saling memberi salam. Tanpa basa-basi Zainab menanyakan dimana Toni sekarang.
"Ton...ibu tuh udah nunggu hampir 10 menit di terminal. Kamu jadi jemput gak?" tanya Zainab gusar.
"Baru 10 menit aja bu. Gak lama kok..., ini aku udah di jalan. Bentar lagi sampe." Toni berkata santai.
"Ya udah....buruan ya Ton. Ibu takut lama-lama disini. Mana ibu sendirian lagi gak ada yang nemenintambahnya lagi.
"Iya...ibuku sayang. 5 menitan pasti nyampe," sahut Toni di seberang telpon.
Toni mematikan ponselnya.
Zainab hanya bisa melihat sekeliling. Perasaannya was-was. Dia berpikir bahwa kalau diterminal seperti ini. Pasti banyak pencopet.
Di buangnya perasaan was-was tadi. Dia duduk di sebuah kursi panjang menenangkan diri.
Tak selang berapa lama Toni pun datang.
Zainab bernafas lega. Akhirnya mereka pulang bersama.
Disuatu tempat.....di depan sebuah warung kopi. sepa2sang mata memperhatikan gerak-gerik Toni dan ibunya sebelum mereka pulang.
"Ngapain bengong lu. siang bolong gini malah melamun," hardik teman sebelahnya.
"Gue kagak bengong woi...gue liat Toni barusan. Dia jemput emaknya," jawab pria yang memperhatikan Toni.
"Toni....? anak pak Ahmad bos angkot itu ya?" tanya nya lagi.
"Yoi.....cuih...gue dah nyuruh dia buat jual tu barang sama pemuda kampung sini. dia malah nolak mentah-mentah," sungutnya kesal.
"Jadi tu anak jualan juga? ck...ck...ck..gak nyangka bener dah." Sahutnya sambil menggelengkan kepalanya.
"Iyalah...ya kali beli tu mobil baru pake duit gajinya jadi sales marketing. Gak cukup bro...walopun nyicil," ujarnya enteng.
"Tapi tu mobil kayanya gak baru deh. Maksud gue gak baru-baru banget gitu. Dah hampir 6 bln sepertinya." Kata pria di sebelahnya.
"Dia kan anggota baru bro. Ya...gak sampe setahun lah jualan itu barang." Lanjutnya lagi.
"Emang targetnya orang mana? kenapa juga harus jauh dari kampung? bukannya lebih enak jualan itu di kampung? jarang terendus pak ici kan?" tanya nya bertubi-tubi.
"Entahlah," jawab pria itu sambil mengendikkan bahu.
Mereka berdua masih memperhatikan ibu dan anak di depan terminal sampai mobil yang Toni kendarai sudah pergi menjauh dan tak terlihat lagi.
Setelah membayar pesanan mereka tadi. d2ua orang pria itu beranjak pergi sambil memanggil pemuda yang biasanya mereka temui tiap minggu. Mereka melangkah bersama masuk ke sebuah toilet umum disekitar sana.
"Ini....barang baru. Kalian pasti suka," sambil mengeluarkan plastik klip berukuran kecil yang di dalamnya ada pil warna putih berukuran mini.
Setelah terjadi sesuatu di dalam sana. Udin yang tergesa-gesa masuk ke dalam toilet. Tak sengaja menabrak salah satu dari mereka berdua.
"Maaf mas. Gak sengaja....duh lagi buru-buru nih. Udah di ujung tanduk. Sekali lagi maaf banget ya," sambil berlalu masuk ke dalam toilet.
"Mangsa baru nih. Gak tua-tua banget dia tuh. Cocok kita ajak kerjasama. Tampangnya juga rada Oon," pria yang di tabrak Udin tadi tersenyum dan menyeringai licik. Pikirannya merencanakan sesuatu. Sesuatu yang bisa menambah isi dompetnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
ossy Novica
bandar narkoba si Toni ama Udin
2023-01-14
0
Awi Ciwy
y narkoboy msuk kmpung gwat
2022-02-04
0
Budi Putra Putra
episode 80
2022-01-15
0