Bab 6. Penyesalan

POV Rosyanti.

Aku menghela nafas perlahan, ku edarkan

pandanganku ke sekeliling. Kampung ini

tidak pernah berubah. Jalanannya masih

sama. Masih berdebu dan tak rata.

Langkahku mulai gontai membawa tas

punggung yang agak besar. Perjalanan

kemari memang perlu waktu yang tidak

sedikit.

Aku mencari pria itu, pria yang

membuatku meninggalkan mas Malik

dan anakku.

Demi dia, aku melakukan sebuah

dosa besar, dosa yang mungkin saja

Tuhan tak bisa mengampuninya.

Sudah hampir 2 tahun aku meninggalkan

keluarga di kampung ini.

Tak kuhiraukan perkataan mereka yang

menasehatiku dulu. Aku sudah buta. Ya ....buta, buta karena dosa yang jelas-jelas

terpampang nyata.

Karena statusku yang sudah menikah dan mempunyai anak malah meninggalkan mereka. Pergi dengan pria lain yang aku cintai.

Bukannya aku tidak mencintai mas Malik.

Mungkin cintaku berubah. Dengan kehadiran

Annisa anakku, dia lebih memperhatikan

dan lebih menyayangi bayi mungil itu

daripada aku....istrinya.

Entahlah apa yang kurasakan saat itu. Hatiku terluka seolah aku kurang perhatian dari mas Malik.

Padahal suamiku menyayangi dan memberikan

perhatiannya pada anaknya sendiri bukan

orang lain.

Pertemuan pertamaku dengan pria itu tak disengaja. Kami bertemu di satu warung makan.

Nanik yang mengenalkanku padanya. Dia

bilang pria itu adik kelasnya dulu waktu

di sekolah.

Awalnya aku biasa-biasa saja dengan pria

itu, tak ada perasaan istimewa. Kami

bertemu kembali tanpa sengaja.

Waktu itu, aku berbelanja di pasar sore

dekat lapangan kampung. Aku mencari-cari

dompet yang terjatuh entah dimana.

Lelah kumencari, dia datang bagai pahlawan.

Disodorkannya dompet kepadaku. Aku tak

menyangka dia disini.

"Dompetmu gak jatuh Ros, tadi preman pasar memainkannya," sambil menunjuk dompet.

"Preman? tapi, tadi aku gak diapa-apain kok

sama mereka, kenapa bisa mereka punya

dompetku?," kernyitku heran.

"Ha....ha...ha.. Kamu itu udah dicopet,

tapi gak nyadar," sahutnya sambil

tertawa kecil.

"Dasar preman. Bisanya nyopet perempuan

untunglah ada kamu. Dompet dan isinya

selamat tanpa kurang apapun. Makasih ya,"

timpalku sambil memeriksa isi dompet.

"Santai aja, bukannya sesama manusia

harus saling membantu?," kerlingnya padaku.

"Oh ya, kenapa kamu tau kalo ini

dompetku, emang kamu temenan

sama mereka ya?," tanyaku asal.

"Ngawur...ya gaklah. Tadi aku lewat

di samping mereka dan tak sengaja

mendengar mereka udah dapat umpan

dan menunjuk seorang wanita.

Kulihat wanita yang ditunjuknya. Eh aku liat

kamu, trus aku mikir kamu juga lagi kayak

orang nyari-nyari sesuatu. Pasti

dompetmu yang di embat sama preman

kampung itu," jelasnya panjang lebar.

"Ck....ck...Kamu pinter juga ya, bisa mikir

kearah sana," decakku kagum.

"Ya udah. Aku masih ada urusan. Lain kali

ketemu lagi ya! simpen nomerku nih!," dia

memberikanku sebuah kartu nama.

Aku memandangnya sampai tak terlihat.

Ada rasa berdesir, tapi aku masih tidak tau

itu rasa seperti apa.

Dan mulailah aku menghubunginya hanya

dengan pesan tulis dan singkat. Lama

kelamaan kami terjerat oleh perasaan kami

dan kami mengacuhkan beberapa komentar

keluarga dan orang yang mengenal kami.

Kami mulai sering bertemu tanpa

sepengetahuan orang lain. Bersamanya

aku bisa mendapat perhatian lebih daripada

aku bersama mas Malik.

Hubungan kami berlanjut. Bahkan sampai

sekarang. Ya walaupun dia sudah berubah.

Lebih kasar dan mulai membentak.

Padahal, waktu aku berumah tangga dengan mas Malik, suamiku tidak pernah berbuat

kasar kepadaku.

Pekerjaannya di kota mulai goyah. Dia

diberhentikan oleh perusahaannya akibat

kelalaiannya sendiri. Dia lebih sering

memakiku dengan kata-kata kasar semenjak

itu, seolah-olah aku jadi pelampiasannya.

......................

Dan sekarang. Disinilah aku, tempat

dimana memulai semua dosaku. Aku

terpaksa kembali ke kampung ini.

Setidaknya dia tidak harus mengeluarkan

uang untuk tempat tinggal.

Beruntung dia

masih punya teman yang peduli padanya.

Di bengkel mas Kadir dia memulai

pekerjaannya. Dialah mas Andi,

orang-orang mengenalnya dengan

panggilan Aan.

Walaupun dia sudah bekerja, tapi tempramen

buruknya tak jua berubah, dia sering keluar

dengan teman-temannya dan tidak tau waktu.

Aku menikah secara agama saja dengannya,

dulu aku tidak peduli pernikahan itu sah atau

tidaknya karena aku masih menyandang

status istri orang dan mas Andi tau akan

hal tersebut.

...----------------...

Ku dongakkan kepalaku, menatap langit

biru di sore ini, aku baru saja tiba di kampung

ini, aku tidak memberitahu mas Andi kalau

aku akan mengunjunginya di bengkel.

Mau bagaimana lagi, aku sudah tidak ingat

jalan menuju rumahnya di kampung sebelah,

satu-satunya cara aku harus mendatanginya

langsung di bengkel dan nanti ikut pulang

bersamanya.

Dipinggir jalan kampung, aku menghela nafas

setiap kali kuingat semua kesalahan yang

aku lakukan, penyesalan memang akan

selalu datang terlambat.

Aku mulai rindu

akan mas Malik dan Annisa anakku. Sekarang

dia pasti sudah besar, pasti dia lincah dan

aktif kemana-mana.

"Maaf ibu meninggalkanmu nak," lirihku sendirian.

Jalanan di sore ini begitu sepi dan lengang,

biasanya banyak kendaraan dan orang-orang

kampung yang melintas silih berganti tapi

tidak dengan saat ini.

Sayup-sayup terdengar suara mesin motor.

"Syukurlah aku tidak sendiri di jalan ini",

pikirku.

Aku mulai melangkah bersemangat.

Kulihat pengemudi motor itu, seorang lelaki.

Tapi sepertinya aku kenal dengan lelaki itu.

Dari balik kaca spion motornya kami

bertatapan sejenak.

Deg.......

Dia....dia....Mas Malik, lelaki yang aku

tinggalkan demi lelaki lain.

Langsung kuarahkan pandanganku

ke samping jalan.

Kupikir mas Malik juga menyadarinya. Dia

menyadari kalau aku lah wanita yang tega

meninggalkannya, kembali ke kampung ini.

Motornya melaju perlahan untuk lebih

memastikan itu aku atau bukan.

Setelah itu dia langsung melesatkan

motor bututnya.

"Sudah 2 tahun. Tapi motormu masih sama

mas, motor butut yang selalu menemani

kita jalan semasa pacaran dulu bahkan

ketika sudah menikah," lirihku seorang diri.

......................

Kulihat dari jauh mas Andi tengah

disibukkan dengan pekerjaannya. Semakin

dekat terlihat mas Kadir pemilik bengkel

keluar dari sebuah ruangan.

Ku hampiri beliau dan bersalaman dengannya.

"Mas kadir, apa kabar? lama kita gak ketemu,"

sambil melepaskan jabatan tanganku.

"Alhamdulillah baik. Kamu....kenapa kamu

bisa disini? ada perlu apa emangnya Ros?,"

dia seakan kaget melihatku disini.

"Oh...itu...aku...aku pengen ketemu sama

Aan mas,"jawabku.

"Aan..?? siapa Aan?," kernyitnya bingung.

"Itu dia mas orangnya!," tunjukku pada mas

Andi yang menghampiri kami.

"Andi?.... jadi kamu sama Andi.....?," tanpa

melanjutkan pertanyaannya mas Kadir

seakan paham maksudku kemari.

"Ngapain kamu kemari Ti? bukankah aku

bilang jangan kembali ke kampung ini?

apalagi kamu sampai ke tempat ini,

ayo kita pulang!." Mas Andi menarik

lenganku dengan kasar.

"Maaf sebelumnya mas Kadir, aku pamit

sebentar ya, mau nganterin Yanti pulang mas,"

mas Andi merasa tak enak pada majikannya.

"Iya....iya...lagian Imran udah dateng.

Sementara kerjaanmu tinggal saja sebentar.

Kalian pulanglah dulu," mas Kadir sepertinya

tau keadaan kami.

"Makasih mas pengertiannya. Kami pamit,

Assalamualaikum," ucap mas Andi yang

menyeret lenganku.

"Waalaikumsalam," mas Kadir menjawab

sambil memandangi kami dengan tatapan

aneh.

Kami melangkah keluar bengkel. Sebelum

memulai perjalanan pulang. Dia berujar

seakan menyudutkanku.

"Kamu ngapain sih Ti. Pulang ke kampung ini.

Apa kamu gak punya malu? wajahmu itu kau

tampakkan sama orang-orang yang kau

tinggalkan dulu,"

"Aku kesini hanya mencarimu mas.

Gak ada hubungannya dengan siapapun di

masa laluku. Aku lupa arah pulang ke

rumahmu yang di kampung sebelah.

Makanya aku kemari."

"Kamu kan bisa naik ojek!, ngapain juga

harus nyusul aku ke tempat mas Kadir,"

sungutnya sebal.

"Maaf mas, tapi uang ku gak cukup buat

ongkos ojek, makanya aku kepepet kemari."

Sanggahku.

"Ya sudah. Cepat naik! kerjaanku masih

banyak. Sampai rumah jangan pikir kamu

bisa kemana-mana. Ingat itu!," ancam mas

Andi.

Aku hanya mengangguk mengiyakan

ucapannya. Kuambil helm yang di

sodorkannya padaku.

Kami pun pulang menuju rumah di kampung sebelah.

Rumah yang sudah lama tidak di tempati.

Hatiku seakan perih mendengar perkataan

mas Andi barusan. Aku tidak boleh

kemana-mana. Aku kan bukan hewan

peliharaan yang harus diam di kandangnya.

Aku menghela nafas dan menghembuskannya

perlahan. Berharap sifat kasar mas Andi perlahan memudar.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

APA DI AAN TAU KLO MJ MNTN SUAMINYA SI ROS..?

2023-04-26

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

RUPANYA MONTIR BARU DI TMPATBL KADIR ADALAH SELINGKUHAN ROSYANTI... SI MJ CMA TAU NMA KYKNYA, TPI TK KNAL WAJAH..

2023-04-26

0

Awi Ciwy

Awi Ciwy

tukan bner wah seru nich tmen bru mlik mlah org yg bwa kbur mntan istrik kamu lik

2022-02-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 PROLOG
2 Bab 2. Montir baru
3 Bab 3. Dialah Fatma.
4 Bab 4. PSG -- Persatuan supir gesrek
5 Bab 5. Sekelebat bayangan masalalu.
6 Bab 6. Penyesalan
7 Bab 7. kejutan
8 Bab 8. Kesempatan
9 Bab 9. Tidak mau tahu.
10 Bab 10. Membujuk
11 Bab 11. Tak dihiraukan
12 Bab 12. Menghindar.
13 Bab 13. Berkenalan
14 Bab 14. Rumah sakit
15 Bab 15. Terungkap
16 Pengumuman......cuplikan sekilas
17 Bab 16. Cemburu
18 Bab 17. Perasaan
19 Bab 18. Sakit Hati
20 Bab 19. Kenyamanan semu
21 Bab 20. Insiden kecil
22 Bab 21. Lancang
23 Bab 22. Khawatir
24 Bab 23. Lelucon kecil
25 Bab 24. Mainan baru.
26 Bab 25. Kecurigaan
27 Bab 26. Tertangkap
28 Bab 27. Musibah keluarga Wiguna
29 Bab 28. Awal mula
30 Bab 29. Keputusan Zainab.
31 Bab 30. Menuju awal baru
32 Bab 31. Sebuah pengalaman baru
33 Bab 32. Memikirkan
34 Bab 33. Tergiur
35 Bab 34. Sudah ketagihan.
36 Bab 35. Naik turunnya kehidupan
37 36. Bertemu pria tak dikenal.
38 Bab 37. Harus bertahan
39 Bab 38. Sepenggal kisah Elisa
40 Bab 39. Kemanakah aku harus pergi
41 Bab 40. Keinginan
42 Bab 41. Awal kekecewaan
43 Bab 42. Elisa dimasa lalu
44 Bab 43. Kesalahan pertama kami
45 Bab 44. Marshella
46 Bab 45. Rahasia Marshella
47 Bab 46. Kisah singkat Marshella
48 Bab 47. Amarah Elisa
49 Bab 48. Pencarian Fatma menemukan titik terang.
50 Bab 49. Sumiyati bernafas dengan lega.
51 Bab 50. Dendi dan keluarganya.
52 Bab 51. Kebahagiaanku kembali perlahan
53 Bab 52. Kisah singkat Cipto Cahyono
54 Bab 53. Lingkungan kosan
55 Bab 54. Kenyamanan Fatma.
56 Bab 55. Pertengkaran ibu dan anak tiri
57 Bab 56. Rencana yang telah disusun.
58 Bab 57. Berkelanjutan
59 Bab 58. Rencana jebakan
60 Bab 59. Visual Supir untuk sang nyonya
61 Bab 60. Menjalankan rencana jebakan.
62 Bab 61. Pertolongan Elisa
63 Bab 62. Bertemu di rumahsakit.
64 Bab 63. Sudah sadar kembali
65 Bab 64. Kekecewaan yang mendalam
66 Bab 65. Penyitaan hak milik
67 Bab 66. Kecemburuan Alexandra Cahyono.
68 Bab 67. Sembuh total.
69 Bab 68. Ujian datang tanpa henti
70 Bab 69. 2nd Male lead muncul kepermukaan
71 Bab 70. Menjalankan keinginan Sandra
72 Bab 71. Fatma yang berusaha move on
73 Bab 72. Sarapan bersama Shella
74 Bab 73. Berkenalan dengan Evans Anderson
75 Bab 74. Usaha Rexy kembali pada Sandra.
76 Bab 75. Pertemuan pertama Malik dengan Rexy
77 Bab 76. Cipto yang mulai berbicara
78 Bab 77. Kesalahan terbesar dalam hidup
79 Bab 78. Rexy yang khawatir
80 Bab 79. Alexandra yang cemburu
81 Bab 80. Marshella yang sudah tidak ketakutan
82 Bab 81. Kabar yang mengejutkan
83 Bab 82. Malik bersedih
84 Bab 83. Rencana licik kedua Sandra
85 Bab 84. Kecurigaan Marwah terbukti.
86 Bab 85. Cipto yang mulai terpancing
87 Bab 86.
88 Bab 87. Tawaran Evans
89 Bab 88. Cipto punya rencana lain
90 Bab 89.
91 Bab 90. Kegundahan Shella
92 Bab 91. Evans yang sedang galau.
93 Bab 92. Area permainan
94 Bab 93. Tak sengaja bertemu
95 Bab 94. Keputusan Cipto
96 Bab 95. Kehilangan kesempatan dan pekerjaan
97 Bab 96. Tak ada lagi kesempatan
98 Bab 97. Pulang kampung
99 Bab 98. Bertemu dengannya lagi
100 Bab 99. Kesialan Sandra
101 Bab 100. Pertemuan kembali dengan Malik
102 Bab 101. Kesedihan Elisa yang berlanjut
103 Bab 102. Rencana Jessy selanjutnya
104 Bab 103. Mulai melangkah tanpa mu
105 Bab 104. Pengintaian Rexy
106 Bab 105.
107 Bab 106. Rahasia bunda Marwah
108 Bab 107. Menyerah atau bertindak
109 Bab 108. Acara peresmian apotek baru
110 Bab 109. Kesedihan Elisa yang terulang
111 Bab 110. Takdir yang menentukan segalanya
112 Bab 111. Kehidupan yang mulai berubah
113 Bab 112. Kebahagiaan Elisa
114 Bab 113. Masih berencana
115 Bab 114. Rencana Evans yang berhasil
116 Bab 115. Patah hati
117 Bab 116. Cerita dibalik kedatangan Elisa
118 Bab 117. Cerita dibalik kedatangan Elisa part2
119 Bab 118. Jebakan
120 Bab 119. Akhirnya tertangkap.
121 Bab 120. Mendekati anakmu
122 Bab 121. Meyakinkan Annisa
123 Bab 122. Rencana pernikahan
124 Bab 123. Fatma dan Evans telah halal.
125 Bab 124. Janji suci pernikahan
126 Bab 125. Honeymoon
127 Pengumuman bonus chapter
128 B. C Setahun Kemudian.
129 B.C Part 2.
130 B.C Part 3
131 B. C Part 4
132 Bonchap End
133 PENGUMUMAN NOVEL BARU
134 Pengumuman
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Bab 1 PROLOG
2
Bab 2. Montir baru
3
Bab 3. Dialah Fatma.
4
Bab 4. PSG -- Persatuan supir gesrek
5
Bab 5. Sekelebat bayangan masalalu.
6
Bab 6. Penyesalan
7
Bab 7. kejutan
8
Bab 8. Kesempatan
9
Bab 9. Tidak mau tahu.
10
Bab 10. Membujuk
11
Bab 11. Tak dihiraukan
12
Bab 12. Menghindar.
13
Bab 13. Berkenalan
14
Bab 14. Rumah sakit
15
Bab 15. Terungkap
16
Pengumuman......cuplikan sekilas
17
Bab 16. Cemburu
18
Bab 17. Perasaan
19
Bab 18. Sakit Hati
20
Bab 19. Kenyamanan semu
21
Bab 20. Insiden kecil
22
Bab 21. Lancang
23
Bab 22. Khawatir
24
Bab 23. Lelucon kecil
25
Bab 24. Mainan baru.
26
Bab 25. Kecurigaan
27
Bab 26. Tertangkap
28
Bab 27. Musibah keluarga Wiguna
29
Bab 28. Awal mula
30
Bab 29. Keputusan Zainab.
31
Bab 30. Menuju awal baru
32
Bab 31. Sebuah pengalaman baru
33
Bab 32. Memikirkan
34
Bab 33. Tergiur
35
Bab 34. Sudah ketagihan.
36
Bab 35. Naik turunnya kehidupan
37
36. Bertemu pria tak dikenal.
38
Bab 37. Harus bertahan
39
Bab 38. Sepenggal kisah Elisa
40
Bab 39. Kemanakah aku harus pergi
41
Bab 40. Keinginan
42
Bab 41. Awal kekecewaan
43
Bab 42. Elisa dimasa lalu
44
Bab 43. Kesalahan pertama kami
45
Bab 44. Marshella
46
Bab 45. Rahasia Marshella
47
Bab 46. Kisah singkat Marshella
48
Bab 47. Amarah Elisa
49
Bab 48. Pencarian Fatma menemukan titik terang.
50
Bab 49. Sumiyati bernafas dengan lega.
51
Bab 50. Dendi dan keluarganya.
52
Bab 51. Kebahagiaanku kembali perlahan
53
Bab 52. Kisah singkat Cipto Cahyono
54
Bab 53. Lingkungan kosan
55
Bab 54. Kenyamanan Fatma.
56
Bab 55. Pertengkaran ibu dan anak tiri
57
Bab 56. Rencana yang telah disusun.
58
Bab 57. Berkelanjutan
59
Bab 58. Rencana jebakan
60
Bab 59. Visual Supir untuk sang nyonya
61
Bab 60. Menjalankan rencana jebakan.
62
Bab 61. Pertolongan Elisa
63
Bab 62. Bertemu di rumahsakit.
64
Bab 63. Sudah sadar kembali
65
Bab 64. Kekecewaan yang mendalam
66
Bab 65. Penyitaan hak milik
67
Bab 66. Kecemburuan Alexandra Cahyono.
68
Bab 67. Sembuh total.
69
Bab 68. Ujian datang tanpa henti
70
Bab 69. 2nd Male lead muncul kepermukaan
71
Bab 70. Menjalankan keinginan Sandra
72
Bab 71. Fatma yang berusaha move on
73
Bab 72. Sarapan bersama Shella
74
Bab 73. Berkenalan dengan Evans Anderson
75
Bab 74. Usaha Rexy kembali pada Sandra.
76
Bab 75. Pertemuan pertama Malik dengan Rexy
77
Bab 76. Cipto yang mulai berbicara
78
Bab 77. Kesalahan terbesar dalam hidup
79
Bab 78. Rexy yang khawatir
80
Bab 79. Alexandra yang cemburu
81
Bab 80. Marshella yang sudah tidak ketakutan
82
Bab 81. Kabar yang mengejutkan
83
Bab 82. Malik bersedih
84
Bab 83. Rencana licik kedua Sandra
85
Bab 84. Kecurigaan Marwah terbukti.
86
Bab 85. Cipto yang mulai terpancing
87
Bab 86.
88
Bab 87. Tawaran Evans
89
Bab 88. Cipto punya rencana lain
90
Bab 89.
91
Bab 90. Kegundahan Shella
92
Bab 91. Evans yang sedang galau.
93
Bab 92. Area permainan
94
Bab 93. Tak sengaja bertemu
95
Bab 94. Keputusan Cipto
96
Bab 95. Kehilangan kesempatan dan pekerjaan
97
Bab 96. Tak ada lagi kesempatan
98
Bab 97. Pulang kampung
99
Bab 98. Bertemu dengannya lagi
100
Bab 99. Kesialan Sandra
101
Bab 100. Pertemuan kembali dengan Malik
102
Bab 101. Kesedihan Elisa yang berlanjut
103
Bab 102. Rencana Jessy selanjutnya
104
Bab 103. Mulai melangkah tanpa mu
105
Bab 104. Pengintaian Rexy
106
Bab 105.
107
Bab 106. Rahasia bunda Marwah
108
Bab 107. Menyerah atau bertindak
109
Bab 108. Acara peresmian apotek baru
110
Bab 109. Kesedihan Elisa yang terulang
111
Bab 110. Takdir yang menentukan segalanya
112
Bab 111. Kehidupan yang mulai berubah
113
Bab 112. Kebahagiaan Elisa
114
Bab 113. Masih berencana
115
Bab 114. Rencana Evans yang berhasil
116
Bab 115. Patah hati
117
Bab 116. Cerita dibalik kedatangan Elisa
118
Bab 117. Cerita dibalik kedatangan Elisa part2
119
Bab 118. Jebakan
120
Bab 119. Akhirnya tertangkap.
121
Bab 120. Mendekati anakmu
122
Bab 121. Meyakinkan Annisa
123
Bab 122. Rencana pernikahan
124
Bab 123. Fatma dan Evans telah halal.
125
Bab 124. Janji suci pernikahan
126
Bab 125. Honeymoon
127
Pengumuman bonus chapter
128
B. C Setahun Kemudian.
129
B.C Part 2.
130
B.C Part 3
131
B. C Part 4
132
Bonchap End
133
PENGUMUMAN NOVEL BARU
134
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!